07 Oktober 2023
16:07 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menjalani proses pengusulan alat musik Kolintang menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) kepada Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO), melalui skema penambahan.
Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Judi Wahjudin saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, menjelaskan Indonesia semula mengusulkan alat musik berasal dari Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara tersebut, sebagai WBTB UNESCO dalam skema nominasi tunggal. Namun Afrika Barat ternyata sudah mendaftarkan alat musik serupa dengan nama Balafon.
“Karena sudah ada alat musik terdaftar yang relatif sama, kami dalam ikhtiar menambahkan Kolintang sebagai WBT (Warisan Budaya Takbenda) UNESCO lewat skema extension (penambahan, red.), jadi ditambahkan dan dimasukkan dalam satu grup alat musik itu,” kata dia.
Ia menjelaskan perihal pendaftaran warisan budaya ke UNECO bukan bentuk klaim budaya milik satu negara, melainkan komitmen awal untuk bersama-sama melestarikan budaya. "Justru yang harus dipikirkan itu, setelah diusulkan ke UNESCO, warisan budaya tersebut mau diapakan. Jadi itu tanda komitmen bersama,” ujarnya.
Ia mengatakan saat ini UNESCO menggalakkan pilihan skema nominasi bersama atau nominasi penambahan, bagi negara-negara yang ingin mendaftarkan warisan budaya masing-masing. Hal ini menjadi alternatif dari skema nominasi tunggal yang proses pendaftarannya dua tahun sekali.
“Jadi bukan kesannya warisan budaya tersebut diambil negara lain, melainkan ada nilai lokal yang ternyata sifatnya universal dan bisa diakui bersama sehingga dimasukkan saja dalam satu kelompok,” kata Judi
Terkait dengan berbagai warisan budaya yang tidak lolos penetapan oleh UNESCO, ia menerangkan, ada beberapa faktor yang salah satunya karena data tidak lengkap. Seperti minimal memiliki maestro dan diingat oleh dua generasi serta ada tradisi maupun komunitas yang masih menggiatkan.
Di samping itu, ada nilai-nilai universal dunia yang harus dipenuhi oleh setiap warisan budaya yang akan didaftarkan kepada UNESCO.
Dorong Kolaborasi
Sebelumnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dakar, Senegal, mendorong kolaborasi alat musik tradisional Indonesia kolintang dengan balafon, alat musik tradisional dari negara-negara Afrika Barat. Halini guna mendukung nominasi kolintang dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Di hadapan Menteri Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah Senegal Aliou Sow, Dubes Dindin mengatakan, jenis alat musik tradisional yang serupa itu adalah kolintang dari Indonesia dan balafon, yang dimainkan di negara-negara Afrika Barat, termasuk Senegal.
"Indonesia dan Senegal memiliki jenis alat kesenian tradisional yang serupa," kata Duta Besar RI untuk Senegal Dindin Wahyudin.
Khusus mengenai kolintang, Pemerintah Indonesia saat ini sedang menominasikan alat musik tradisional tersebut ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (WBT) UNESCO. Nominasi tersebut dilakukan melalui skema ekstensi dengan alat musik tradisional balafon yang telah terlebih dahulu tercatat sebagai WBT UNESCO.
Untuk itu, kolaborasi antara kolintang dengan balafon yang dilakukan untuk pertama kalinya itu juga untuk mendukung “Kolintang Goes to UNESCO”. Selain itu, Dubes Dindin juga mengatakan meski hubungan diplomatik Indonesia dan Senegal telah terjalin selama 43 tahun, namun kedua negara sebenarnya memiliki hubungan sejarah yang panjang.
Indonesia merupakan penggagas dan tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung, yang saat itu mendorong kemerdekaan dan kerja sama Selatan-Selatan melalui Spirit Bandung. Nah, Spirit Bandung inilah yang pada waktu itu bertujuan untuk mendorong negara-negara di Asia dan Afrika untuk membebaskan diri dari kolonialisme, termasuk Senegal, yang merdeka pada 1960.
Spirit Bandung masih dinilai sangat relevan pada saat ini. Presiden Joko Widodo menyebutkan, kunjungannya ke Afrika baru-baru ini didasari keinginan untuk terus menghidupkan “Spirit Bandung“, di mana solidaritas, kekukuhan dan kerja sama antara negara-negara berkembang perlu terus diperkuat.
Kedekatan antara Indonesia dan Senegal juga tercermin dari hubungan baik di antara para pemimpin dan para menteri luar negeri dari kedua negara. Sementara itu, Spirit Bandung juga mencerminkan hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Senegal yang terus berkembang dengan baik.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Senegal meningkat signifikan hingga US$620 juta (sekitar Rp9,53 triliun) pada 2022. Beberapa kerja sama ekonomi konkret pun dilakukan melalui pembelian 3 pesawat CN-235 oleh Angkatan Udara Senegal dari PT Dirgantara Indonesia dan ekspor motor listrik Gesits dari PT WIMA ke perusahaan Laila Ndiaye Prima.
Selain itu, ada juga ekspor mesin pemanen pertanian dari perusahaan Indonesia Karya Hidup Sentosa ke perusahaan Senegal Manobi Africa, di samping sejumlah kerja sama lainnya di bidang ekonomi.
Kedekatan kedua negara juga tercermin di bidang sosial budaya dan people-to-people contact melalui pemberian beasiswa seni budaya Indonesia dan Darmasiswa (non sarjana). Serta beasiswa kerja sama negara berkembang (untuk S1, S2 dan S3).