06 September 2025
11:39 WIB
Fesyen, Kriya Dan Kuliner Kekuatan Utama Pasar Ekraf Indonesia
Ekspor subsektor ekraf pada Semester I 2025 didominasi fesyen dengan US$7,09 miliar, kriya sebesar US$ 5,01 miliar, dan kuliner mencapai US$ 767 juta.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Kementerian Ekonomi Kreatif dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (04/09/2025). Dok: Kementerian Ekraf.
Menteri Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf) Teuku Riefky mengatakan bahwa sektor ekonomi kreatif (ekraf) terus tumbuh menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional. Dia menyampaikan, investasi terus tumbuh seiring tumbuhnya pasar ekraf Indonesia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang diolah Kementerian Ekraf, investasi asing terbesar pada Semester I 2025 berasal dari Singapura dengan Rp 18,65 triliun. Dari sisi domestik, DKI Jakarta masih menjadi tujuan utama dengan lonjakan investasi dari Rp 18,14 triliun pada 2024 menjadi Rp 25,97 triliun pada 2025.
"Peningkatan investasi ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap ekosistem ekraf Indonesia yang semakin kompetitif," ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky dikutip dari siaran resmi, Sabtu (6/9).
Optimisme serupa juga terlihat pada ekspor yang tahun lalu, berdasarkan data Bea Cukai yang diolah kembali oleh Kementerian Ekraf, tercatat sebesar US$25,1 miliar di tahun 2024. Angka itu diprediksi terus tumbuh di tahun ini, di mana pada Semester I 2025 telah mencapai US$13 miliar. Kementerian Ekraf memproyeksikan angka ekspor sektor ekraf konsisten naik hingga US$33 miliar pada 2029.
Ekspor subsektor ekraf pada Semester I 2025 didominasi fesyen dengan US$7,09 miliar, kriya sebesar US$ 5,01 miliar, dan kuliner mencapai US$ 767 juta. Diversifikasi pasar juga mulai menguat di mana pengiriman ke Swiss, Jepang, dan Uni Emirat Arab meningkat mulai dari 5,7 persen hingga 19,14 persen.
Baca juga: AI Bisa Dorong Potensi Ekraf, Tapi Tetap Tergantung Kreativitas
Dari sisi tenaga kerja, sektor ekraf telah menyerap 26,5 juta tenaga kerja pada 2024. Angka ini diproyeksikan meningkat stabil hingga 27,7 juta tenaga kerja pada 2029.
Angka-angka tersebut disampaikan oleh Kementerian Ekraf dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (4/9) lalu. Kementerian Ekraf menargetkan empat capaian utama untuk sektor ekraf, yakni pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB,) nilai ekspor, serapan tenaga kerja, dan peningkatan investasi.
Menurut Riefky, tren ini menegaskan daya saing produk kreatif Indonesia yang semakin diterima di berbagai belahan dunia. Kementerian Ekraf mengusulkan inisiatif anggaran baru sebesar Rp 2,24 triliun kepada DPR untuk memastikan keberlanjutan program prioritas.