c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

22 Agustus 2025

10:08 WIB

Guru Besar ITS Gunakan Limbah Untuk Atasi Masalah Limbah

Dengan metode adsorpsi, Guru Besar Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ITS,  Prof. Ni’mah memanfaatkan limbah untuk mengatasi masalah limbah.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Guru Besar ITS Gunakan Limbah Untuk Atasi Masalah Limbah</p>
<p>Guru Besar ITS Gunakan Limbah Untuk Atasi Masalah Limbah</p>

Prof. Yatim Lailun Ni’mah SSi MSi PhD ketika melakukan uji laboratorium untuk risetnya. Sumber foto: ITS

JAKARTA - Indonesia masih dihantui permasalahan limbah dalam skala besar, baik limbah organik mapun anorganik yang banyak berasal dari aktivitas industri. Belum lagi persoalan limbah kimia yang juga memberi ancaman lebih besar, seperti logam berat, pewarna sintetis, hingga hasil sisa bahan kimia industri.

Meski berbagai metode pengolahan limbah telah dilakukan, namun masih terkendala banyak persoalan, mulai dari kendala biaya, infrastruktur, maupun dampak lanjutan yang dihasilkan.

Oleh karena itu, perlu solusi alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan untuk menjawab tantangan pengelolaan limbah tersebut. Khususnya limbah berbahaya yang punya efek terhadap lingkungan yang lebih parah.

Peneliti sekaligus Guru Besar ke-223 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Yatim Lailun Ni’mah, menjadi salah satu yang cukup konsern dengan masalah tersebut. Maka, ia berinisiatif membuat inovasi pengelolaan limbah menjadi adsorben, yang kemudian digunakan untuk menangani masalah limbah berbahaya.

Adsorben sendiri istilah untuk sebuah zat padat berpori yang memiliki kemampuan untuk menarik dan menahan partikel lain (adsorbat) pada permukaannya, baik melalui ikatan fisik maupun kimia. Dan metode penarikan dan penahanan partikel tersebut, disebut adsorpsi. Dalam hal ini, Adsorben bisa digunakan untuk melakukan adsorpsi partikel berbahaya dari limbah kimia, logam berat dan sejenisnya.

Dijelaskan guru besar Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ITS itu, adsorpsi ini bisa menjadi salah satu metode pengolahan limbah yang efektif sekaligus murah. Prinsip kerja metode ini adalah dengan penyerapan adsorbat pada permukaan adsorben. Dengan cara ini, zat beracun yang terkandung dalam air limbah dapat menempel pada adsorben sehingga air menjadi lebih bersih.

Umumnya adsorben yang digunakan adalah material berpori dengan luas permukaan besar, seperti karbon aktif dan silika gel, sehingga mampu menyerap molekul pencemar dalam jumlah signifikan. Proses ini dapat berlangsung melalui interaksi fisik maupun ikatan kimia, tergantung sifat adsorben dan jenis kontaminan yang diolah sehingga fleksibel untuk berbagai kebutuhan pengolahan limbah.

Metode adsorpsi yang dikembangkan perempuan yang akrab disapa Prof. Ni’mah ini, memanfaatkan limbah pertanian seperti sekam padi, kulit manggis, dan bonggol jagung untuk diolah menjadi adsorben dalam bentuk karbon aktif. Selain itu, limbah padat industri seperti botol kaca dan abu terbang (fly ash) dapat disintesis menjadi adsorben dalam bentuk silika gel.

"Pendekatan waste to resource menjadi strategi penting agar limbah bisa menjadi aset untuk mengurangi pencemaran," terangnya.

Dalam risetnya, Prof. Ni’mah berhasil mensintesis silika gel dari limbah botol kaca dengan tingkat kemurnian 75,63%. Material ini terbukti efektif menyerap logam berat seperti tembaga, seng, dan timbal dengan efisiensi penyerapan mencapai 99%pada kondisi optimum.

Sementara itu, pemanfaatan limbah organik sebagai biosorben sekaligus sumber karbon untuk pembuatan karbon aktif, juga mampu menurunkan konsentrasi polutan berbahaya lebih dari 90%.

Selain efektivitasnnya yang telah teruji, juga harga murah dalam pebuatannya, keunggulan lain dari inovasi yang dikembangkannya ini adalah kemudahannya untuk diterapkan pada berbagai skala, mulai dari rumah tangga hingga industri. Sehingga dinilai bisa menjadi solusi tepat guna ini relevan bagi daerah yang masih memiliki keterbatasan infrastruktur pengolahan limbah.

"Penelitian ini sekaligus mendukung konsep ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai guna tinggi," tambah Kepala Program Studi Sains Analitik dan Instrumentasi Kimia ITS ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar