c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

08 Maret 2024

11:03 WIB

Gaji Pekerja Indonesia Bisa Lebih Tinggi Jika Kuasai AI

Dari survei yang dilakukan Amazon Web Services (AWS) menunjukkan, gaji pekerja yang memiliki kemampuan AI diprediksi naik hingga 36%. Banyak perusahaan yang sepakat akan hal itu.

Penulis: Arief Tirtana

Gaji Pekerja Indonesia Bisa Lebih Tinggi Jika Kuasai AI
Gaji Pekerja Indonesia Bisa Lebih Tinggi Jika Kuasai AI
Ilustrasi orang bekerja dengan AI. Freepik

JAKARTA - Gaji pekerja di Indonesia diprediksi bisa mengalami kenaikan lebih dari 36%, jika memiliki keterampilan dan kecakapan di bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Prediksi tersebut bersumber dari hasil penelitian terbaru Amazon Web Services (AWS), perusahaan penyedia cloud bagian dari Amazon.com.

Untuk lebih memahami tren penggunaan AI yang semakin pesat, sekaligus meningkatnya kebutuhan akan pelatihan AI di kawasan Asia Pasifik belakangan ini, AWS bekerja sama dengan Access Partnership melakukan studi regional yang berjudul “Mengakselerasi Keterampilan AI: Menyiapkan Tenaga Kerja Asia-Pasifik untuk Pekerjaan di Masa Depan”.

Di Indonesia sendiri, studi ini melibatkan lebih dari 1.600 pekerja dan 500 perusahaan. Hasilnya, selain peluang mendapatkan kenaikan gaji seperti yang disebutkan di awal, memiliki kemampuan penggunaan AI juga diyakini akan membuat efisiensi kerja, meningkatkan minat untuk berkembang secara intelektual, dan juga mempercepat kariernya.

Sebanyak 96% pekerja di Indonesia mengaku memiliki minat untuk mengembangkan keterampilan AI guna mempercepat kariernya. Minat ini terjadi di hampir semua pekerja, lintas generasi. Mulai dari Generasi Z (Gen Z) yang jumlahnya mencapai 97%. Millennial yang bahkan lebih tinggi lagi, di angka 98%. Juga Generasi X yang jumlahnya mencapai 93%.

Sementara untuk generasi baby boomers, atau kelompok demografi yang identik dengan usia pensiun, jumlahnya relatif kecil, hanya 75%. Mereka mengatakan bahwa baru akan mendaftar untuk kursus peningkatan keterampilan AI jika memang itu ditawarkan.

Terkait prediksi kenaikan gaji, juga dibuktikan dalam penelitian AWS ini melalui hasil survei ke sejumlah pengusaha atau pemilik perusahaan. Mayoritas pengusaha tak keberatan untuk memberikan gaji atau imbal hasil produktivitas yang lebih, bagi  tenaga kerja yang memiliki keterampilan AI.

Hal itu karena pengusaha yang disurvei mengharapkan produktivitas organisasi mereka meningkat hingga 57% juga meningkat. Karena mereka meyakini teknologi AI yang dikuasai pekerjaannya, akan mendorong inovasi dan kreativitas (78%), mengotomatiskan tugas-tugas yang repetitif (77%), dan meningkatkan alur kerja dan hasil (74%).

Sementara itu dari sudut pandang pekerja sendiri, mereka meyakini bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi kerja mereka hingga 58%.

Adaptasi Penggunaan AI di Perusahaan
 
Director Access Partnership, Abhineet Kaul dalam keterangannya mengungkapkan bahwa gelombang AI yang tengah menghampiri kawasan Asia Pasifik, tidak terkecuali Indonesia, memang telah mengubah cara bisnis beroperasi dan cara kita bekerja.

Dalam penelitian terbaru ini misalnya, menunjukkan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan mendapat manfaat dari peningkatan produktivitas, yang akan berdampak pada peningkatan gaji bagi pekerja terampil.

Selain itu, kini semakin banyak pula organisasi atau perusahaan yang memanfaatkan solusi dan tools AI secara makin mendalam. Ditambah terus bergulirnya inovasi yang didorong oleh AI, diyakininya akan menciptakan kebutuhan bagi pengusaha maupun pemerintah untuk membina tenaga kerja yang mampu mengarahkan perkembangan AI saat ini dan pada masa depan.

Hampir semua perusahaan (99%) memperkirakan bahwa mereka akan menjadi organisasi yang didorong oleh AI pada tahun 2028. Sementara sebagian besar perusahaan (98%) percaya bahwa departemen IT mereka akan menjadi pihak yang paling diuntungkan. Mereka juga memproyeksikan bahwa departemen riset dan pengembangan (97%), operasional bisnis (97%), sales dan pemasaran (96%), keuangan (94%), sumber daya manusia/SDM (91%), dan legal (85%) juga akan mendapatkan manfaat yang signifikan dari AI.

Sayangnya dalam kenyataan saat ini, penelitian terbaru AWS juga mengungkap adanya kesenjangan keterampilan AI yang harus diatasi untuk memastikan Indonesia berada pada posisi yang optimal untuk membuka keseluruhan manfaat produktivitas yang ditawarkan AI.

Terlihat dari data bahwa meski 96% pengusaha di Indonesia mengaku memprioritaskan untuk merekrut tenaga kerja yang memiliki keterampilan AI, tetapi 69% di antaranya justru mengaku mengalami kesulitan untuk menemukan pekerja dengan talenta AI sesuai seperti yang mereka butuhkan.

Penelitian juga mengungkap adanya kesenjangan kesadaran pelatihan, di mana 67% dari pengusaha mengindikasikan bahwa mereka tidak tahu cara menjalankan program pelatihan AI untuk tenaga kerjanya. Sementara itu, 54% pekerja mengaku kekurangan pengetahuan tentang program pelatihan AI yang tersedia.

Penelitian ini juga menyoroti diperlukannya porsi kerja sama yang lebih besar antara pemerintah, industri, dan tenaga pendidik untuk membantu pengusaha di seluruh Indonesia dalam menerapkan program pelatihan AI. Juga dalam hal membimbing pekerja untuk mencocokkan keterampilan AI yang mereka miliki dengan posisi yang tepat guna memaksimalkan kemampuan barunya.

"Laporan ini sekaligus mengafirmasi kekuatan AI sebagai pendorong transformasi bisnis. Saat bisnis terus memanfaatkan kekuatan AI untuk merevolusi tempat kerja dan teknologi semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari kita, pemerintah memiliki kesempatan untuk mengarahkan kemajuan melalui kebijakan yang cerdas dan progresif yang berdampak positif pada peran yang akan dimainkan AI dalam membentuk masa depan bersama kita," yakin managing director, Asia Internet Coalition, Jeff Paine.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar