16 September 2025
12:16 WIB
Hati-hati Terjebak Pola Pikir Algoritma
Kecanduan media sosial punya dampak sangat besar, bisa jadi terjebak pada pola atau cara berpikir yang hanya sebatas algotirma. Artinya membuat daya kritis jadi terkungkung.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi algoritma media sosial. Foto: Freepik,
JAKARTA - Paparan media sosial sedikit banyak turut memengaruhi pola pikir seseorang. Pasalnya, mereka yang kecanduan medsos, setiap harinya akan dijejali oleh konten-konten yang secara algoritma membuat pengguna semakin terlena.
Sayangnya, serangan konten yang ditonton berdasarkan algoritma tersenbut banyak tidak disadari justru membentuk cara atau pola berpikir seseorang, hingga mengarahkan ke tindakan tertentu. Inilah yang harus diwaspadai.
"Algoritma media sosial dapat membentuk cara berpikir, memengaruhi sikap, bahkan mengarahkan tindakan kita tanpa disadari," ujar Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) Prof. Dr. Andi Adriansyah.
Sangat disayangkan jika generasi muda hanya mengikuti arus algoritma, membuat daya kritis dan imajinasi akan terkungkung. Padahal inovasi lahir dari keberanian untuk merdeka dalam berpikir dan bertindak.
Menurut Andi, arus digital yang begitu deras sering kali menyeret anak muda mengikuti opini mayoritas tanpa refleksi kritis. Disinformasi dan berita palsu pun mudah menyebar, sementara ekspektasi globalisasi menuntut generasi muda untuk lebih cepat berprestasi dibanding generasi sebelumnya.
"Generasi muda harus berani bersikap, berani bersuara, dan berani bertindak, bukan hanya sebagai penerima ilmu, tetapi sebagai agen perubahan," imbuhnya, seperti dikutip dari Antara, Selasa (16/9).
Bersamaan dengan Kegiatan Pembukaan Perkuliahan Mahasiswa Baru (PPMB) Tahun Ajaran 2025/2026 yang digelar serentak di empat kampus, dirinya menegaskan arah gerak UMB dalam menyiapkan mahasiswa menghadapi tantangan digital dan sosial yang semakin rumit.
Andi menjelaskan integritas, merupakan kunci dalam menolak ketidakadilan dan menyuarakan kebenaran. Inovasi lahir dari keberanian berpikir bebas, sementara harmoni menjadi dasar untuk menghargai perbedaan dan membangun kolaborasi.
Dengan pijakan integritas, inovasi, dan harmoni, UMB berharap mahasiswa baru bukan sekadar cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat yang mampu melampaui jebakan algoritma digital serta memberi dampak nyata bagi masyarakat, bangsa, dan dunia.