25 Oktober 2021
20:27 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Sejenak Ade Saptono melihat layar ponsel, yang waktu itu menunjukkan pukul tujuh pagi, sembari menunggu mesin kuda besinya panas sebelum membelah jalanan aspal perkotaan.
Tak lama, setelah mengaktifkan aplikasi, ponselnya pun berbunyi. Satu orderan untuk mengantarkan makanan masuk, sebagai penanda petualangannya di hari itu dimulai.
Bergegas dia tancap gas menuju warung makan nasi uduk di bilangan Pamulang, Tangerang Selatan. Jaraknya sekitar tujuh kilometer dari rumahnya di Pondok Petir, Depok.
Setelah paket sarapan siap, bapak 50 tahun itu kembali mengaspal ke titik pemesan. Selesai di orderan pertama, Ade kembali menanti pesanan GoFood selanjutnya. Setidaknya, aktivitas ini dia lakukan selama 15 jam dalam satu hari.
"Ini adalah rutinitas saya selama pandemi covid-19," cerita Ade kepada Validnews, Sabtu (15/10).
Ade bercerita, sudah lima tahun ia menjalani profesi sebagai driver Gojek karena perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar pada Juni 2015. Ia yang sudah bekerja selama enam tahun di perusahaan itu menjadi salah satu karyawan yang masuk ke dalam daftar PHK.
Usianya yang kala itu menginjak 45 tahun membuatnya tidak mungkin mencari pekerjaan yang terlampau berat. Ia menyadari, di usia menjelang senja, akan semakin sulit mencari pekerjaan. Saingannya bukan lagi seumuran, tapi anak-anak muda yang jauh lebih bertenaga dengan segala kompetensinya.
Lantas, Ade memilih menjadi mitra Gojek, sebagai jembatan untuk memberikan sambungan kehidupan bagi istri dan anak-anaknya. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ia jalani dengan menjadi seorang driver. Hingga akhirnya pandemi covid-19 melanda Indonesia. Semua lanskap kehidupan berubah.
Penyebaran virus Sars-CoV-2 yang mengganas di ibu kota dan daerah lainnya, membuat pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Satu per satu perkantoran tutup. Sistem kerja pun berubah, seluruh karyawan bekerja dari rumah. Sistem work from home (WFH) menjadi pilihan aman. Pun sarana pendidikan, turut memberlakukan sekolah daring.
Jelas saja ini menjadi "tamparan keras" bagi Ade dan rekan-rekan sejawatnya. Penumpang GoRide terjun bebas hingga 90%. Nahas memang.
Hati Ade gundah, tatkala pendapatannya turun drastis. Yang membuatnya semakin resah, cicilan rumah terus berjalan tanpa mengenal pandemi. Belum lagi biaya pendidikan kedua anaknya, serta dapur yang juga harus tetap 'ngebul'.
Setiap bulannya, Ade memiliki target untuk mendapatkan uang minimal Rp7 juta. Uang tersebut akan dialokasikan sebesar Rp4,1 juta untuk cicilan rumah dan sisanya untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah anak.
Ade berpikir, berdiam di rumah dan menyerah karena keadaan akibat pandemi, tentu bukanlah solusi bijak. Apalagi penghasilannya hanya didapat dari kerja harian. Bukan seperti pekerja kantoran yang mendapat gaji bulan. Kasarnya, 'engak ngojek ya engak makan'.
Maka, ia berpindah dari driver GoRide menjadi driver spesialis GoFood. Pikirnya saat itu sederhana, saat segala aktivitas dan interaksi dibatasi, masyarakat akan memilih layanan GoFood untuk melayani kebutuhan pangan setiap harinya.
Akun Gojek Ade mulai membaik, setelah orderan demi orderan masuk ke ponselnya dan memberikan sedikit harapan untuk bangkit di tengah pandemi.
“Di Gojek ada emblem penghargaan jawara GoFood dan saya sudah mencapai tiga ribu trip orderan sejak pertama kali bergabung,” ujarnya.
Melihat grafik di aplikasi Gojek Ade, jika dirata-rata, sehari bisa mendapatkan 14 orderan GoFood. Catatan ini membenarkan bahwa layanan GoFood menjadi alternatif pilihan masyarakat di tengah sulitnya situasi pandemi.
Dengan catatan itu, setiap harinya Ade bisa membawa pulang uang minimal Rp150-250 ribu. Dan jika dikalkulasikan, beserta bonus dari aplikasi, setiap bulannya Ade bisa mengumpulkan uang sebesar Rp6-7 juta.
Bertaruh Nyawa
Meski ada celah peruntungan, tapi sebenarnya ada "bahaya" tersendiri dibalik ramainya orderan GoFood. Sebab, bukan berdiam diri di rumah seperti anjuran pemerintah, para mitra Gojek ini justru "beradu nyawa" di tengah ganasnya pandemi kala itu.
Mau tidak mau, itu semua mereka lakukan demi pundi. Toh, banyak sekali masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan, yang justru sangat berterima kasih dengan keberadaan orang-orang seperti Ade dan rekan-rekannya.
Mungkin, pengalaman-pengalaman yang harus dijalaninya sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, banyak dari mereka yang justru mengantarkan makanan ke zona-zona merah. Bahkan ke pasien covid-19 yang sedang melakukan isolasi.
Di saat bersamaan orang-orang harus menjaga jarak, mereka, para mitra Gojek ini justru harus "melayani" yang tengah sakit.
"Pak nanti pesanannya tolong gantung saja di pintu. Mohon maaf tidak bisa bertemu karena saya sedang isolasi mandiri," kata Ade menirukan pesan customer kepadanya.
Siapa yang tidak bergetar saat membaca pesan itu, termasuk Ade sekalipun. Sebagai manusia, tentu ia memiliki rasa takut akan penularan virus covid-19. Tapi Ade sadar, ia tetap harus mengirim makanan tersebut ke rumah pelanggan karena itu adalah pekerjaannya.
Mekanisme yang biasa Ade lakukan adalah dengan menaruh makanan yang dipesan di pagar atau boks yang sudah disediakan si empunya rumah. Rasa takut yang tadinya menyerbak di hati Ade berganti dengan rasa gembira tatkala melihat pemesan yang sedang isolasi mengintip dari balik jendela dan mendekapkan kedua tangannya tanda terima kasih.
Selain itu, Gojek juga memberikan layanan GoMedical, yakni pesanan untuk membelikan obat bagi pasien isolasi di apotek. Dengan senang hati Ade mengambil orderan tersebut dan mengantarkannya ke rumah pasien.
Sambil menaruh obat atau makanan tersebut, terselip doa di benak Ade agar pasien tersebut segera lekas membaik dan bisa beraktifitas seperti sedia kala.
"Ini momen yang pas buat melayani masyarakat. Itu sangat berkesan bagi saya justru selain mencari rezeki juga bisa dapat pahala karena harus membantu sesama. Disaat pandemi ini saya merasa ternyata kita masih dibutuhkan," lanjutnya.
Kekhawatiran Keluarga
Di balik rasa takut para driver seyogianya, mereka lebih takut jika tidak mendapatkan orderan. Tidak mendapatkan orderan, sama saja tidak bisa menghidupi keluarga yang menanti di rumah.
Meski baginya, kehidupan sudah diatur oleh Tuhan dan tugasnya hanyalah terus berikhtiar dan menjalankan hari-harinya dengan sebaik mungkin.
Di balik kegigihan Ade mencari nafkah, ada kekhawatiran yang mendalam dari para anggota keluarganya. Setidaknya itu yang diungkapkan oleh Romeo, anak laki-laki Ade.
Mengetahui informasi covid-19 yang terus menggila, membuatnya terus mewanti-wanti ayahnya untuk menjalankan protokol kesehatan. Utamanya saat mengantarkan pesanan ke rumah pelanggan yang sedang menjalani isolasi mandiri.
"Saya kadang pesan sama Ayah untuk selalu pakai masker, membawakannya hand sanitizer dan makan dengan benar saat bekerja," kata Romeo kepada Validnews, Rabu (20/10).
Kala sang ayah pulang, Romeo mengingatkan untuk segera mandi untuk meminimalisir penyebaran virus. Begitu juga pakaian, harus langsung direndam air hangat dan sabun. Sementara jaket Gojek, harus selalu digantung di luar rumah.
Selain memproteksi dirinya dengan menjalankan protokol kesehatan, sejatinya Gojek juga sudah melakukan perlindungan bagi para mitranya. Caranya dengan mewajibkan setiap driver melakukan penyemprotan disinfektan kendaraan dan pengukuran suhu tubuh satu kali dalam satu minggu di beberapa lokasi yang telah ditentukan.
Selain itu, menurut Ade, Gojek juga mewajibkan drivernya untuk melakukan vaksinasi covid-19 sebagai tameng utama dalam melindungi diri. Pun, sebelum bekerja setiap driver diwajibkan untuk melakukan verifikasi muka dengan memakai masker.
Semua dokumen tersebut wajib diunggah di aplikasi Gojek driver dan jika tidak diunggah maka aplikasi tidak bisa dijalankan. "Itu cara mereka memproteksi driver," ungkapnya.
Bagi Ade, layanan GoFood bagai "oase" di kala pandemi. Menjadi sumber penghidupan utama dalam mengais rezeki. Sebagai driver GoFood, kunci keberhasilannya bangkit di situasi pandemi karena dirinya tidak pernah pilih-pilih dalam menerima orderan.
Berapapun jarak dan kondisi medan jalan yang membentang di depan tidak pernah ia risaukan. Segala orderan yang masuk ke ponselnya adalah rezeki yang diberikan Tuhan. Ade percaya bahwa apapun pekerjaan jika dilakukan dengan sepenuh hati dan diniatkan untuk keluarga maka akan mendapatkan hasil yang maksimal.
“Kalau saya berpikir sejauh apapun tantangan dan medan jalan saya sikat dan tidak milih orderan dan Gojek akan kasih terus ke kita. Intinya rajin dan konsisten. Orang punya porsinya masing-masing yang penting kita ikhtiar. Bagi driver di balik pikiran yang sehat tubuh menjadi kuat,” pungkasnya tergelak.