c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

15 Oktober 2025

18:30 WIB

Jane Goodall, Pengubah Sains Terhadap Simpanse

Jane Goodall merupakan antropolog dan primatolog Inggris, mengubah sains melalui penelitian simpanse, pendiri Jane Goodall Institute dan Roots & Shoots, merupakan ikon konservasi dan inspirasi dunia.

Penulis: Besyandi Mufti

Editor: Rikando Somba

<p>Jane Goodall, Pengubah Sains Terhadap Simpanse</p>
<p>Jane Goodall, Pengubah Sains Terhadap Simpanse</p>

Ahli primata Jane Goodall bermain dengan Bahati, simpanse betina berusia 3 tahun, di Suaka Simpanse Sweetwaters dekat Nanyuki, utara Nairobi. AP Photo/Jean-Marc Bouju, File

Manusia modern sekarang tak lepas dari interaksi ke binatang kesayangan. Ada yang memelihara kucing, anjing, atau jenis binatang lainnya, hingga binatang buas yang dijinakkan. Selain membantu melepaskan hormon oksitosin atau hormon bahagia, binatang juga mampu meredakan tingkat stres manusia dan menurunkan risiko penyakit jantung. 

Namun, berbeda dengan manusia pada umunya, ada juga yang berinteraksi dengan simpanse. Salah satunya, seorang ahli komunikasi simpanse sekaligus antropolog Inggris, yang namanya kondang di kalangan dunia riset dan ilmu pengetahuan, Jane Goodall. 

Nama Jane Goodall identik dengan simpanse, konservasi, dan optimisme yang tak kenal lelah. Sejak pertama kali melangkahkan kakinya di Lembah Gombe pada tahun 1960, Goodall mampu merombak bagaimana cara ilmu sains memandang hubungan manusia dengan primata. 

Dia menunjukkan, bahwa perilaku hewan primata tersebut tak jauh dari manusia, seperti penggunaan alat, berburu, dan ikatan emosional. Goodall membuktikan bahwa hal-hal itu tak eksklusif hanya untuk manusia.

Tertarik Sejak Kecil
Dame Jane Morris Goodall, atau lebih dikenal sebagai Jane Goodall, lahir dengan nama Valerie Jane Morris-Goodall. Dia juga merupakan keturunan bangsawan, dengan gelar Baroness Jane van Lawick-Goodall. 

Dilahirkan  pada 3 April tahun 1934 di London, Inggris, Goodall dikenal sebagai primatolog, etolog, dan advokat konservasi yang mengubah wajah ilmu pengetahuan dan gerakan pelestarian satwa. Saat usianya 26 tahun, Goodall memulai penelitian di lapangan Gombe Stream, Tanzania. 

Penelitian tersebut menjadi tonggak penting dalam pemahaman kita tentang kecerdasan, emosi, dan kultur pada simpanse. Keandilan Goodall dalam ilmu sains tak hanya memiliki dampak pada komunitas ilmiah, tetapi juga memicu gerakan pendidikan lingkungan dan pemberdayaan pemuda di seluruh dunia.

Dia dilahirkan di keluarga yang mendukung imajinasi dan kecintaannya terhadap hewan. Sejak kecil, Goodall sudah tertarik pada binatang dan alam. Dia kerap mengumpulkan hewan-hewan kecil, memperhatikan perilaku hewan peliharaannya, dan membaca buku-buku naturalis serta buku klasik, seperti buku Tarzan of the Apes, yang perlahan memupuk dan menumbuhkan rasa keingintahuannya terhadap dunia biologi. 

Uniknya, pendidikan formal Jane tak bermula dari fakultas biologi. Ia sempat belajar mengenai peran sosial dan bekerja sebagai asisten di bidang penulisan dokumenter. 

Dari pengalamannya tersebut, Goodall bertemu dengan tokoh paleoantropologi, Louis Leakey, yang kemudian mengubah arah hidupnya. Leakey melihat ketulusan dan rasa ingin tahu Goodall sebagai modal berharga untuk penelitian lapangan.

Konsekuensi dari langkah awal yang dipilih Goodall merupakan sebuah keputusan yang radikal. Pasalnya, dia lebih memilih untuk meninggalkan kenyamanan kehidupan di Inggris untuk hidup di alam liar Afrika yang tak memiliki garansi hidup serba layak. 

Goodall memutuskan untuk belajar lebih dekat. Ia belajar dari pengamatan dan interaksi langsung dengan simpanse liar. Keputusan ini bukan tanpa tantangan. 

Sudah jelas kondisi lapangan alam liar Afrika sangat keras. Kemudian, stigma gender yang kuat pada masa itu terhadap perempuan ilmuwan lapangan, juga keterbatasan fasilitas menjadi bagian dari perjalanan yang membentuk reputasi akademiknya kelak. 

Namun, gabungan tekad dan empati terhadap subjek penelitian, serta pendekatan observasional tanpa paksaan yang dikembangkannya, menjadi sebuah keunikan dari metode Goodall.

Penelitian yang Mengubah Sains
Pada 14 juli 1960, Goodall tiba di Gombe Stream yang merupakan kawasan kecil di tepi Danau Tanganyika untuk memulai studi lapangan jangka panjang terhadap simpanse liar. Cara kerja Goodall sangat berbeda dengan praktik ilmiah konvensional saat itu. 

Goodall memberi nama individu-individu simpanse, seperti David Greybeard dan Flo. Ini berbeda dengan yang dilakukan ahli lainnya, yang biasanya memberi nomor kepada hewan yang diamati. 

Di sana, dia mengamati perilaku sosial sehari-hari dan menunggu lama sampai para chimps nyaman dengan kehadirannya. Metode “berbeda” inilah yang kemudian mendatangkan penemuan-penemuan yang menggemparkan dunia ilmiah.

Salah satu temuan paling revolusioner Goodall adalah bahwa simpanse dapat menggunakan alat, seperti batang rumput untuk mengais rayap dari lubang. Ini merupakan perilaku yang sebelumnya dianggap sebagai batasan yang memisahkan manusia dengan hewan lainnya. 

Observasi ini menantang definisi klasik tentang alat yang hanya dimiliki manusia dan mendorong ulang klasifikasi kognisi primata. Selain itu, Goodall mendokumentasikan perilaku berburu terkoordinasi oleh simpanse. Mereka menggunakan taktik agresi antar-kelompok dan ekspresi emosional, seperti simpati dan kesedihan. 

Temuan-temuan ini mengubah etika dan filosofi dalam ilmu perilaku hewan, serta memperkaya pemahaman evolusi perilaku manusia. Metodologi yang digunakan Goodall sederhana, yaitu obervasi pertisipatif yang penuh empati, tetapi tetap sistematis, yang membuka gerbang bagi studi etologi modern. 

Bukan sekadar mencatat frekuensi perilaku, metodologi ini memungkinkan Goodall memahami konteks sosial, hubungan keluarga, bahkan “budaya” kelompok simpanse yang berbeda. Karena hal tersebut, Gombe menjadi situs penelitian jangka panjang yang tak ternilai, dengan data yang kini digunakan untuk studi perilaku jangka panjang, genetika, konservasi, dan bahkan studi perubahan lingkungan.

Walau memulai sebagai peneliti lapangan tanpa gelar universitas pada awalnya, Jane Goodall kemudian menerima gelar Ph.D dari University of Cambridge pada tahun 1965. Ini merupakan prestasi luar biasa mengingat tradisi akademik pada masa itu. 

Penghargaan akademis dan kehormatan atas kontribusinya terus berkembang sepanjang hidupnya. Goodall mendapatkan ratusan gelar kehormatan dari universitas internasional serta berbagai penghargaan bergengsi dari negara dan lembaga ilmiah.

Dalam daftar penghargaan formal, Goodall menerima pengakuan, seperti Dame Commander of the Order of the British Empire (DBE), penghargaan dari National Geographic Society, Kyoto Prize, dan banyak lainnya. Tahun 2002, ia ditunjuk sebagai United Nations Messenger of Peace, peran yang semakin menguatkan posisinya sebagai juru bicara global untuk isu-isu lingkungan dan kesejahteraan hewan. 

Penghargaan dan gelar tersebut tak hanya sekedar simbol. Penghargaan itu membantu membuka dialog lintas negara dan mengangkat isu konservasi di forum internasional.

Dari Riset ke Aksi
Pada tahun 1977, Goodall mendirikan Jane Goodall Institue (JGI) untuk memperluas dampak riset Gombe ke program konservasi yang lebih luas. JGI berfokus pada perlindungan habitat, rehabilitasi simpanse korban perdagangan satwa, dan program-program komunitas yang mengaitkan konservasi dengan kesejahteraan manusia lokal. Dengan demikian, Goodall mengubah model konservasi monolitik menjadi pendekatan “berbasis komunitas” yang mengakui bahwa manusia lokal adalah bagian integral dari solusi.

Program-program JGI, seperti TACARE (program pemberdayaan dan konservasi di Tanzania), menekankan kemitraan dengan komunitas lokal. Pendekatan yang dilakukan, yaitu konservasi yang bukan dipaksakan dari luar, tetapi dikembangkan bersama berdasarkan kebutuhan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan masyarakat setempat. Pendekatan ini membantu mengurangi tekanan terhadap habitat simpanse, seperti pembalakan dan perluasan pertanian, dengan menawarkan alternatif penghidupan yang lebih berkelanjutan.

Pada tahun 1991, dari pertemuan sederhana dengan sekelompok remaja di beranda rumahnya di Dar es Salaam, Goodall melahirkan Root & Shoots yang merupakan program pergerakan anak muda untuk melakukan aksi lokal terhadap isu lingkungan, satwa, dan komunitas. Root & Shoots menekankan gagasan sederhana, anak-anak dan remaja dapat memimpin perubahan praktis jika diberi pengetahuan, dukungan, dan ruang untuk bertindak. Hingga saat ini, program tersebut telah berkembang ke ratusan negara dan melibatkan ribuan kelompok pemuda.

Kekuatan Roots & Shoots tak sekadar di jumlah dan amplifikasinya, tetapi di model kerjanya. Proyek-proyek kecil di tingkat lokal seperti penanaman pohon, pembersihan kawasan, atau kampanye anti-perdagangan satwa dirancang untuk memberi pengalaman langsung bagi generasi muda bahwa tindakan mereka berdampak nyata. Model ini menyemai nilai kepemimpinan, kolaborasi, dan tanggung jawab ekologis yang berpotensi menumbuhkan generasi pelestari aktif.

Sepanjang kariernya, Jane Goodall seringkali mengeluarkan banyak pertanyaan yang kemudian menjadi motto dan juga inspirasi bagi banyak individu. Di antara yang paling terkenal adalah: “What you do makes a difference, and you have to decide what kind of difference you want to make.” 

Kutipan tersebut sering diulang dalam pidato-pidatonya dan menjadi tagline organisasi-organisasi yang didirikannya. Kutipan lainnya, yaitu: “The greatest danger to our future is apathy.” 

Pesan-pesan tersebut merangkum folisofi hidup Goodall. Tindakan kecil yang dilakukan dengan niat baik lebih efektif daripada putus asa.

Selain itu, Goodall kerap menegaskan nilai empati dan hormat terhadap seluruh makhluk hidup. Ucapannya tentang bagaimana kita tidak bisa melalui satu hari tanpa meninggalkan jejak di dunia menegaskan tanggung jawab kolektif manusia terhadap lingkungan. Setiap keputusan konsumsi, pemilihan sumber pangan, maupun pilihan politik memiliki efek ekologis.  

Goodall juga meninggalkan jejak substansial dalam literatur populer dan ilmiah. Banyak bukunya, seperti In the Shadow of Man dan memoir serta karya populer lainnya, dia membawa isu konservasi ke khalayak luas dan menjembatani dunia akademik dengan masyarakat umum. National Geographic memainkan peran penting dalam penyebaran kisahnya sejak awal, menjadikan Gombe dan “anak-anaknya”, yaitu para chimps Goodall dikenal dunia.

Sebagai seorang figur publik, dia juga tak bebas dari serangan ilmuwan lain. Banyak juga yang tak setuju dengan sudut pandangnya. Dia kerap melakukan pendekatan yang berbeda, menggunakan nama individu dan interaksi dekat dengan objek penelitiannya. Goodall mendapatkan kritik dari ilmuwan tradisional yang menganggap pendekatannya terlalu antropomorfik. 

Tetapi, seiring bergulirnya waktu, pendekatan Goodall diakui bernilai karena menyajikan data kontekstual yang sangat kaya dan memperlihatkan kompleksitas perilaku primata liar yang sebelumnya tak muncul dalam buku saintifik. Debat ilmiah tersebut menjadi bukti hidup bahwa ilmu adalah proses dinamis, teori dapat direvisi berdasarkan bukti baru dan metode yang beragam.

Warisan Jane Goodall
Jane Goodall bukan sekadar ilmuwan yang meneliti simpanse, tetapi dia menjadi simbol kemanusiaan, empati, dan keteguhan hati. Dia mengajarkan bahwa rasa ingin tahu yang tulus dapat membuka pintu penemuan besar, bahwa empati bukanlah kelemahan, tetapi kunci untuk memahami makhluk lain dan dunia di sekitar kita. Melalui program yang dibangunnya, Goodall membuktikan bahwa ilmu pengetahuan sejati adalah yang dapat diterjemahkan menjadi aksi nyata, seperti melindungi alam, memberdayakan masyarakat, dan menumbuhkan harapan di hati generasi muda. 

Nilai yang diwariskannya yaitu keingintahuan tanpa henti, keberanian untuk bertindak, dan optimisme yang berpijak pada tindakan kecil, menjadi pengingat bahwa setiap orang, sekecil apa pun langkahnya, dapat membuat perbedaan bagi bumi dan kehidupan di dalamnya.

Bagian terpenting dari pesan Jane Goodall adalah panggilan untuk bertindak. Tidak harus tindakan spektakuler, tetapi kebiasaan kecil yang dapat beriak dan beramplifikasi oleh banyak orang. Dapat dimulai dari pemilihan makanan yang lebih berkelanjutan, pengurangan sampah, hingga partisipasi dalam program lokal, semuanya merupakan perpanjangan dari filosofi hidupnya, yaitu setiap tindakan kecil membuat perbedaan.

Kisah Jane Goodall menggabungkan ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan aksi sosial. Ia menunjukkan bahwa sains dan hati memiliki implikasi. Penelitian yang dipadu dengan empati dapat mengubah paradigma ilmiah, mendobrak pemikiran yang kaku. Pendidikan dan pemberdayaan generasi muda bisa menumbuhkan perubahan berkelanjutan. Optimisme yang disertai dengan tindakan konkret merupakan bahan bakar perubahan.

Jane Goodall telah wafat pada 1 Oktober 2025 pada usia 91 tahun. Kabar tersebut memicu gelombang penghargaan dan refleksi dari komunitas ilmiah, pemimpin dunia, dan jutaan orang yang hidupnya pernah beririsan oleh Jane Goodall. Namun, peninggalannya bukan sekadar data penelitian atau daftar penghargaan semata. Warisannya terlihat pada jaringan lembaga, program pemuda, dan jutaan individu yang terinspirasi untuk bertindak demi bumi. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar