21 Februari 2024
10:21 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Edukasi seksual masih menghadapi tantangan besar di tanah air lantaran dianggap sebagai hal yang tabu untuk disampaikan ke muka umum secara leluasa. Termasuk di antaranya, edukasi mengenai alat kontrasepsi yang berhubungan dengan aktivitas seksual seperti kondom.
Tak dimungkiri, jika kampanye penggunaan kondom hingga kini kerap dianggap sebagai bentuk dukungan atau mewajarkan perilaku seks bebas. Tanpa melihat esensi dasarnya, segelintir kalangan cenderung masih memberikan stigma negatif, sedangkan kondom sendiri merupakan produk kesehatan yang terdaftar.
“Peran kondom sangat penting, ini didaftarkan ke Kementerian Kesehatan sebagai alat Kesehatan untuk beberapa kondisi seperti mencegah penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) serta HIV, dan melindungi pasangan dari kehamilan yang tidak direncanakan,” ujar Head of Marketing lembaga penyedia alat kontrasepsi DKT Indonesia, Cut Vellayati, dalam acara Xplorasi Mesra Sutra di Jakarta, Selasa, (20/2).
Cegah Penyakit Menular Seksual Hingga 90%
Kesulitan edukasi seksual, termasuk penggunaan kondom, pun membuat penyebaran penyakit seksual di Indonesia tetap tinggi. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pencegahan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi, yang hadir dalam kesempatan sama.
"Setiap bulan ada sekitar 4 ribu kasus baru HIV di Indonesia. Kasus HIV ini adalah kasus-kasus yang sebagian besar disebabkan melalui hubungan seksual," ungkapnya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa berdasarkan data kasus HIV yang terjadi selama tahun 2023, 30% kasus yang terjadi disumbang dari penularan pihak suami kepada istri.
Sementara itu dari segi pencegahan, penggunaan kondom sejatinya ada di urutan ketiga dalam mencegah penyakit menular seksual. Di mana pencegahan pertama adalah absen atau tidak melakukan hubungan seks, dan pencegahan kedua adalah setia kepada satu pasangan.
“Kalau menjalankan dua (pencegahan) ini tidak bisa, maka cara ketiga adalah menggunakan kondom. Jika dipakai dengan benar, kondom dapat mencegah penularan 80%-90%,” ujar Imran lagi.
Disampaikan juga, bahwa salah satu alasan yang membuat kampanye penggunaan kondom dianggap tabu juga diyakini lantaran Indonesia masih kental akan pemahaman kultur dan budaya. Karena itu, menurutnya perlu ada perlakuan khusus dalam melakukan kampanye terkait penggunaan kondom, salah satunya adalah gaya penyampaian yang tidak boleh terlalu vulgar.
“Pesannya itu jangan tiba-tiba, tapi untuk mencegah penyakit menular, alternatifnya ada a, b, c. Jadi ini bukan satu-satunya cara mencegah penyakit menular tapi ini lapisan ketiga, jadi ini yang harus disampaikan,” paparnya.
Sementara merujuk kepada fungsi kondom sebagai alat kontrasepsi, menurut Imran hal ini bisa disampaikan dalam bentuk pemahaman bahwa tidak semua perempuan bisa menggunakan alat KB hormonal.
Jadi sebagai solusi alternatif, dari sisi pria yang perlu melakukan pencegahan, dalam hal ini menggunakan kondom saat berhubungan, di mana keputusan tersebut dapat menjadi bentuk komitmen dan tanggung jawab jangka panjang yang harus direncanakan dengan matang.
"Hubungan seks itu merupakan sesuatu yang perlu ada tanggung jawabnya, terhadap kesehatan jangan sampai menularkan (penyakit) ke pasangan, kedua bahwa hubungan seks ada efeknya, kalau sperma dia ketemu ovum maka akan jadi kehamilan,” pungkas Imran.