c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 Oktober 2021

08:08 WIB

Fenomema-Fenomena Antariksa Yang Akan Terjadi Di Bulan Oktober

Ada lima fenomena yang bisa dilihat dengan mata telanjang

Penulis: Dwi Herlambang

Editor: Satrio Wicaksono

Fenomema-Fenomena Antariksa Yang Akan Terjadi Di Bulan Oktober
Fenomema-Fenomena Antariksa Yang Akan Terjadi Di Bulan Oktober
Ilustrasi galaksi. Pixabay/dok

JAKARTA – Ada sejumlah fenomena antariksa yang akan terjadi pada bulan Oktober ini dan dapat disaksikan baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan alat, seperti teleskop. 

Fenomena antariksa yang terjadi berbeda-beda, mulai dari fase bulan baru, hujan meteor, hingga konjungsi bulan. Semuanya akan terhampar mulai dari awal hingga akhir bulan ini.

Mengutip laman Edukasi Sains Antariksa LAPAN, Peneliti Andi Pangerang menjelaskan setidaknya lebih dari 20 fenomena antariksa yang akan terjadi pada bulan ini. Lima di antaranya, bisa disaksikan oleh mata telanjang tanpa menggunakan alat bantu apapun.

Fase Bulan Baru
Fase Bulan Baru atau konjungsi solar Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak di antara Matahari dan Bumi secara segaris. Mengingat orbit Bulan yang membentuk sudut 5,1 derajat terhadap ekliptika, bayangan Bulan tidak selalu jatuh di permukaan Bumi ketika fase Bulan baru sehingga setiap fase Bulan baru tidak selalu beriringan dengan gerhana Matahari.

Fase Bulan Baru kali ini terjadi pada 6 Oktober pukul 18:05 WIB dengan jarak 367.084 km dari Bumi, dan terletak di konstelasi Virgo.

Ketinggian Bulan di Indonesia ketika terbenam Matahari bervariasi, yakni antara -1,48 derajat di Maraeuke hingga +0.67 derajat di Sabang, dengan sudut elongasi terhadap Matahari bervariasi antara 3.74 derajat Merauke hingga 4,43 derajat di Sabang. Kondisi ini menyebabkan Bulan mustahil dapat diamati baik dengan maupun tanpa alat bantu.

Meskipun demikian, Bulan masih bisa disaksikan ketika terbit Matahari dengan ketinggian bervariasi, yakni antara +2.35 derajat di Pelabuhanratu hingga +4.39 derajat di Miangas, dengan sudut elongasi terhadap Matahari bervariasi antara 8.87 derajat di Merauke hingga 7.22 derajat di Sabang.

Hujan Meteor Draconid
Hujan Meteor Draconoid aktif sejak 6-10 Oktober dan puncaknya pada 8 Oktober pada pukul 16:00 WIB. Hujan meteor ini dinamai berdasarkan titik radian munculnya yang terletak di konstelasi Draco. Hujan Meteor Draconid berasal dari sisa debu komet 21P/Giacobini-Zinner yang mengorbit Matahari setiap 6,6 tahun.

Oleh karenanya, hujan meteor ini dikenal juga dengan nama Giancobinid. Meskipun hujan meteor ini sempat menjadi hujan meteor spektakuler sepanjang sejarah, sebagian besar pengamat langit menganggapnya sebagai salah satu hujan meteor yang kurang begitu menarik disaksikan.

Hujan meteor ini bisa disaksikan sejak awal matahari akan terbenam selama 3 jam dari arah utara hingga barat laut dengan intensitas antara 4-6 meteor per jam jika cuaca cerah dan bebas polusi cahaya.

Perige Bulan
Perige Bulan adalah konfigurasi ketika Bulan terletak paling dekat dengan Bumi. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang berbentuk elips dengan Bumi terletak di salah satu titik fokus orbitnya. Perige Bulan terjadi setiap rata-rata 27 1/3 hari dengan interval dua perige Bulan bervariasi antara 24 5/8-28 ½ hari.  Perige Bulan ini terjadi mulai pukul 00:20 WIB dengan jarak 363.407 km dari Bumi, iluminasi 7,0%, dan berada di sekitar konstelasi Libra.

Konjungsi Tripel Bulan-Venus-Antares
Bulan mengalami konjungsi dengan Venus dan Antares. Bintang utama di konstelasi Skorpius selama dua hari sejak tanggal 9 Oktober 2021. Dapat disaksikan dari arah barat-barat daya sejak 20 menit setelah terbenam matahari selama 2,5 jam. 

Bulan akan berkonjungsi dengan Venus dengan sudut pisah 6,3 derajat-5,4 derajat. Sementara itu, sudut pisah Venus-Antares sebesar 8,1 derajat.

Keesokan harinya, Bulan meninggalkan Venus dan berkonjungsi dengan Antares dengan sudut pisah 3.7 derajat-4,4 derajat. Sementara itu, sudut pisah Venus-Antares sebesar 7,1 derajat. Magnitudo Venus sebesar -4,30 sedangkan magnitude Antares sebesar +1,05. Bulan berfase Sabit Awal dengan iluminasi 11,8%-20,6%.

Hujan Meteor Epsilon Geminid
Epsilon Geminid adalah hujan meteor yang titik radian—asal kemunculan meteornya terletak di konstelasi Geminis dekat bintang Epsilon Geminorium. Berbeda dari hujan meteor Geminid yang terbentuk dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon, hujan meteor Epsiln Geminid terbentuk dari sisa debu komet C/1964 N1.

Hujan meteor ini aktif sejak 14 hingga 27 Oktober mendatang dan intensitas meteor maksimumnya terjadi pada 19 Oktober 2021 pukul 05:00 WIB. Dengan demikian, hujan meteor ini sudah dapat disaksikan sejak malam satu hari sebelumnya pada 23:00 WIB hingga 05:00 WIB dari arah timur hingga timur laut hingga utara.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar