20 Februari 2023
14:21 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Dua aktor berkepala plontos berjongkok di tengah-tengah panggung. Keduanya seperti tengah bermain, dengan satu sosok boneka di tangan yang menjadi pusat perhatian keduanya.
Bersama tokoh boneka, kedua aktor bermain dari sudut ke sudut panggung, mengeksplorasi properti berupa box-box menyerupai lemari atau laci. Tanpa dialog, hanya musik yang dinamik, boneka itu berinteraksi dengan ruang, berjalan menapaki satu demi satu permukaan properti.
Kadang, properti disusun seperti tangga, dan boneka menapaki tangga tersebut. Berulang kali, semakin lama semakin cepat dan agresif, sebelum kemudian terkulai seolah lelah dan kehabisan energi. Lain waktu, sang boneka sibuk mengobrak-abrik isi laci-laci, seperti mencari sesuatu yang entah apa.
Adegan begitu terus berulang-ulang di sepanjang pertunjukan, dengan dinamika gestur boneka yang seperti bercerita. Kadang, ia tampak bersemangat, berjalan gontai, lelah hingga terkulai lemas seperti kehilangan harapan.
Begitulah secuplik pertunjukan Jalinan Kusam di Lemari Sosi yang dipentaskan kolektif Flying Balloons Puppet di Teater Salihara, Jumat (17/2) lalu.
Pertunjukan berdurasi 40 menit ini hadir dalam sesi preview jelang rangkaian pertunjukan Helateater 2023, festival teater dua tahunan yang diinisiasi Komunitas Salihara.
Sosi merujuk pada sosok boneka, sekaligus tokoh yang coba digambarkan dalam pertunjukan. Flying Balloons Puppet yang mengusung teater objek, menempatkan boneka Sosi sebagai sosok perempuan dengan sekelumit kisahnya.
Sosi bisa jadi adalah representasi banyak perempuan di negeri ini yang digambarkan tenggelam dalam kehidupan pelik. Beban domestik yang tak kunjung selesai, tuntutan sosial dan budaya yang kadang tak masuk akal, telah menjerat langkah perempuan untuk menggapai kebahagiaannya sendiri.
Lewat permainan boneka yang digabungkan dengan aktor dan sejumlah manipulasi objek, pertunjukan ini mencoba menggambarkan bagaimana tantangan dunia domestik yang membesarkan sekaligus yang mengungkung perempuan.
Sutradara Meyda Bestari bersama dramaturg Jefri Mugi menggambarkan kelelahan batin perempuan itu, misalnya lewat adegan repetitif Sosi menapaki tangga, seolah beban yang waktu ke waktu harus terus diselesaikan.
Di sisi lain, Sosi juga berjibaku dengan hasrat kebahagiaannya sendiri. Di suatu momen, ia teringat lagi segala bagian dari dirinya yang lama tersimpan di laci: gairah, cita-cita dan harapan. Ia ingin kembali ke perasaan-perasaan bebas yang lama tersimpan itu, tapi ia sendiri kebingungan di mana menaruh kunci untuk membuka laci-laci memori tersebut.
Sang sutradara, Meyda dalam sesi bincang-bincang usai pertunjukan mengatakan bahwa Jalinan Kusam di Lemari Sosi adalah sebuah karya yang berangkat dari perenungannya akan orang-orang terdekat.
Sosi bagi Meyda tak lain adalah sosok ibu angkatnya sendiri, perempuan yang menurutnya punya sumber kebahagiaan yang luas, namun perlahan kehilangan daya hidup karena berbagai tekanan kehidupannya sebagai perempuan. Padahal, di masa mudanya, sosok tersebut terlihat memiliki karir dan kehidupan yang mempesona.
“Ketika dewasa saya kuliah ke Jogja, lalu pulang suatu hari ke Lombok, saya lihat dia (orang tua angkat Meyda-red) berubah, makin tua. Di situ ada beberapa hal dalam kepala saya, yang membuat saya mempertanyakan, momen seperti apa sih yang membuat dia seperti itu?,” ungkap Meyda.
Namun meskipun berangkat dari kisah orang terdekatnya, Meyda tak ingin membatasi ruang gerak Sosi untuk menjadi perempuan-perempuan lain di luar sana. Menurutnya, Sosi mencoba menggambarkan kondisi perempuan hari ini secara luas, yang seringkali mesti menyimpan semua gairah dan cita-citanya, demi menjadi istri, ibu, atau perempuan yang ‘diharapkan’.
“Cerita ini pada intinya ya itu tadi, berangkat dari hubungan sama saya ibu angkat saya. Dan kemudian, saya juga berefleksi tentang bagaimana keadaan perempuan saat ini,” pungkas Meyda.
Helateater 2023
Jalinan Kusam di Lemari Sosi menampilkan Meyda dan Rangga Dwi A sebagai aktor. Pertunjukan ini ditampilkan untuk penonton festival pada 18 dan 19 Februari 2023 di Teater Salihara, dalam rangkaian Helateater 2023.
Sebagai informasi, Helateater 2023 dihelat di Salihara Art Center selama 18 Februari hingga 12 Maret mendatang. Tahun ini, Helateater hadir dengan berfokus pada ‘teater objek’, yaitu produksi teater yang mengeksplorasi objek seperti boneka, wayang dan benda lainnya sebagai motor utama pertunjukan.
Selain Flying Balloons Puppet (Yogyakarta), Helateater 2023 juga menghadirkan pertunjukan dari sederet kolektif teater yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Para penampil lainnya yaitu SEKAT Studio (Bekasi), Wayang Suket Indonesia (Tuban), Institute Tingang Borneo Theater (Palangka Raya), serta Papermoon Puppet Theatre (Yogyakarta).