c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

30 Mei 2024

18:19 WIB

Drone Sniffing ITS, Pendeteksi Kualitas Udara Pertama Di Indonesia

ITS meluncurkan drone canggih yang bisa mendeteksi polusi udara secara real time, diberi nama Drone Sniffing. 

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Drone Sniffing ITS, Pendeteksi Kualitas Udara Pertama Di Indonesia </p>
<p>Drone Sniffing ITS, Pendeteksi Kualitas Udara Pertama Di Indonesia </p>

Drone sniffing karya kolaborasi ITS dengan BKI dan Beehive Drones saat melakukan uji surveillance di atas laut di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Foto: dok ITS.


JAKARTA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan inovasi teknologi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan, melalui alat pendeteksi emisi gas rumah kaca yang ada di udara bernama Drone Sniffing.

Bekerja sama dengan Beehive Drones dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), Ketua Tim Riset Kedaireka ITS, Tri Achmadi menjelaskan, Drone Sniffing dengan seri BVD-M16A ini merupakan Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA) multiguna. Drone ini telah disematkan sensor BVD-Sniffing untuk mendeteksi tujuh jenis polutan udara seperti CO2, CO, NO2, NO, SO2, PM2.5, dan PM10. Berbagai jenis polutan di atas dapat terdeteksi dan diukur kadar dan jenisnya secara real-time, melalui sensor pendekatan. 

Ke depannya, fungsi tersebut dapat membantu BKI serta Kesyahbandaraan dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) untuk menjalankan fungsi kepelabuhan dan standarisasi kapal. Data yang didapat itu nantinya akan digunakan untuk menekan angka gas emisi udara di Indonesia.

Menurut Tri, Drone Sniffing ini juga berfungsi sebagai alat surveillance (pengawas) di wilayah perairan. Selain itu, radar Light Detection And Ranging (LiDAR) memungkinkan alat ini dapat mengukur kedalaman suatu objek dan menghindarkan alat dari objek-objek lain yang tidak diinginkan. 

Drone Sniffing yang dilengkapi dengan floater system juga cocok dioperasikan di wilayah perairan, seperti pelabuhan dan pantai. Dengan jangkauan hingga 20 kilometer, drone ini juga dapat digunakan di perairan lepas. 

Gelombang laut yang bergejolak tidak menghalangi drone untuk take off dan landing pada permukaan laut. Bahan yang digunakan telah dipertimbangkan dengan matang, sehingga drone tetap stabil.

"Fitur-fitur ini menjadikan drone BVD-M16A efektif untuk menjangkau area yang sulit dan melakukan pemantauan,” papar Tri yang juga merupakan Manajer Pusat Inovasi Kemaritiman ITS ini.

Menggunakan dashboard berbasis Internet of Things (IoT), semua informasi dari Drone Sniffing dapat diakses melalui website putaradar.id secara real-time. Dashboard itu nantinya akan menyajikan berbagai sumber informasi mengenai jenis dan kadar emisi, tipe kapal, hingga nama dari pelabuhan.

"Dengan adanya informasi ini, pengguna dapat mengetahui kelayakan suatu kapal dan juga dapat dijadikan acuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Dalam acara peluncuran resmi yang berlangsung di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Selasa (28/5), Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhan KSOP, Nanang Afandi, berharap agar alat ini dapat membantu KSOP dalam mendeteksi emisi polutan dari kapal-kapal di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Ia juga berharap alat ini dapat digunakan lebih luas lagi untuk mendukung target Indonesia mencapai nol emisi pada tahun 2060 mendatang. "Penggunaan teknologi ini merupakan langkah penting dalam upaya nasional untuk mengurangi polusi dan menjaga kelestarian lingkungan,” tuturnya, dikutip dari keterangan resmi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar