08 Oktober 2025
20:47 WIB
Jarak Kehamilan Terlalu Dekat Memengaruhi Psikis Anak
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat bukan hanya berisiko pada kesehatan fisik ibu, tapi juga bisa berpengaruh pada psikis anak.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi seorang ibu stres menghadapi dua anak. Foto: Freepik
JAKARTA - Kehamilan merupakan salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu oleh pasangan dan keluarga. Namun ada kondisi-kondisi kehamilan yang sebenarnya agak cukup berisiko dan berdampak pada ibu dan anak, salah satunya adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat sering dianggap berisiko bagi kesehatan fisik ibu, padahal dampaknya juga bisa dirasakan oleh anak, terutama dari sisi psikologis. Hal tersebut diungkapkan oleh spesialis obstetri dan ginekologi RSU Bunda dr. Olivia Oktaviani dalam acara Kalbe melalui brand Hexpharm Jaya beberapa waktu lalu.
"Jarak kehamilan yang terlalu dekat itu bisa mempengaruhi psikis anak karena kurang kasih sayang. Semisal, anak baru lahir, lalu tidak ada jeda dua tahun sudah hamil lagi. Jadi yang seharusnya mendapatkan kasih sayang menjadi kurang karena orang tua menjadi fokus pada kehamilannya," jelas dr. Olivia.
Belum lagi, jarak kehamilan yang terlalu dekat cenderung meningkatkan stres pada orang tua. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Duke University pada 2024 juga menemukan bahwa jarak kehamilan yang pendek berkaitan dengan peningkatan kecemasan orang tua dan stres dalam merawat anak.
Studi lainnya yang diterbitkan dalam jurnal BMC Medicine 2024 juga mengungkapkan jarak kehamilan kurang dalam 12 bulan berhubungan dengan kegagalan dalam komunikasi, motorik halus, dan sosial anak pada usia bayi atau 12 bulan. Studi sistematis dari Frontiers di 2022 pun memperlihatkan jarak kehamilan yang terlalu dekat atau kurang dari 24 bulan mempengaruhi kesiapan sekolah yang lebih rendah, skor kognitif lebih rendah, dan kerentanan perkembangan emosional dan sosial.
"Selain itu, anak yang seharusnya mendapatkan full ASI eksklusif menjadi tidak dapat karena harus beralih ke susu formula. Itu karena menyusui pada saat hamil bisa memicu kontraksi, dikhawatirkan nanti menjadi prematur," lanjut dr. Olivia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menganjurkan jarak kehamilan minimal 24 bulan atau dua tahun antara kelahiran satu anak dan kehamilan berikutnya. Artinya, orang tua ada baiknya menunggu setidaknya dua tahun setelah melahirkan sebelum hamil lagi.
Ini dilakukan untuk mengurangi risiko bayi lahir prematur, bayi berat badan rendah, dan kematian neonatal, serta risiko anemia, perdarahan postpartum, dan kematian ibu saat melahirkan. Dengan jarak kehamilan yang cukup, orang tua pun bisa fokus memberikan perhatian, kasih sayang, dan stimulasi yang memadai.