c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

31 Agustus 2024

16:21 WIB

ITB Kembangkan Drone Untuk Medan Bencana

Putusnya jalur evakuasi dan pengantaran logistik yang terjadi saat bencana gempa bumi Cianjur beberapa waktu silam, mendorong akademisi ITB mengembangkan drone medis presisi.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

<p>ITB Kembangkan Drone Untuk Medan Bencana</p>
<p>ITB Kembangkan Drone Untuk Medan Bencana</p>

Drone medis presisi. Ist

JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki risiko bencana cukup tinggi. Mulai dari deretan gunung berapi, pertemuan tiga lempeng teknonik, potensi tsunami hingga banjir.

Karenanya, mitigasi kebencanaan menjadi hal penting yang harus dipersiapkan secara matang. Fakta tersebut mendorong lahirnya inovasi drone yang bisa membawa logistik ke lokasi bencana. Precision Medic Drone (drone medis presisi) ini mampu membawa logistik sekitar 10 kilometer.

Adapun pengembangannya dilakukan oleh Dosen Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Faqihza Mukhlish dengan Robby Azhari di bidang System Engineering of Defense and Space Technology.

Latar belakang tercetus inovasi ini berawal dari bencana gempa Cianjur yang mengakibatkan putusnya jalur transportasi darat di sana. Kondisi itu menghambat pengiriman logistik bantuan, termasuk peralatan medis untuk para korban terdampak langsung.

Adanya inovasi ini diyakini dapat menjawab tantangan pengantaran alat medis secara lebih cepat dan efisien ke wilayah bencana. Apalagi seperti dijelaskan Faqihza, inovasi ini berbeda dengan pesawat seperti helikopter pembawa logistik yang membutuhkan biaya tinggi, dan dalam proses pendaratannya yang mampu memberi gemuruh tekanan pada lokasi pendaratan.

Precision Medic Drone akan menjadi pesawat nirawak berukuran kecil yang mampu melakukan pendaratan presisi tanpa stasiun khusus berbekal helipad QR code. Inovasi ini mampu melaju dengan kecepatan 60 km/jam dan dapat menjangkau daerah evakuasi dengan cepat dan efisien.

"Dengan mobilitas yang tinggi dan kemampuan untuk mendarat di helipad pribadi, drone medis dapat menjadi solusi yang efektif dalam situasi darurat," ucapnya.

Investasi awal untuk mengembangkan drone medis presisi ini mencapai sekitar Rp150 juta. Namun, dengan efisiensi biaya operasional yang tinggi, drone ini diproyeksikan menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang.

Pengebangan drone ini sendiri telah terpilih menjadi salah satu dari 18 penerima pendanaan Inovasi Kedaireka dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbudristek).

Platform Kedaireka Kampus Merdeka adalah inisiatif Ditjen Dikti serta Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi di bawah Kemendikbudristek. Kedaireka merupakan singkatan dari Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka, yang bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia usaha, industri, dan pihak terkait lainnya dalam mendukung inovasi dan reka cipta di Indonesia.

Tak hanya itu, Faqihza juga telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertahanan untuk pengiriman logistik militer. Saat ini, drone medis ini juga telah sukses digunakan dalam proyek reboisasi mangrove di pesisir Jawa Barat dengan mempercepat proses penanaman dengan bantuan pelontar benih.

Ke depannya, Faqihza berharap dapat berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam misi kemanusiaan, seperti pengiriman alat medis ke daerah bencana.

"Kami berharap masyarakat dapat melihat potensi positif dari teknologi drone. Penggunaan drone tidak selalu terkait dengan konflik, tetapi juga dapat memberikan manfaat nyata bagi kehidupan sehari-hari," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar