27 Agustus 2025
10:13 WIB
Dompet Digital Dan Cara Anak Muda Kelola Keuangan
Anak muda sekarang lebih senang melakukan transaksi non tunai lewat dompet digital karena dinilai lebih praktis. Keberadaan dompet digital juga sebagai cara untuk mengelola keuangan.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Pembeli membayar menggunakan QRIS saat transaksi menu pisang goreng di Cafe Sudut Hati di Ternate, M aluku Utara, Kamis (24/4/2025). AntaraFoto/Andri Saputra |
JAKARTA - Kemajuan teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara masyarakat bertransaksi. Kini, hanya dengan memindai kode QR atau menyentuh layar ponsel, pembayaran bisa dilakukan dengan mudah dan cepat.
Fenomena ini semakin terasa pada generasi muda yang tumbuh di era digital. Menurut Eko Listiyanto, Pengamat Perbankan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), dompet digital memberikan dampak signifikan bagi pola pengelolaan keuangan generasi muda.
"Kemudahan yang ditawarkan membuat perilaku mereka yang memang sudah digital native, semakin terbiasa menggunakan dompet digital dibandingkan uang tunai," ujar Eko saat berbincang dengan Validnews.
Ia menegaskan bahwa tren ini terlihat jelas dari data pertumbuhan transaksi digital di Indonesia. Menurut laman GoodStats bertajuk Pola Perilaku Mengelola Keuangan Masyarakat Indonesia 2024, dompet digital menempati posisi kedua sebagai pilihan utama masyarakat dengan persentase 28% responden, meski bank konvensional masih menduduki peringkat pertama.
"Angka-angka yang terus meningkat menjadi gambaran nyata bagaimana kebiasaan generasi muda berubah sejak hadirnya dompet digital," ucapnya.
Generasi cashless ini lebih terasa khususnya di wilayah perkotaan, di mana penggunaan dompet digital sudah menjadi hal lumrah, bahkan sejak usia remaja. Salah satu sisi positif dari fenomena ini adalah meningkatnya inklusi keuangan di kalangan anak muda.
"Jika dahulu akses terhadap layanan perbankan cenderung terbatas, kini siapa pun bisa dengan mudah membuka akun e-wallet hanya dengan nomor ponsel," tambah Eko.
Hal ini membuat generasi muda terbiasa mengelola uangnya, meski dalam bentuk digital. Namun, Eko menekankan bahwa dompet digital bukanlah pengganti bank konvensional. Menurutnya, keduanya justru saling melengkapi. Untuk melakukan top-up dompet digital pun tetap menggunakan rekening bank.
"Dengan kata lain, uang tetap ditabung di bank, lalu sebagian dipindahkan ke dompet digital untuk kebutuhan transaksi harian. Pola ini lebih tepat dipandang sebagai kolaborasi, bukan kompetisi," jelasnya.
Dirinya menyebut bahwa bank dan dompet digital akan terus berjalan beriringan, saling melengkapi sesuai fungsi masing-masing. Yang terpenting, generasi muda perlu memahami bahwa kemudahan teknologi sebaiknya diimbangi dengan kebiasaan finansial yang sehat.