c

Selamat

Rabu, 19 November 2025

KULTURA

22 Juli 2024

19:34 WIB

Imunisasi Tak Lengkap, Anak Berpotensi Kena Polio

Kalaupun karena suatu penyebab, status imunisasi polio seorang anak belum lengkap, maka anak tersebut harus mengejarnya sampai masuk usia sekolah dasar (SD)

<p>Imunisasi Tak Lengkap, Anak Berpotensi Kena Polio</p>
<p>Imunisasi Tak Lengkap, Anak Berpotensi Kena Polio</p>

Ilustrasi. Pemberian vaksin polio pada anak. Antara Foto/ Mohammad Ayudha

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengingatkan, seorang anak bisa terkena polio, apabila tak mendapatkan imunisasi polio lengkap, yakni empat dosis vaksin tetes dilanjutkan dua dosis vaksin suntik sebelum berusia satu tahun.

"Anak-anak bisa kena, karena imunisasi polio enggak lengkap. Misalnya hanya polio tetes, tapi tidak dilengkapi dengan polio suntik," kata Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Inggrita Wisnuwardani dalam acara "PIN Polio: Upaya Bersama Melindungi Anak dari Polio" yang disiarkan daring, Senin (22/7).

Kalaupun karena suatu penyebab, status imunisasi polio anak belum lengkap, maka dia harus mengejarnya sampai masuk usia sekolah dasar (SD). Inggrita mengatakan, sejumlah kondisi antara lain demam dan diare menjadi alasan seorang anak menunda imunisasi. Namun, setelah sembuh dia harus mengejar imunisasi yang tertinggal tersebut.

"Lalu bayi yang lahirnya terlalu kecil, kalau di bawa 2.000 gram, ditunggu sampai usia dua bulan atau beratnya sudah lebih dari 2.000 gram," kata dia.

Kemudian, khusus anak yang mengalami imunodefisiensi seperti pasien kanker atau autoimun yang mendapatkan obat-obatan untuk menekan sistem imun, mereka tidak bisa mendapatkan vaksin dengan virus polio hidup. Tetapi saat Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio pada 23 Juli 2024, pasien ini mendapatkan vaksin polio suntik alih-alih tetes.

Polio sendiri atau poliomielitis merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf, disebabkan virus dan biasanya tidak ada penyebab pengganggu lain yang menyebabkan kelumpuhan saraf. PIN Polio di Jakarta sebagai upaya mencegah anak-anak terkena polio akan berlangsung pada 23 hingga 29 Juli 2024 untuk putaran pertama.

Kemudian dilanjutkan putaran kedua diadakan pada 6 hingga 12 Agustus. Pemberian vaksin menyasar anak berusia nol hingga 7 tahun 11 bulan 29 hari.  "Harus 95% anak kita lindungi, kalau kurang dari itu bisa ada kejadian polio lagi. Jadi kalau belum mencapai 95%, akan diperpanjang sampai 3 Agustus dosis pertama. Lalu dosis keduanya akan dimulai 6 Agustus 2024," jelas Inggrita.

Inggrita mengatakan, semua kelompok usia bisa terkena polio, namun, merujuk laporan kasus, polio ditemukan pada anak berusia kurang dari 15 tahun. Pada kasus yang terjadi Aceh, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah pasien terbanyak berusia usia 0-5 tahun.

Menurut penelitian sekitar 90% orang yang terjangkit dengan virus polio tidak memberikan gejala atau tidak ada tanda apa-apa. Kalau pun muncul gejalanya biasanya mirip seperti flu biasa yakni demam, batuk, pilek, diare sedikit, mual, muntah. Namun, ada tanda dan gejala yang klasik yaitu kelumpuhan yang tiba-tiba terutama di separuh badan bagian bawah atau kaki.

Harus Ikut PIN
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mewajibkan anak yang sebelumnya sudah mendapat imunisasi polio, agar tetap mengikuti Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang diselenggarakan pada Juli dan Agustus 2024.

"Anak-anak yang sudah mendapatkan imunisasi polio tetap harus ikut PIN Polio 2024 yang dimulai pada 23 Juli," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta dr. Budi Setiawan.

Budi mengatakan, imunisasi polio pada PIN Polio 2024 bertujuan untuk lebih melindungi anak dari virus polio yang terdeteksi sekarang, menghentikan penyebarannya dan mencegah munculnya kejadian luar biasa (KLB). Sasaran dalam kegiatan ini yakni mereka berusia 0-7 tahun untuk mendapatkan vaksin polio tetes sebanyak dua dosis. Dosis satu yakni pada 23 Juli - 29 Juli 2024 dan dosis dua 6 Agustus - 12 Agustus 2024.

Budi menuturkan, imunisasi polio akan mematangkan kekebalan tubuh anak setelah diberikan dua dosis dengan rentang waktu minimal dua minggu atau maksimal empat minggu. Dia lalu mengajak masyarakat untuk mendeteksi anggota keluarga yang belum berusia genap delapan tahun untuk mendapatkan imunisasi polio di berbagai lokasi yang tersedia seperti di sekolah, puskesmas, dan posyandu terdekat.

"Dua hari pertama atau 23 dan 24 Juli itu terutama di tempat anak berkumpul, kalau bisa 50% anak-anak 0-7 tahun telah mendapatkan imunisasi tetes," kata dia.

Menurut Budi, kegiatan PIN polio berkejaran dengan waktu dan harus serentak, bersama-sama, tinggi dan merata. "Menurut studi, kegiatan peningkatan imunitas anak terhadap polio itu harus dilakukan di seluruh Indonesia. Jakarta kebagian di periode kedua yakni daerah yang belum terdeteksi kasus namun harus tetap mendapatkan PIN Polio," jelas Budi.

Keamanan Vaksin
Terkait efek samping, imbuh dia, dari sebanyak 250 juta dosis vaksin polio yang telah diberikan di dunia, tidak ditemukan adanya efek samping atau kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI).  Kemudian, dari pelaksanaan PIN Polio, imunisasi polio tetes telah diberikan pada sekitar 15 juta anak di Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sleman dan tidak ada kejadian efek samping yang membahayakan ditemukan.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta pun menyebut, vaksin polio yang digunakan selama PIN Polio aman merujuk laporan dari Aceh, Jawa Barat dan, Papua yang sudah mengadakan kegiatan serupa. "Tidak ada laporan saat ini kejadian ikutan pasca-imunisasi yang sifatnya serius. Kalaupun ada, sifatnya demam ringan," ucap Inggrita Wisnuwardani.

Inggrita mengatakan, vaksin serupa pernah digunakan selama PIN polio tiga tahun berturut-turut yakni tahun 1995 hingga 1997 lalu berhenti digunakan hingga tahun lalu. Vaksin yang digunakan  berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Adapun wilayah seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua sudah melaksanakan PIN terlebih dulu tahun lalu karena ditemukan kasus polio di sana.

"Makanya vaksin hanya diberikan ketika ada kasus polio yang bermunculan. Ketika tidak ada kejadian, vaksin ini tidak akan digunakan. Dan itu memakai vaksin yang sama seperti yang akan kami pakai esok," kata Inggrita.

Dia mengingatkan polio merupakan penyakit yang ditularkan virus polio dan menyerang sistem saraf. Virus ini berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan dan kecacatan seumur hidup. Kelumpuhan ini sifatnya mendadak.

Gejala awal sebelum menjadi lumpuh biasanya hanya sakit tenggorokan, mual, bahkan hampir 90%n tidak ada gejala. Saat ini belum ada obat untuk polio. Apabila seseorang terlanjur terkena penyakit ini, maka dia hanya menjalani pengobatan untuk memperbaiki hidup, tetapi tidak bisa pulih sempurna.

Oleh karena itu, Inggrita mengingatkan warga untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan vaksin polio lengkap, termasuk mengikuti PIN Polio. Imunisasi polio diberikan pada bayi sebelum usia satu tahun yakni minimal empat kali vaksin polio tetes, lalu dua kali vaksin polio suntik guna mendapatkan kekebalan sampai seumur hidup. Kalau seandainya terlewat masih bisa dikejar sampai dia masuk usia sekolah dasar (SD).

"Kalau mau dapat (vaksin polio selama PIN Polio, datang saja ke puskesmas atau rumah sakit atau posyandu, tanyakan pada dokter spesialis anak, ketua RT atau lurah bisa dapatkan vaksin di mana seandainya tidak sempat datang ke puskesmas," pungkasnya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar