c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

23 Juli 2025

10:58 WIB

IPB 11S Bepe, Varietas Padi Untuk Daerah Pantai

Varietas unggul baru (VUB) IPB 11S Bepe dihadirkan sebagai solusi untuk menciptakan ketahanan pangan di daerah pesisir. Varietas padi ini mampu beradaptasi dengan kadar garam. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>IPB 11S Bepe, Varietas Padi Untuk Daerah Pantai<br id="isPasted"><br></p>
<p>IPB 11S Bepe, Varietas Padi Untuk Daerah Pantai<br id="isPasted"><br></p>

Varietas pada IPB 11S Bepe. Foto: laman ipb.ac.id.

JAKARTA - Inovasi terus dilucuncurkan berbagai pihak, termasuk di sektor pertanian. Kali ini, kolaborasi IPB University, Kementerian Pertanian (Kementan), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali meluncurkan varietas padi sawah yang toleran terhadap salinitas (kadar garam). Varietas unggul baru (VUB) ini dinamai IPB 11S Bepe.

Adapun pemulia dalam riset dan inovasi tersebut adalah Prof Bambang Sapta Purwoko, Dr Willy Bayuardi Suwarno, Akhmad Hidayatullah, MSi, Anggita Duhita Anindyajati, MSi (IPB University); Dr Iswari Saraswati Dewi (BRIN); dan almh Dr Heni Safitri (Kementan).

"Keunggulan VUB IPB 11S Bepe ini ialah rata-rata produktivitasnya yang mencapai 7,7 ton/ha dengan potensi hasil 11,5 ton/ha dan berumur genjah (111 hari setelah tanam/HST). Sebagai perbandingan, saat ini, rata-rata produktivitas padi sawah secara nasional ialah 5,29 ton/ha,” ucap Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Bambang Sapta Purwoko. 

Terkait ketahanan terhadap hama dan penyakit, dia menuturkan, IPB 11S Bepe memiliki ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3. Inovasi ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan tahan patotipe IV, pada saat fase vegetatif dan generatif. 

Selain itu, varietas ini memiliki ketahanan terhadap penyakit blas (ras 013) dan agak tahan terhadap 3 ras blas, yaitu ras 041, 053 dan 373. Untuk diketahui, penyakit blas padi ini merupakan akibat dari jamur Pyricularia oryzae.

“Dari segi kualitas gabah dan berasnya, IPB 11S Bepe memiliki rendemen beras pecah kulit 70%, rendemen beras giling 63%, dan rendemen beras kepala 80%. Tekstur nasinya pera dengan kadar amilosa 25%,” ulasnya.

Padi untuk Daerah Pantai
Prof Bambang menjelaskan latar belakang pengembangan varietas IPB 11S Bepe yang toleran terhadap kadar garam. Pasalnya sampai saat ini produksi padi nasional masih terfokus pada lahan sawah irigasi, terutama di Pulau Jawa dan Bali. 

Padahal, kata dia, tantangan di lahan sawah bertambah dengan makin luasnya konversi lahan serta perubahan iklim. 

"Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki garis pantai yang cukup panjang. Sebagian besar lahan pantai itu digunakan untuk produksi padi. Karena itu, upaya mengembangkan pertanaman padi bisa dilakukan ke lahan-lahan marginal yang potensial untuk produksi pangan,” terangnya.

Masalah salinitas mulai dihadapi petani dekat pantai, sehubungan terjadinya intrusi air laut ke pesawahan atau lahan pertanian lainnya akibat peningkatan permukaan air laut dan perubahan iklim. Salinitas juga terjadi di daerah-daerah dengan curah hujan rendah dan saat musim kemarau. 

Menurut BRIN, terdapat sekitar satu juta hektare lahan pertanian di Indonesia yang terdampak salinitas. Hal ini berpotensi menurunkan hasil dan produktivitas tanaman pertanian secara nasional.

"Besarnya potensi lahan terpapar salinitas, perakitan varietas unggul padi sawah toleran salinitas tinggi seperti IPB 11S ini, diharapkan mampu meningkatkan produksi padi di area dekat pantai atau lahan sawah yang mempunyai saluran air terhubung langsung dengan air laut," tuturnya.

Sebagai contoh, di Jawa, areal terpapar salinitas (lahan salin) terdapat di lahan sawah kawasan pantai utara (Pantura). Padahal, kawasan ini merupakan lumbung padi nasional. Di luar Jawa, lahan salin tersebar di beberapa provinsi, terutama di daerah pesisir dan lahan bekas tambak.

Beberapa daerah yang umum terdampak adalah Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, dan Riau. Lahan salin juga dapat ditemukan di daerah lain seperti Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur, meskipun dengan prevalensi yang berbeda.

Hingga saat ini, IPB 11S Bepe telah ditanam petani di beberapa kabupaten di Jawa Barat (Bogor, Karawang, Sukabumi, Cirebon), Jawa Timur (Sidoarjo, Malang, Blitar) dan Sumatra Barat (Payakumbuh dan Dharmasraya).

Prof Bambang merekomendasikan, IPB11S Bepe ditanam mengikuti kaidah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut (dpl).

"Dengan diluncurkannya varietas IPB 11S Bepe ini, kami berharap dapat turut menyediakan varietas baru padi sawah untuk mendukung peningkatan luas tanam padi di lahan berpotensi salin yang merupakan bagian dari upaya ketahanan pangan berkelanjutan," harapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar