c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

05 Juli 2025

13:36 WIB

Empat Poin Penting Pelestarian Situs Leang-Leang

Leang-Leang merupakan salah situs tertua di dunia. selain pelestarian, penting didorong untuk adanya narasi global yang memposisikan kawasan tersebut sebagai 'kapsul waktu'. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Empat Poin Penting Pelestarian Situs Leang-Leang</p>
<p>Empat Poin Penting Pelestarian Situs Leang-Leang</p>

Suasana taman arkeologi Leang-leang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Sumber: Shutterstock/Patek kai Muhammad

JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebutkan empat poin penting yang menjadi pembahasan untuk melestarikan salah satu situs tertua di dunia, Leang-Leang yang ada di Sulawesi Selatan.

Di antaranya, menyoroti nilai penting dan universal Leang-Leang, dan mendorong narasi global untuk memposisikan kawasan ini sebagai “kapsul waktu” abadi dalam merancang pondasi peradaban pertama.

"Dinding Gua Leang-Leang bukan sekadar formasi batuan biasa, melainkan kanvas monumental tempat manusia modern pertama kali mengekspresikan pemikiran artistiknya," katanya.

Poin kedua, pelestarian konvensional saja tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman, maka itu diperlukan pendekatan baru terhadap pelestarian, yaitu reinventing warisan, lebih dari sekadar konservasi.

Ia menjelaskan, proses reinventing ini dapat dilakukan melalui tiga strategi, seperti reprogramming dengan mentransmutasikan legenda manusia 51.000 tahun lalu menjadi pengalaman imersif, misalnya melalui produksi film animasi 4D berteknologi mutakhir.

Lalu redesigning, yakni menjadikan gua sebagai “laboratorium hidup” yang menghidupkan masa lalu. Terakhir, reinvigorating lewat program residensi dan pertukaran peneliti.

Baca juga: Badan Geologi Dorong Pelindungan Kawasan Bentang Karst

Poin ketiga, situs tersebut merupakan warisan budaya yang memiliki peran strategis sebagai pengungkit ekonomi masyarakat lokal. Karenanya, pelestarian budaya harus terintegrasi dengan penguatan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

“Visi besar kita harus berdiri di atas tiga pilar yaitu pelestarian, pemberdayaan ekonomi lokal, dan tanggung jawab ekologis,” katanya, dikutip dari Antara

Ia juga mengangkat pentingnya pengembangan green tourism, pemanfaatan teknologi untuk pengalaman edukatif, serta pendekatan adaptive reuse, seperti penyelenggaraan konferensi dan kegiatan ilmiah langsung di sekitar situs.

Keempat yang menurut Fadli penting adalah kolaborasi holistik lintas sektor dan lintas budaya. Ia mendorong pelibatan aktif komunitas lokal, pelatihan pemandu sebagai duta budaya, serta penguatan jejaring riset bersama lembaga, seperti BRIN dan universitas internasional.

Ia menekankan, untuk mencapai status Warisan Dunia UNESCO, dibutuhkan riset multidisiplin, pembentukan tim nominasi yang terstruktur, serta strategi holistik dengan dampak berkelanjutan bagi masyarakat dan wilayah sekitar.

“Leang-Leang bukan hanya jendela untuk melihat kembali masa lalu manusia, melainkan juga merupakan teropong canggih yang mengarahkan pandangan kita menuju masa depan berkelanjutan,” pungkas Fadli. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar