01 November 2022
18:28 WIB
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Fenomena tengah hari yang lebih cepat pada akan terjadi pada tanggal 3 November besok. Kejadian ini merupakan fenomena tahunan yang muncul dikarenakan nilai perata waktu yang lebih besar (lebih positif) sehingga Matahari akan berkulminasi (berada di puncak tertinggi) lebih awal dibandingkan hari-hari biasanya dalam setahun.
Perata waktu sendiri merupakan istilah untuk selisih antara Waktu Matahari Sejati dengan Waktu Matahari Rata-Rata.
Waktu Matahari Sejati adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari sebenarnya (yang mungkin tidak sampai 24 jam). Sedangkan, Waktu Matahari Rata-Rata adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari rata-rata, yakni tepat 24 jam.
Perata waktu dipengaruhi oleh dua faktor: deklinasi Matahari atau sudut yang dibentuk antara ekuator langit (proyeksi ekuator Bumi pada bola langit) dengan ekliptika (lintasan edar Bumi mengelilingi Matahari), dan juga kelonjongan orbit Bumi.
Nilai minimum deklinasi saat ini adalah −23,44° derajat, sedangkan nilai maksimumnya adalah +23,44°. Kedua nilai ini didasarkan kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap garis tegak lurus ekliptika sebesar 23,44°.
Kemiringan sumbu rotasi Bumi senantiasa berubah dengan periode 41.000 tahun; yakni 22,1° di tahun 8700 SM dan 24,5° di tahun 11800 M mendatang. Siklus ini disebut juga Siklus Milankovitch.
Orbit Bumi yang lonjong membuat Bumi di satu waktu berada pada titik terdekat dari Matahari, disebut juga perihelion, dan di waktu lain berada pada titik terjauh dari Matahari, disebut juga aphelion.
Saat harga mutlak deklinasi Matahari berkurang (Juni-September dan Desember-Maret), Matahari akan berkulminasi lebih lambat. Sedangkan saat harga mutlak deklinasi Matahari bertambah (September-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan berkulminasi lebih cepat.
Sementara saat Bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion (Januari-Juli), Matahari akan berkulminasi lebih lambat. Sedangkan saat Bumi menjauhi titik aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), Matahari akan berkulminasi lebih cepat. Kombinasi dari kedua faktor inilah yang membuat Matahari akan berkulminasi lebih cepat pada September-Desember dengan puncaknya pada 3 November.
Di 3 November 2022 besok, Nilai perata waktu ketika tengah hari di Indonesia adalah +16 menit 27 detik. Untuk menentukan kapan tengah hari dalam waktu lokal, dapat menggunakan rumus: Tengah Hari = 12 + Zona Waktu – Perata Waktu – Bujur/15.
Secara umum, dampak tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbit Matahari juga akan lebih cepat. termasuk waktu duha (saat ketinggian Matahari mencapai +4,5° atau sepenggalah), waktu subuh, sekaligus awal fajar astronomis (akhir malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah selatan Indonesia seperti Jawa dan Nusa Tenggara.
Hal tersebut terjadi dikarenakan durasi malam hari yang semakin kecil jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan selatan pada umumnya. Ditambah juga dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga ketiga waktu salat ini menjadi lebih cepat.
Dengan lebih cepatnya tengah hari 3 November besok, juga akan membuat panjang hari surya menjadi tepat 24 jam. Hari surya (solar day) adalah durasi antara tengah hari hingga tengah hari berikutnya. Hal itu karena panjang hari surya secara matematis merupakan derivasi/turunan fungsi perata waktu.
Di luar hal-hal tersebut, fenomena tengah hari yang lebih cepat sama sekali tidak akan berdampak bagi kehidupan manusia di Bumi secara signifikan.