JAKARTA - Bangunan bersejarah di Bandung yang memiliki cerita menarik bukan hanya berada di bangunan-bangunan pemerintahan saja. Ada satu bangunan wisata berupa pusat perbelanjaan yang cikal-bakal tempatnya sudah berusia lebih dari 100 tahun, yakni Pasar Baru atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Pasar Baru Trade Center.
Berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata No. 152, Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung ini memiliki kisah sejarah yang panjang, di mana saat Belanda membangun Kota Bandung, para pedagang dari berbagai daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Cirebon, Banten, Pekalongan, hingga Palembang, berdatangan untuk mengadu nasib di kota kembang. Selain pribumi, pendatang dari China dan Arab juga berdatangan ke tempat ini.
Merupakan pasar tertua di Kota Kembang yang masih berdiri, sebenarnya cikal-bakal Pasar Baru berasal dari Pasar Baroeweg yang sebelumnya berpusat di daerah Ciguriang, sekitar Jalan Kepatihan yang dibangun pada tahun 1812.
Namun, pasar di Ciguriang terbakar akibat kerusuhan Munanda yang terjadi pada tahun 1842. Ruas jalan Ciguriang sendiri masih ada hingga saat ini. Tapi kerusuhan yang merusak berbagai kios tersebut, membuat para pedagang direlokasi ke Pasar Baru saat ini berada.
Munanda dan Perkembangan Pasar Baru
Sebelum memiliki bentuk berupa bangunan modern permanen seperti saat ini, Pasar Baru merupakan pasar tradisional berupa pasar daerah pecinan, untuk menampung pedagang yang direlokasi akibat huru-hara Munanda di Ciguriang.
Sedikit mengulik sejarahnya, Munanda merupakan seorang China Muslim dari Kudus yang tumbuh besar di Cianjur lalu pindah ke Bandung. Munanda mulai bekerja di Begel menjadi residen, namun ia mengkhianati kepercayaan atasannya karena kasus penyelewengan dana, sehingga dipenjarakan dan disiksa oleh Begel.
Karena tidak terima dengan perlakuan yang didapat, Munanda melakukan aksi balas dendam dengan membakar Pasar Ciguriang.
Jika menyusuri kawasan Pasar Baru saat ini, Anda akan menemukan beberapa jalan besar dan gang kecil yang bernama Dulatip, Tamim, Alkateri, Ence Aziz, Durman, dan nama jalan lainnya.
Nama-nama yang tersebut bukanlah nama sembarangan, namun bukan pula nama yang diambil dari pahlawan, melainkan nama yang diambil dari para saudagar pribumi, yang dulu sempat tinggal dan melakukan usaha perdagangan di tempat tersebut.
Di tahun 1906, sebagian besar bangunan Pasar Baru sudah diubah dalam bentuk pasar permanen, lantaran sudah banyak jajaran toko bagian depan dan los-los pasar di bagian belakang.
Berlanjut di tahun 1930, bangunan permanen tersebut sudah semakin besar dan bertingkat. Sudah tersohor sejak zaman dulu, Pasar Baru pernah jadi tempat favorit berjualan para saudagar pribumi, Arab, dan China.
Bahkan di tahun 1935, Pasar Baru menyandang predikat bukan hanya pasar terbersih dan terapi di Pulau Jawa, namun juga dijuluki sebagai pasar terbersih dan teratur se-Hindia Belanda.
Pasar Baru Kini
Pada tahun 2001, Pasar Baru dibangun ulang menjadi konsep modern seperti toko bertingkat, tak hanya menjual bahan pangan saja, namun berbagai macam barang sandang dengan harga terjangkau dan eksklusif.
Memang, saat itu suasana pasar tradisional mulai memudar, sehingga Pasar Baru dengan konsep modern diresmikan pada 21 Agustus 2003, dengan nama Pasar Baru Trade Center.
Namun hingga kini, Pasar Baru masih menjadi destinasi favorit warga Bandung jika hendak berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari.
Buka setiap pukul 07.00 WIB dan tutup di jam 17.00. Biasanya pada pagi hari pasar ini cukup ramai sehingga sedikit sesak karena banyaknya pengunjung.
Selain warga lokal, tak jarang wisatawan juga berbelanja ke tempat ini untuk membeli buah tangan dari Kota Kembang. Terlebih, lokasi Pasar Baru sendiri bisa dibilang cukup strategis karena berada di titik keramaian, dan dekat pusat wisata kota seperti Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga.