09 Desember 2023
08:15 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2023 usai dihelat. Empat film pendek diumumkan sebagai pemenang dalam Malam Anugerah di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/12) malam.
Kronik Puriwicara produksi HRV Production (Yogyakarta) meraih Best ACFFEST Movie Award - kategori Film Pendek Ide Cerita. Sebuah film yang mengangkat tema pemilihan kepala daerah, bergaya musikal, menyentil dengan parodi praktik kampanye uang.
“Isu kita kaitannya sama pemilu. Kita di usia sekarang kan sudah harus memilih, sudah harus tahu apa yang harus kita pilih,” ungkap produser Kronik Puriwicara, Natasya Yovita ditemui usai menerima penghargaan.
Kategori Film Pendek Ide Cerita Panjang melibatkan juri Danial Rifki dan Rahabi Mandra. Di samping pemenang utama, juri juga memilih Hitler Mati di Surabaya produksi dari Sinematografi Unair (Sidoarjo) sebagai terbaik kedua, meraih Juri Prize.
Di kategori lain, Film Pendek Fiksi, Air Mata Penyesalan produksi Sinema Media Kreatif (Bekasi) meraih Best ACFFEST Movie Award. Film yang secara konkret menggambarkan tentang praktik korupsi, dilihat dari perspektif orang-orang kecil yang terseret praktik korupsi karena keterdesakan ekonomi, sekaligus karena desakan pihak yang lebih berkuasa.
Kategori Film Pendek Fiksi dinilai oleh juri Sabrina Rochelle dan Gita Fara. Kedua juri juga memilih satu film lainnya, Pelat Merah produksi Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Pontianak) sebagai penerima Juri Prize ACFFEST 2023.
Rangkaian ACFFEST 2023 telah bergulir sejak Mei 2023 dengan agenda roadshow, penjaringan karya hingga fasilitasi dan pendampingan produksi. Tahun ini, ACFFEST membuka hanya dua kategori kompetisi, lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang juga menyertakan kategori kompetisi film pendek dokumenter.
Kategori Film Pendek Ide Cerita merupakan segmen kompetisi ide cerita, dimana lima ide cerita terbaik mendapatkan fasilitasi produksi dari ACFFEST. Tiga film lainnya dari segmen ini menjadi finalis, yaitu Galatiak produksi Komune (Padang), Ino To Kodiho produksi ARCH Screenplay (Ternate Utara) dan Ada yang Salah dengan Cinta produksi Mahavra Studio (Jakarta).
ACFFEST 2023 menerima total 677 proposal ide cerita dari seluruh provinsi di Indonesia. Lima proposal terbaik yang terpilih masing-masing mendapatkan dana produksi sebesar Rp30 juta.
Kemudian Kategori Film Pendek Fiksi merupakan segmen kompetisi film. ACFFEST tahun ini menjaring total 340 karya film pendek dari berbagai daerah di Indonesia.
Pengumuman pemenang ACFFEST 2023 dalam acara Malam Anugerah sekaligus menjadi rangkaian dari peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia 2023.
Ketua KPK, Nawawi Pomolango yang turut hadir dan mengumumkan pemenang, mengatakan bahwa ACFEEST merupakan salah satu program penting dalam kampanye anti korupsi. Program ini, yang telah berjalan sembilan tahun, menurutnya telah sukses mendorong tumbuhnya kesadaran antikorupsi di kalangan anak muda.
“Tidak hanya menjadi media kampanye antikorupsi, tetapi lebih dari itu, ACFFEST telah menjadi sebuah gerakan sosial antikorupsi dari anak muda melalui media film, sekaligus bentuk nyata partisipasi anak muda dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia,” ungkap Nawawi.
ACFFEST 2023 pertama kali dihelat pada 2013, dengan misi untuk menggalakkan kesadaran antikorupsi lewat media film. Tahun ini, seiring menguatnya perhatian publik pada kontestasi politik tahun mendatang, ACFFEST mengusung tema “Suaramu, Suara Kita, Suara Nurani”. Tema ini membawa pesan, agar publik menolak praktik jual beli suara dalam pemilu.
Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat, Wawan Wardiana menambahkan, ACFFEST diharapkan bisa memberi dampak lebih jauh. Tak berhenti di penghargaan saja, dengan partisipasi sineas dari berbagai daerah, ajang ini diharapkan juga mendorong terciptanya kolaborasi antara sineas dengan para pemerintah daerah untuk menggalang kampanye antikorupsi lewat medium kreatif.
“KPK pun berharap sineas dan pemerintah daerah dari forum ini saling mengenal dan dapat bersama membuat karya atau program pemberantasan korupsi di daerahnya masing-masing,” ucap Wawan.