07 Februari 2025
20:22 WIB
Faktor Risiko Depresi Antepartum, Gangguan Suasana Hati Di Masa Kehamilan
Depresi antepartum merupakan gangguan suasana hati dan kecemasan perinatal yang terjadi selama masa kehamilan. Meski prevalensinya tinggi, depresi saat kehamilan sering kali tidak terdiagnosis.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi wanita hamil sedang konsultasi. Freepik
JAKARTA - Perubahan suasana hati dan hormon dapat memengaruhi kesehatan mental saat masa kehamilan, contohnya depresi antepartum. Depresi antepartum ini sendiri sejenis gangguan suasana hati dan kecemasan perinatal (PMAD) yang berkembang selama kehamilan.
Sama seperti depresi pascapersalinan, depresi antepartum juga perlu mendapat perhatian. Seperti dikutip dari Antara melansir laman Well and Good, seorang advokat kesehatan mental ibu dan terapis di New York, Paige Bellenbaum, 50% kondisi ini mencakup kecemasan perinatal, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang dimulai selama kehamilan, dengan separuh lainnya muncul pascapersalinan.
Meskipun penyebab pastinya dapat bervariasi, menurut Bellenbaum, faktor-faktor tersebut meliputi riwayat kesehatan mental pribadi atau keluarga, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kesulitan keuangan, tantangan hubungan, kehilangan pekerjaan, kekerasan fisik atau seksual, penggunaan zat terlarang, atau kesedihan yang belum terselesaikan.
Ada juga faktor lingkungan tempat seseorang tinggal, bekerja, dan usia, yang dapat memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan, komplikasi pada kehamilan, persalinan, atau menyusui, pengalaman gangguan perinatal sebelumnya, kehamilan tidak direncanakan, hamil kembar atau perawatan infertilitas.
Studi menunjukkan bahwa meskipun prevalensinya tinggi, depresi selama kehamilan sering kali tidak terdiagnosis baik oleh penyedia layanan kesehatan maupun ibu hamil itu sendiri.
Mayo Clinic menyebutkan, hal ini karena beberapa faktor seperti gejala depresi yang tumpang tindih dengan gejala kehamilan sehingga diabaikan, hanya fokus pada kesehatan fisik dan mengabaikan kesehatan mental dan stigma terhadap kesehatan mental saat kehamilan.
Karenanya, konsultasi perlu dilakukan jika merasa sedih terus menerus selama dua minggu sepanjang hari, kehilangan minat beraktivitas, ada perasaan bersalah, perubahan nafsu makan yang menyebabkan penambahan atau penurunan berat badan serta kelelahan ekstrem.
Jika depresi selama kehamilan tidak diobati, hal itu dapat memengaruhi perawatan diri yang menyebabkan pemeriksaan prenatal yang terlewat, gizi buruk, dan kurang istirahat.