20 April 2023
09:02 WIB
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Saat melakukan perjalanan mudik, stamina dituntut untuk tetap prima. Karena saat berkendara, fokus menjadi hal yang sangat penting untuk memastikan keselamatan diri sendiri, penumpang dan pengguna jalan lainnya.
Jika jika Anda merasa lelah dan mulai mengantuk, sebaiknya berhenti di tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat sejenak. Beberapa orang lebih memilih tetap beristirahat hingga tertidur di dalam mobil dalam keadaan mesin dan AC menyala.
Tidur di dalam kondisi seperti itu menyebabkan risiko terpapar karbon monoksida. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang berbahaya dan beracun, dan bisa sangat berbahaya bagi manusia.
Dr. Babu Shershad dari Pusat Medis Pertama di Dubai mengatakan, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kecelakaan dan masalah kesehatan saat tidur di dalam mobil.
Ketika terpapar karbon monoksida, gas ini dapat terikat pada hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga mengganggu kemampuan darah untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan yang serius, bahkan kematian.
"Jika fitur mekanis mobil tidak setara, kebocoran knalpot mobil ke kabin kendaraan saat seseorang sedang tidur dapat lebih meningkatkan," lanjutnya.
DIa menambahkan, seperti dikutip dari Gulf News, gejala keracunan karbon monoksida yang akan terjadi antara lain sakit kepala, pusing, mual, muntah, kebingungan, kelelahan, dan sesak napas. Gejala-gejala ini dapat muncul dalam beberapa menit atau jam setelah terpapar karbon, tergantung pada tingkat paparannya.
"Bahkan dengan jendela terbuka, CO akan menumpuk pada tingkat yang lebih rendah pada akhirnya menurunkan oksigen dalam darah dan menyebabkan orang tersebut kehilangan cairan tubuh dan air setelah jangka waktu tertentu," kata Dr. Shershad.
Jika terpapar dalam waktu yang lama atau dalam jumlah yang tinggi, keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan kerusakan organ, kejang, bahkan kematian.
Lantas, apa perbedaan ketika seseorang yang mengemudi selama berjam-jam dengan AC menyala, dengan seseorang yang tidur di dalam mobil dengan kondisi AC yang juga menyala.
"Sebenarnya sangat simple, ketika mengemudi untuk jangka waktu yang lama, Anda menyadari suhu di dalam mobil serta kemungkinan kebocoran," jelasnya.
Saat pengemudi sadar dengan gas yang ada di dalam terasa pengap, mereka biasanya menurunkan jendela untuk membutuhkan udara segar.
Namun, dalam kasus tidur di dalam mobil, seseorang tidak menyadari tingkat suhu.
Oleh karena itu, mereka rentan terhadap penumpukan panas dan akumulasi CO.
"Saya merekomendasikan pengemudi untuk beristirahat sejenak dengan keluar dari mobil saat mengemudi untuk jarak jauh," pungkasnya.