c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

01 Oktober 2025

10:32 WIB

Indonesia Join UNESCO MONDIACULT, Dorong Budaya Jadi Solusi Krisis Iklim

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyoroti peluang penanganan krisis iklim lewat gerakan budaya. Warisan budaya menurutnya mengajarkan banyak praktik baik terkait pelestarian alam.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Indonesia Join UNESCO MONDIACULT, Dorong Budaya Jadi Solusi Krisis Iklim</p>
<p>Indonesia Join UNESCO MONDIACULT, Dorong Budaya Jadi Solusi Krisis Iklim</p>

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon berbicara dalam forum UNESCO MONDIACULT 2025. Dok: Kementerian Kebudayaan.

JAKARTA - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon mengetengahkan sektor budaya sebagai solusi krisis iklim dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal itu dikemukakan dalam pertemuan tingkat tinggi para Menteri Kebudayaan negara-negara yang tergabung dalam koalisi Group of Friends for Culture-Based Climate Action (GFCBCA) dalam rangkaian UNESCO MONDIACULT 2025 di Barcelona, Spanyol, Selasa (30/9).

UNESCO MONDIACULT merupakan forum koalisi yang beranggotakan 47 negara untuk memperkuat peran budaya dalam adaptasi dan mitigasi iklim. Sejak Mei 2025, Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan resmi bergabung sebagai anggota.

Dalam pidatonya, Menbud Fadli menyampaikan bahwa krisis iklim pada hakikatnya adalah krisis budaya. Dia menegaskan Indonesia mendukung inisiatif global lewat kebudayaan, dan menekankan budaya harus menjadi pilar utama dalam membangun ketahanan iklim global.

"Ancaman besar bukan hanya pada ekosistem, tetapi juga pada identitas bangsa, warisan, dan pengetahuan lokal yang menopang peradaban," ungkap Fadli dalam siaran resmi.

Fadli menyoroti tantangan nyata yang dihadapi Indonesia dalam menjaga ribuan situs budaya, seperti pelapukan pada bebatuan candi, serta risiko kerusakan situs prasejarah yang dekat dengan lokasi pertambangan.

Dia menyebut setiap aktivitas di sekitar wilayah warisan budaya, termasuk pertambangan, harus melalui penilaian dan berperspektif pelestarian. Warisan budaya seharusnya hidup bersama lingkungannya.

Jika iklim berubah, kata Fadli, candi-candi, gua-gua prasejarah, hingga tradisi turun-temurun ikut terancam. Maka itu dia menilai adanya urgensi budaya masuk dalam agenda iklim, baik di tingkat nasional maupun global.

Fadli kemudian menggarisbawahi berbagai praktik kearifan lokal yang berperan sebagai infrastruktur adaptasi.

"Misalnya filosofi Tri Hita Karana di Bali, praktik Sasi di Maluku dan Papua serta Menumbai di Riau sebagai mekanisme konservasi tradisional, juga Arat Sabulungan di Mentawai yang menegaskan keseimbangan manusia dan alam melalui hukum adat," jelasnya.

Baca juga: Jadikan Budaya Sebagai Solusi Hadapi Tantangan Global

Indonesia berkomitmen memperkuat integrasi budaya dalam strategi adaptasi global, serta mengangkat suara masyarakat adat dan penjaga warisan budaya sebagai bagian dari solusi iklim dunia.

"Semua ini membuktikan bahwa budaya adalah kekuatan nyata untuk menghadapi iklim. Namun tanpa dukungan dan kerja sama semua pihak, termasuk melalui kolaborasi antar negara, upaya ini tidak bisa berdiri sendiri," tegas Fadli.

Pertemuan UNESCO MONDIACULT 2025 kali ini menghasilkan Deklarasi Barcelona yang menegaskan bahwa budaya adalah aset yang rentan sekaligus instrumen strategis dalam adaptasi iklim. Menteri Kebudayaan Spanyol, Ernest Urtasun, menyebut pertemuan ini sebagai momentum penting yang menunjukkan bagaimana budaya bisa menjadi solusi bersama.

Fadli menambahkan, diplomasi budaya adalah instrumen strategis untuk membawa pesan keberlanjutan. Kementerian Kebudayaan menurutnya akan terus memperluas peran Indonesia dalam jejaring internasional.

"Inilah cara kita menjaga warisan bangsa, menginspirasi dunia, dan memastikan bahwa budaya menjadi solusi bagi krisis iklim, bagi generasi hari ini dan yang akan datang," ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar