c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

20 Desember 2021

12:38 WIB

Hikayat Songket Melayu, Dari Sumatra Hingga Semenanjung Malaka

Songket sejatinya berkembang secara luas di komunitas masyarakat Indonesia, Malaysia, Singapura, maupun Brunei Darussalam, karena sama-sama lahir dari peradaban Melayu.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Hikayat Songket Melayu, Dari Sumatra Hingga Semenanjung Malaka
Hikayat Songket Melayu, Dari Sumatra Hingga Semenanjung Malaka
Perajin menunjukkan produk unggulan Songket Limar khas Sumatera Selatan. Antara foto/dok.

JAKARTA – Penetapan Songket Malaysia sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO, membuat geger publik di Indonesia. Pasalnya, kain satu ini diketahui sangat lekat dengan Indonesia, khususnya masyarakat Melayu di Palembang. Mengapa kini jadi warisan milik Malaysia?

Nah, beginilah dinamika orang-orang Indonesia dan Malaysia, yang sejak lama selalu mudah terjebak dalam konflik soal identitas. Orang-orang di Indonesia protes, sebab Malaysia mengaku-ngaku punya songket, padahal songket itu umum diketahui sebagai kainnya orang Palembang.

Namun, perlu disadari, Indonesia dan Malaysia berbagi banyak sejarah.

Peradaban Melayu dahulu kala membentang tak terbatas pada garis geografis kenegaraan seperti saat ini. Peradaban ini meluas dari Sumatra, sampai ke Malaysia, Brunei Darussalam hingga Thailand. Di dalam peradaban yang meluas itu pula, tradisi songket berkembang.

Sejumlah teori dari kalangan sejarawan mengungkapkan bahwa songket berasal dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke-13 dan 15. Perkembangan songket di wilayah ini tak terlepas dari dinamika perdagangan. Para pedagang China dan India yang singgah di selat Malaka dan pelabuhan-pelabuhan Sumatra dan Jawa pada abad ke-7 sampai 15.

Yudhi Syarofie dalam penelitiannya, Songket Palembang Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, dan Tradisi tahun 2007 menyebutkan tingginya popularitas di masa pasca Sriwijaya, yaitu masa Kerajaan Palembang di Kutogawang (1455-1659). Kegemaran pemakaian songket oleh para raja Palembang dan kerabat keraton terus berlanjut pada masa Kesultanan Palembang sejak 1663-1823.

Dalam kurun waktu itu pula, pengaruh pemakaian songket terus meluas lewat berbagai interaksi sosial maupun budaya. Merujuk hikayat rakyat Palembang sendiri, songket yang bermula dari Kerajaan Sriwijaya menyebar hingga ke sebagian besar wilayah Sumatra, terutama di Sumatra Barat, Lampung, Kepulauan Riau hingga Kalimantan. Lebih jauh lagi, songket juga sampai ke Semenanjung Malaya bahkan Thailand.

Perlu digarisbawahi, ada berbagai teori tentang penyebaran songket di kawasan Asia Tenggara ini. Sebagian teori menyebut bahwa penyebarannya berawal dari Sriwijaya lalu ke daerah-daerah lainnya. Namun, sebagian lagi meyakini songket lebih dulu menyebar di Malaka, barulah menyeberang ke Sumatra.

Yang jelas, songket sudah dikenal di Nusantara maupun di wilayah kerajaan Malaysia sejak abad ke-13. Dalam perjalanannya yang panjang, tenun songket berkembang sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di tempatnya masing-masing. Setiap wilayah mengembangkan songketnya sendiri, dengan motif, nilai, filosofi maupun cara penggunaan yang bervariasi.

Dalam variasi motif dan warna, misalnya, songket di  Indonesia memiliki banyak variasi, karena memang dikembangkangkan oleh berbagai komunitas masyarakatnya. Sementara itu, di Malaysia, songket umumnya mengambil motif bunga, dengan ragam warna yang tidak terlalu ramai. Begitupun dalam hal konsep pemakaian, antara satu wilayah dengan yang lainnya memiliki ciri khasnya masing-masing.

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami, bahwa songket sejatinya berkembang secara luas di komunitas masyarakat Melayu di Indonesia, Malaysia, Singapura maupun Brunei Darussalam. Karena sama-sama lahir dari peradaban Melayu, tak heran ada banyak produk kebudayaan yang kemudian terlihat mirip satu-sama lain.

Tak Didaftarkan Oleh Indonesia
 Yang perlu dicatat juga bahwa songket yang diakui UNESCO sebagai milik Malaysia bukanlah songket khas Palembang, namun memang songket yang berkembang di negeri Jiran sendiri. Artinya, tak ada praktik ‘pencurian’ budaya dalam hal ini.

Dalam siaran di laman resmi UNESCO beberapa hari lalu, disebutkan bahwa songket Malaysia sendiri merujuk pada kain tenunan tangan yang diproduksi melalui alat tenun tradisional. Teknik menenun pada masyarakatnya itu diyakini berasal dari abad keenam belas. Songket digunakan dalam pakaian tradisional untuk upacara, acara-acara pesta dan acara-acara resmi kenegaraan di Malaysia.

Faktor terbesar mengapa songket Malaysia yang diakui UNESCO bukannya songket dari Indonesia atau songket Palembang, yaitu karena Malaysia telah lebih dahulu mendaftarkan produk kebudayaan tersebut ke UNESCO.

Sementara itu, Indonesia masih belum mendaftarkan songket ke UNESCO. Hanya lima jenis songket telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda nasional saat ini, yaitu songket Palembang, songket Sambas, songket Pandai Sikek, songket Beratan, dan songket Silungkang.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar