06 November 2023
16:03 WIB
JAKARTA – Waxing atau menghilangkan bulu di tubuh dengan mencabut memakai bahan lilin cair, masih menjadi pilihan sebagian orang. Ketiak, bulu kaki atau tangan, sampai bulu di area kemaluan, menjadi spot-spot yang sering kali ‘dibersihkan’ menggunakan metode waxing.
Namun, khusus untuk kulit di sekitar area genital atau kemaluan, sangat sensitif dan halus. Menurut pakar dermatologi di Weill Cornell Medicine New York City, Marisa Garshick, MD, mencabuti rambut di area tersebut dengan menjalani waxing dianggap aman asalkan dilakukan oleh penyedia terpercaya.
Namun, menurutnya, ada beberapa kemungkinan efek samping yang meliputi metode ini. Salah satunya, proses menyakitkan yang berpotensi terjadi.
Garshick seperti disiarkan Livestrong (5/11) mengatakan, prosedur menggunakan cairan khusus untuk menghilangkan semua rambut di sekitar area kemaluan itu alias waxing bisa terasa sakit. Terutama jika seseorang baru pertama kali melakukannya.
Risiko lainnya, kulit mungkin mengalami iritasi. Kombinasi wax (lilin) panas dan penghilangan rambut dapat membuat kulit menjadi merah dan teriritasi. Menurut Garshick, bukan hal yang aneh jika seseorang merasakan benjolan merah, rambut kemaluan tumbuh ke dalam, atau rasa sensitif setelah waxing di organ intimnya.
Jika kulit rentan terhadap iritasi, seseorang mungkin juga mengalami ruam ringan, pengelupasan, atau merasa gatal saat rambut kemaluan tumbuh kembali. Bagi sebagian besar orang, iritasi akibat waxing akan mereda dalam satu atau dua hari.
Risiko lainnya dari waxing di sekitar kemaluan yakni sensasi seperti terbakar.
“Lilin yang terlalu panas dapat dengan mudah membakar kulit,” kata Garshick.
Sebagian besar luka bakar akibat waxing bersifat dangkal, artinya luka bakar tersebut merusak lapisan atas kulit dan menyebabkan nyeri ringan, kemerahan, dan iritasi. Pada beberapa kasus, bisa juga menyebabkan jaringan parut.
Menurut Cleveland Clinic, waxing juga bisa berisiko menyebabkan infeksi jika tidak dilakukan dengan benar, dan alat yang digunakan tidak higienis. Meskipun hal ini tidak berarti setiap waxing akan menyebabkan infeksi, jika seseorang memiliki luka kecil atau luka di area tersebut, ada kemungkinan mikroba penyebab infeksi dapat masuk melalui kulit dan menimbulkan rasa sakit.
Agar waxing berjalan lebih aman, lanjut Garshick, pastikan dokter spesialis yang didatangi mengenakan sarung tangan dan menggunakan stik baru setiap kali mereka mengambil lilin dari wadah.
Lalu, lebih baik waxing di salon atau di rumah? Tidak ada yang lebih baik karena keduanya memiliki jumlah risiko yang sama. “Baik melakukan waxing sendiri di rumah atau di salon, selalu ada risiko luka bakar, jaringan parut, atau infeksi,” tuturnya.
Risiko seseorang bahkan lebih tinggi, jika dia atau spesialis waxing tidak berpengalaman dan salon tidak melakukan tindakan pencegahan yang tepat.
Jangan Dicukur Habis
Sebelumnya, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dr. Tofan Widya Utami, Sp.OG (K) menyarankan wanita tidak mencukur habis rambut pada organ genital atau kemaluan. Hal ini menurutnya perlu diperhatikan demi menghindari masalah.
"Rambut yang sepele-sepele, kalau kita bilang itu ada gunanya semua. Rambut (di area kemaluan) jangan dikerok, di-waxing supaya bersih kayak bayi, tetapi secara baik gunting sisakan 0,5 cm," ujar dia dalam kegiatan Ladies Talk “Stress Berlebih Ganggu Area Kewanitaanmu!” di Jakarta, Kamis.
Menurut Tofan, hal ini demi menghindari timbulnya gatal saat rambut baru tumbuh. Rasa gatal ini terkadang memicu seseorang untuk menggaruk, padahal dia belum mencuci tangannya. Mengutip Medical News Today dan Healthline, menggaruk area yang gatal justru dapat memperburuk rasa gatal karena dianggap mengiritasi ujung saraf di area yang Anda garuk.
Terkait fungsi, rambut di organ genital diketahui memiliki beberapa manfaat perlindungan antara lain mencegah kotoran memasuki vagina. Keberadaannya juga dapat berfungsi sebagai semacam bantalan untuk melindungi terhadap gesekan saat berhubungan intim dan penutup untuk menjaga organ tetap hangat.
Selain soal rambut, Tofan juga menyarankan orang-orang menjaga kebersihan organ genital. Khusus untuk wanita, area vulva termasuk yang boleh dibersihkan menggunakan air dan sabun tetapi tidak dilakukan setiap hari.
"Vulva harus cucinya pakai sabun, jangan air saja. Tetapi tidak dilakukan setiap hari, setiap saat. Justru kalau kita melakukannya setiap saat atau rutin, itu menyebabkan inflamasi atau radang vulvitis (radang di vulva)," ucapnya.
Tofan juga mengingatkan, cara membersihkan organ genital harus dilakukan dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya dari belakang ke depan. Dia menyarankan penggunaan bidet yang arahnya dari depan ke belakang.
"Saya kok enggak setuju ya dengan (bidet) yang disiram dari belakang, itu akan memicu satu percikan, mikroorganisme patogen, dari anus ke depan. Padahal kita mengajarkan, bagaimana cara membasuh organ genital eksternal kita dari depan ke belakang," tandasnya.