c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

27 September 2025

08:52 WIB

Hari Jantung Sedunia, Mengenal Aritmia Jantung Lebih Dalam

Gejala aritmia sering kali tidak disadari. Bahkan keluhan yang menandakan gejala awal aritmia justru dianggap sebagai dampak kelelahan atau kurang tidur. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Hari Jantung Sedunia, Mengenal Aritmia Jantung Lebih Dalam</p>
<p id="isPasted">Hari Jantung Sedunia, Mengenal Aritmia Jantung Lebih Dalam</p>

Ilustrasi jantung. Shutterstock/Komsan Loonprom

JAKARTA - Setiap tanggal 29 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia. Peringatan ini menjadi momen untuk kembali mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga jantung tetap sehat.

Tahun ini mengusung tema “Don’t Miss a Beat”, sebuah ajakan agar lebih peka terhadap detak jantung sendiri dan tidak mengabaikan tanda-tanda awal gangguan yang bisa berakibat fatal. Salah satu masalah jantung yang kerap luput dari perhatian adalah aritmia, yaitu kondisi ketika irama jantung tidak berjalan sebagaimana mestinya. 

Detaknya bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan. Meski sering kali dianggap sepele, aritmia dapat menimbulkan komplikasi serius bila tidak dikenali dan ditangani dengan tepat.

Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Eka Hospital BSD, dr. Daniel Tanubudi menjelaskan, aritmia bisa dialami siapa saja, tidak hanya oleh orang dengan riwayat penyakit jantung. Gangguan ini terjadi akibat sinyal listrik dalam jantung yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. 

"Aritmia tidak selalu menimbulkan gejala yang jelas, sehingga banyak pasien baru menyadari ketika kondisinya sudah cukup berat. Padahal, deteksi dini bisa membantu mencegah komplikasi serius seperti stroke atau henti jantung mendadak,” ujar dr. Daniel di Tangerang, Jumat (26/9).

Ia memaparkan, aritmia hadir dalam berbagai bentuk. Fibrilasi atrium atau AFib adalah salah satu yang paling sering ditemui, ditandai dengan detak jantung yang cepat dan tidak teratur sehingga meningkatkan risiko stroke. 

Ada juga takikardia supraventrikular, kondisi ketika jantung berdetak sangat cepat dari bilik atas, serta bradikardia yang ditandai dengan detak jantung lambat di bawah 60 kali per menit. Bentuk yang paling berbahaya adalah ventricular fibrillation atau VFib, ketika detak jantung kacau di bilik bawah dan dapat memicu henti jantung mendadak hanya dalam hitungan menit.

Sayangnya, gejala aritmia sering kali tidak disadari. Banyak orang menganggap keluhan seperti jantung berdebar, pusing, sesak, nyeri dada, atau rasa lelah berlebihan hanya akibat kurang tidur atau kelelahan. 

Padahal, menurut dr. Daniel, tanda-tanda sederhana ini bisa menjadi peringatan dini adanya gangguan irama jantung. 

"Pasien sering datang dengan keluhan jantung berdebar, pusing, atau sesak, tapi mereka mengira hanya karena kurang istirahat. Padahal bisa saja itu tanda aritmia,” lanjutnya.

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko aritmia. Gaya hidup tidak sehat, seperti konsumsi kafein atau alkohol berlebihan, merokok, dan stres kronis, menjadi pemicu yang cukup umum. 

Faktor genetik juga berperan, terutama jika ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung. Selain itu, beberapa penyakit penyerta, seperti hipertensi, diabetes, gangguan tiroid, hingga penyakit jantung koroner, turut memperbesar kemungkinan seseorang mengalami gangguan irama jantung.

Meski demikian, aritmia bukan berarti akhir dari segalanya. Dengan penanganan yang tepat, kondisi ini dapat dikendalikan. Ia menekankan bahwa obat-obatan memang membantu menstabilkan irama jantung, namun gaya hidup sehat tetap menjadi kunci utama. 

"Obat bisa membantu menstabilkan irama jantung, tetapi tanpa pola hidup sehat hasilnya tidak optimal. Olahraga teratur, pola makan rendah lemak jenuh dan gula, serta menjaga berat badan akan sangat membantu mencegah kekambuhan aritmia,” paparnya.

Tidak semua aritmia bersifat berbahaya. Ada yang tergolong ringan dan tidak menimbulkan gejala berarti, namun ada pula yang bisa mengancam nyawa, seperti VFib. 

Untuk mengetahui tingkat keparahannya, diperlukan pemeriksaan medis, salah satunya melalui EKG atau tes jantung lainnya, agar dokter dapat memastikan jenis aritmia dan memberikan penanganan yang sesuai.

Hari Jantung Sedunia mengingatkan bahwa menjaga jantung tetap sehat bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan. Aritmia dapat dicegah dan dikelola dengan gaya hidup sehat, pemeriksaan rutin, serta kepatuhan pada pengobatan. 

"Jangan menunggu gejala menjadi berat. Jika sering merasa berdebar, pusing, atau mudah lelah tanpa sebab jelas, sebaiknya segera periksa ke dokter. Deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar