24 Mei 2024
19:57 WIB
Jakarta Masih Akan Jadi Kiblat Fesyen Indonesia
Meski tidak lagi menjadi Ibu Kota Negara, Jakarta ke depannya diprediksi masih akan menjadi kiblat fesyen dalam negeri.
Editor: Satrio Wicaksono
Model memperagakan busana saat pembukaan Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 di Pondok Indah Mall (PIM) 3, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - Jakarta diprediksi akan tetap menjadi kiblat fesyen bagi daerah-daerah lain di Indonesia, meski tidak lagi menyandang status sebagai Ibu Kota Negara. Hal ini tentunya menjadi paluang bagi para desainet untuk terus berkreasi.
"Saat ini brand-brand fesyen dunia justru mengincar Jakarta sebagai target pasar, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi desainer lokal untuk bersaing," kata pengamat fesyen, Hartono di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.
Menurutnya, salah satu alasannya karena di provinsi ini terdapat beragam perhelatan nasional maupun internasional, sehingga membutuhkan busana yang sesuai dengan tema-tema yang ada. Tak hanya itu, tradisi masyarakat timur (Asia) termasuk Indonesia yang senang untuk kegiatan seremonial, seperti pernikahan yang melibatkan banyak orang yang tentunya menjadi peluang pasar tersendiri di industri fesyen.
Dikatakan, salah satu keunggulan dari desainer fesyen tanah air adalah penguasaan di bidang wastra, yang memang kaya di tanah air, sehingga menjadi salah satu keunggulan kompetitif.
Terkait peluang di kancah mode internasional, Dewan Komite Pintu Inkubator, Theresia Mareta giat menjaring desainer lokal untuk mengikuti program inkubasi, agar berani untuk tampil di salah satu kiblat mode dunia di Paris, Prancis.
"Kalau dari jahitan maupun desain baju tidak kalah dengan brand dunia yang terkenal sekalipun. Tetapi kendalanya hanya mereknya tidak dikenal atau terlalu kecil. Sehingga penting untuk dikenalkan di dunia," kata Theresia.
Menurut dia, banyak dari desainer di Indonesia kreatif dalam menciptakan mode busana, tetapi lemah dalam mengembangkan bisnisnya. Maka, ada beberapa cara agar brand yang masih kecil-kecil itu bisa kuat, yakni dengan menggandeng mitra atau merekrut orang yang memiliki kemampuan bisnis untuk memperkuat merek.
"Dari sisi ide kreatif mereka unggul bahkan terkadang tidak pernah dipikirkan oleh desainer yang sudah eksis. Tetapi mereka tidak mengetahui sumber uang yang bisa menghubungkan ide mereka," katanya.
Untuk tahun ini, peserta inkubator yang bergabung hanya tujuh, berbeda dengan tahun 2023 yang mencapai 12 brand. "Kami seleksi ternyata hanya tujuh brand itu yang layak agar mampu masuk ke kancah mode dunia," sebutnya.
Theresia menjelaskan, kurasi untuk mengikuti program inkubator itu sangat ketat, seperti pada tahun lalu dari 400 peserta kemudian di tahap seleksi yang lolos hanya 50, kemudian di tahapan akhir hanya ada 12 yang lolos. Program inkubator ini hanya berjalan selama enam bulan, selanjutnya mereka harus bisa menjalankan sendiri untuk melakukan pengembangan.
"Peserta yang kami pilih harus mengusung wastra Nusantara dan harus berkelanjutan (sustain). Jangan sampai sudah dipilih terus berhenti di tengah jalan," kata Theresia.