03 September 2025
12:12 WIB
3.000 Film Pendek Dari 120 Negara Submisi Aceh Film Festival
Aceh Film Festival (AFF) 2025 menghadirkan sejumlah program menarik, dari kompetisi film pendek internasional hingga layar tancap ke desa-desa.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi - Banner Aceh Film Festival 2025 (ANTARA/HO/AFF)
JAKARTA - Aceh Film Festival (AFF) 2025 menghadirkan beragam program, mulai dari kompetisi film pendek internasional, pemutaran film-film Timur Tengah, hingga layar tancap di desa-desa.
Direktur AFF, Jamaluddin Phonna di Banda Aceh mengatakan, program kompetisi film pendek ini menarik banyak sineas dari berbagai negara. Tercatat, lebih dari tiga ribu film pendek terdaftar di kompetisi tersebut.
"Kita hadirkan kompetisi film pendek internasional dengan lebih dari tiga ribu film submisi dari 120 negara," katanya, seperti dilansir Antara.
Selain itu, AFF 2025 juga memutar film dokumenter pemenang Oscar berjudul No Other Land, dan menghadirkan program arsip nostalgia serta mempertemukan forum komunitas film seluruh Aceh.
Mengangkat tema "Stratagem” atau siasat/strategi, festival film ini dilaksanakan pada 2–6 September 2025 di Theater Library dan Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh di Banda Aceh.
Jamaluddin menjelaskan, tema tersebut diangkat sebagai refleksi perjuangan para pelaku seni dan budaya di Aceh, Asia, dan dunia, dalam bertahan dan berkarya di tengah keterbatasan infrastruktur serta ruang ekspresi.
"Juga dihadirkan Program Aflamu, yaitu khusus film-film dari Timur Tengah yang menyoroti kedekatan budaya dan pengalaman konflik dengan Aceh," ujarnya.
Ia menegaskan tema "Stratagem" dipilih karena seniman di Aceh dan di berbagai belahan dunia selalu dipaksa menemukan siasat dan strategi untuk bisa berkarya di tengah keterbatasan dana, fasilitas, dan kebijakan.
Layar Tancap
Selain menghadirkan film-film internasional, AFF juga berakar pada masyarakat lokal melalui Program Gampong Film (layar tancap di desa-desa) dan kolaborasi dengan perupa muda Aceh untuk merancang artwork festival.
"AFF bukan hanya ruang menonton, tetapi laboratorium sosial dan budaya. Kami berharap festival ini menjadi stimulan agar Aceh memiliki ruang menonton yang representatif, sekaligus memperkuat ekosistem perfilman lokal," kata Jamaluddin.
Sementara itu, Direktur Program AFF, Adli menegaskan, festival ini sekaligus menegaskan peran Aceh dalam percakapan global. Maka, kata dia, hadirnya film-film dari Timur Tengah diharapkan membuka perspektif baru bagi penonton lokal.
"Kami ingin sineas Aceh belajar dari pengalaman dan gaya penceritaan kawan-kawan di Timur Tengah. Ada banyak kesamaan nilai budaya dan sejarah yang bisa menjadi cermin sekaligus inspirasi," kata Adli.
Sebagai informasi, AFF awalnya diinisiasi oleh Komunitas Aceh Dokumenter dan sudah dilaksanakan sejak 2015. Festival ini menjadi ruang alternatif bagi masyarakat Aceh untuk mengakses film, berdiskusi, dan membangun jejaring kebudayaan.