c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

03 Desember 2024

12:10 WIB

Goa Lawa Purbalingga Jadi Contoh Edukasi Bahasa Di Ruang Publik

Edukasi soal bahasa tidak hanya diberikan di ruang-ruang formal, bahkan tempat wisata seperti Goa Lawa Purbalingga (Golaga) menjadi media pembelajaran sederhana lewat penerapan tiga bahasa. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Goa Lawa Purbalingga Jadi Contoh Edukasi Bahasa Di Ruang Publik</p>
<p>Goa Lawa Purbalingga Jadi Contoh Edukasi Bahasa Di Ruang Publik</p>

Wisata Goa Lawa Purbalingga (Golaga) di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang telah menerapkan contoh baik penerapan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing di ruang publik. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

JAKARTA - Wisata Goa Lawa Purbalingga (Golaga) berhasil meraih penghargaan terbaik kedua wajah bahasa tingkat nasional tahun 2024 dari Badan Bahasa. Penghargaan ini didapat atas komitmen menampilkan penamaan lokasi di tempat wisata menggunakan tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris.

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Hafidz Muksin mengatakan, Wisata Golaga menjadi contoh baik edukasi penerapan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing yang tepat bagi masyarakat di ruang publik.

"Goa ini sangat alami dan indah, memiliki makna positif untuk kita merasakan alam dengan unsur alami tetapi juga ada unsur edukasi sesuai trigatra bangun bahasa, yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing," katanya di Purbalingga, Sabtu.

Dikatakannya, dari berbagai penampilan di setiap papan nama, penjenamaan, kata-kata ini saling bergandengan dan secara ukuran. Menggambarkan bagaimana pengutamaan bahasa Indonesia. "Ini menanamkan kepada pengunjung bagaimana masyarakat sekaligus belajar tiga bahasa," ujar Hafidz.

Menurutnya, bahasa daerah merupakan kekayaan khazanah budaya yang harus dilestarikan melalui berbagai media di ruang-ruang publik. "Media-media di ruang publik ini juga harus menanamkan agar anak-anak kita tetap mencintai, mengenal, dan menguasai bahasa daerah," tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, di era globalisasi, bahasa asing juga perlu dikuasai karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan sehari-hari lebih banyak menggunakan bahasa asing.

"Saat kita berinteraksi dan berkolaborasi dengan dunia, kita tentu akan berkomunikasi menggunakan bahasa asing," ucapnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Utama Perumda Owabong Purbalingga, Eko Susilo menyatakan, terus berkomitmen mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus melestarikan budaya ngapak (berkomunikasi dengan dialek khas Purbalingga) di Golaga sebagai sarana mengedukasi masyarakat.

"Kami berkomitmen karena kami sadar sepenuhnya, bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yang perlu kita jaga dan pertahankan. Budaya ngapak juga wajib kita lestarikan, karena kami sangat serius dalam mempertahankan bahasa Indonesia, sehingga trigatra bangun bahasa menjadi komitmen," kata Eko.

Ia menjelaskan, melalui komitmen yang dilakukan secara bertahap, Owabong berhasil mendapatkan penghargaan nasional terbaik kedua dari Badan Bahasa sebagai wisata yang terus mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

"Dengan mengutamakan bahasa Indonesia di tempat wisata ini, sangat berpengaruh terhadap kunjungan. Hal ini sangat positif, sebagai contoh melalui papan nama dan informasi di ruang publik, itu membuat orang belajar, ada edukasi, utamanya bahasa daerah," ucapnya.

Menurutnya, ketika berwisata di Golaga, pengunjung dapat merasa bahagia dengan tulisan-tulisan yang disajikan dalam tiga bahasa yang berbeda.

"Mereka pasti senyum-senyum ketika membaca papan namanya, jadi kalau datang ke tempat wisata ini tempat yang baik untuk mengedukasi bahasa. Kunjungan kami dalam setahun minimal sejuta pengunjung, jadi ini sarana yang tepat untuk mengedukasi masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional," ujar Eko.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar