c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

12 September 2023

12:34 WIB

Ghosting Di Aplikasi Kencan Bisa Dilaporkan Sebagai Bullying

Meskipun ghosting sering kali dianggap sebagai hal biasa dalam dunia kencan modern, kini tindakan semacam itu dapat dilaporkan dan berpotensi mendapatkan sanksi.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Ghosting Di Aplikasi Kencan Bisa Dilaporkan Sebagai Bullying
Ghosting Di Aplikasi Kencan Bisa Dilaporkan Sebagai Bullying
Ilustrasi seseorang memainkan aplikasi kencan. Unsplash

JAKARTA - Belakangan ini, istilah ghosting semakin sering muncul ketika seseorang tiba-tiba menghentikan semua bentuk komunikasi tanpa penjelasan. Ada banyak sekali alasan mengapa seseorang melakukan ghosting seperti tidak memiliki emosional yang kuat, tidak cocok dengan teman kencan, atau menghindar dari drama.

Hal ini membuat ghosting lebih aman dilakukan dengan alasan tidak ingin menyakiti teman kencan. Tindakan seperti ini mungkin dinilai tepat tetapi bagi korban ghosting, perasaan resah sering kali menghantui mereka karena merasa tidak tahu apa yang telah dilakukan.

Fenomena ini terutama banyak terjadi di dunia aplikasi kencan online, salah satunya adalah Bumble. Meskipun ghosting sering kali dianggap sebagai hal biasa dalam dunia kencan modern, kini tindakan semacam itu dapat dilaporkan dan berpotensi mendapatkan sanksi.

Dilansir dari situs resmi Bumble, platform kencan online asal Amerika ini telah memperkenalkan peraturan baru di mana pembatalan sepihak terhadap janji temu dapat mengakibatkan sanksi. Tindakan ini dianggap melanggar pedoman yang telah ditetapkan oleh aplikasi tersebut.

Bumble percaya bahwa ghosting dapat memiliki dampak serius terutama terhadap kesejahteraan mental seseorang. Itu sebabnya, Bumble telah memperkenalkan fitur baru yang dikenal sebagai “bullying and abusive conduct” atau perilaku perundungan dan kekerasan yang bisa dilaporkan.

Pihaknya menggunakan kecerdasan mesin agar platform mereka menjadi aplikasi kencan online yang lebih aman. Seorang perwakilan Bumble mengungkapkan, “Setelah menerima laporan yang meragukan, tim moderator kami akan memeriksa fakta informasi sebelum mengambil tindakan yang sesuai.”

Pihaknya akan menghitung ketidakhadiran saat kencan yang berisiko di banned atau bekukan jika terbukti sengaja menghilang. Keputusan ini mencerminkan komitmen Bumble untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung kesehatan mental bagi para penggunanya.

Kata pakar tentang ghosting
Dilansir dari laman Universitas Gajah Mada, Idei Khurnia Swasti yang merupakan psikologi dari UGM mengatakan untuk mengkaji fenomena ini perlu penelitian lanjutan. Namun, dari penelitian sebelumnya dia melihat berbagai jenis kepribadian keterikatan dan pilihan strategi perpisahan.

"Bisa saja orang dengan tipe kepribadian yang menghindar (avoidant personality), yaitu mereka yang ragu untuk membentuk hubungan atau sepenuhnya menghindari keterikatan dengan orang lain,” ujar Idei.

Dia menjelaskan bahwa perilaku ini kerap diawal dari pengalaman penolakan orang tua. Persoalan semacam ini membuat seseorang enggah dekat dengan orang lain karena masalah kepercayaan, sehingga ghosting dipilih untuk mengakhiri hubungan.

"Pemicunya adanya perasaan tidak nyaman dalam relasi atau saat ada ketidakcocokan yang tidak bisa dikomunikasikan secara terbuka," ungkap Idei.

Namun, Idei menyaraknan agar tidak memberikan label pelaku ghosting karena tidak bisa secara utuh mengetahui riwayat kehidupan dan dinamika psikologis mereka. Meski Idei tidak memungkiri bahwa ghosting menyebabkan korbannya bingung hingga menyalahkan diri.

Dia menyarankan agar tidak merendahkan diri dan berhenti mengejar orang tersebut. Karena orang yang tepat untuk Anda akan mencari dan bertanggung jawab atas tindakannya


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar