c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

KULTURA

18 Juni 2021

08:15 WIB

Disajikan Secara Virtual, Museum Gastronomi Indonesia Resmi Dirilis

Gastronomi Indonesia bukan sekadar soal identitas makanan daerah dari Sabang sampai Merauke, melainkan seni memilih dan mengolah bahan makanan lezat dan bergizi untuk menentukan nasib bangsa

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Faisal Rachman

Disajikan Secara Virtual, Museum Gastronomi Indonesia Resmi Dirilis
Disajikan Secara Virtual, Museum Gastronomi Indonesia Resmi Dirilis
Tangkapan layar virtual Museum Gastronomi Indonesia (MGI) yang dirilis Kamis (17/6). dok.MGI

JAKARTA – Sejak tanggal 21 Desember 2016 silam, PBB menetapkan 18 Juni sebagai Hari Gastronomy Berkelanjutan (Sustainable Gastronomy Day). Keputusan ini diambil untuk merayakan gastronomi sebagai ekspresi budaya yang terkait dengan keanekaragaman alam dan budaya dunia.

Nah, soal kuliner dan keanekaragaman bahan masakan, Indonesia patut bersyukur. Negeri ini dianugerahi 77 sumber karbohidrat, 400 an buah-buahan lokal, 273 sayuran dan 65 rempah-rempah. Ribuan jenis kuliner yang tersebar di antara pulau-pulau nusantara pun dihasilkan dari kombinasi bahan-bahan tersebut. Bisa dibilang, Indonesia adalah dapur gastronomi terbesar dunia.

Atas dasar pertimbangan untuk melestarikan kekayaan kuliner nusantara inilah, Indonesia Gastronomy Community (IGC) meluncurkan Museum Gastronomi Indonesia (MGI), Kamis (17/6).

Museum yang dibuat secara digital untuk dinikmati secara virtual ini, digagas sebagai wadah yang berisi informasi tentang cerita sejarah, asal-usul, proses akulturasi budaya dari berbagai masakan yang dihidangkan dan dikonsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia.

Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC), Ria Musiawan mengatakan, MGI merupakan persembahan IGC untuk merayakan keberagaman dan kekayaan khazanah gastronomi Indonesia.

“MGI mendukung program ‘Indonesia Spice Up the World’ yang dicanangkan pemerintah untuk menyosialisasikan 5 kuliner unggulan di kancah internasional, yakni rendang, soto, nasi goreng, satai, dan gado-gado, memungkinkan didukung museum virtual,” jelas Ria.

Menteri UMKM dan Koperasi Teten Masduki, dan Dewan Pembina IGC pun mendukung upaya IGC dengan menyatakan bahwa MGI berkontribusi terhadap upaya pemerintah Indonesia untuk mengampanyekan produk lokal yang bisa going global.

“Perkembangan digitalisasi saat ini, mendorong layanan yang mudah diakses oleh masyarakat. Karena itulah, keberadaan MGI ini, memberi pilihan inovatif agar masyarakat manca-negara mengenal Indonesia, terutama makanan-makanan–secara aman dan nyaman, dan mereka dapat meniru dengan mudah dalam memasak,” tuturnya.



Generasi Kekinian
Dewan pakar IGC yang juga salah satu penggagas MGI Saptawati Bardosono dalam konferensi pers virtual menuturkan, dirinya terinspirasi untuk membangun MGI saat bepergian ke sebuah kota kecil di Swiss yang memiliki museum gastronomi. Di tempat itu, ia menyaksikan segala macam hal terkait kekayaan kuliner lokal terekam dengan baik.

“Dari situ saya terpikir, kenapa Indonesia yang kulinernya begitu kaya, kok enggak punya,” serunya.

Ria Musiawan menjelaskan, inisiasi pendirian MGI sendiri sejatinya telah dilakukan sejak setahun terakhir. Proses pendiriannya melibatkan sejumlah pakar, akademisi serta profesional dari berbagai multidisiplin ilmu; tata boga, pengolahan pangan, gizi, hingga teknologi kreatif.

“Sejak awal MGI dirancang untuk menggaet utamanya generasi milenial yang memiliki literasi internet dan teknologi cukup tinggi. Oleh sebab itu IGC sebagai penggagas menggandeng PT. Siji Solusi Digital yang berpengalaman di bidang teknologi informasi dan pengembangan konten digital”, kata Ria.

Kolaborasi antara IGC dengan Siji telah menghasilkan MGI dalam bentuk virtual dengan tata pamer experience 360. Disajikan dalam bentuk infografis, video, serta artefak 3D dengan konsep intuitif dan sarat informasi yang dibuat dengan peralatan khusus, sehingga kemiripannya mendekati 100% dari artefak asli yang terpajang di Museum Nasional, Jakarta.

MGI akan dibangun secara bertahap dan organik. MGI virtual juga akan menjadi marketplace bagi industri UMKM penghasil bumbu-bumbu masakan khas, juga kerajinan dari berbagai daerah dengan berorientasi pasar dunia.

Sekadar informasi, dalam proses pendirian MGI, para dewan pakar dan penggagas kerap berdiskusi tiap Sabtu untuk menentukan konten yang akan disajikan. Di awal, daftar isi museum terdiri sampai 26 bab. Setelah terus berdiskusi, sempat diperas menjadi 5 bab, kemudian ajeg menjadi 7 bab seperti yang ada saat ini.

Ketujuh bab tersebut kemudian tersusun menjadi zona-zona di MGI. Zona A merupakan Beranda, lalu zona B Tumpeng sebagai Makanan Perlambang, zona C berisi Rempah dan Bumbu, Zona D Ragam Makanan dan Minuman Nusantara, zona E Dapur Pawon, zona F sebagai E-Library, serta zona G berisi soal Laut dan Makanan Masa Depan Indonesia.

 



Direktur Utama PT. Siji Solusi Digital Dimas Fuady mengatakan, museum virtual sejak awal dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan milenial yang sudah biasa menggunakan aplikasi mobile maupun web dinamis.

Penyajian materi hasil pemikiran dan penelitian para dewan pakar IGC, juga menjadi tantangan tersendiri dalam membuat UI/UX, desain grafis hingga pengembangan fitur-fitur interaktif agar tetap atraktif bagi user, tanpa mengurangi konteks dan inti materinya.

“Bayangkan Museum Gastronomi Indonesia Virtual ini ibarat Pintu Kemana Saja Doraemon. User bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu daerah ke daerah lainnya. Lalu belajar tentang sejarah, asal usul, proses budaya, cerita tentang kekayaan gastronomi Indonesia langsung dari tempat asalnya, tanpa batasan ruang, borderless,” jelasnya.

Menurutnya, kini ide MGI secara virtual menjadi sangat relevan dengan kondisi pandemi Covid-19. ”Di saat banyak museum tutup dan tidak bisa dikunjungi, museumgastronomi.id bisa diakses kapan saja 24/7 sepanjang tahun, dari mana saja sepanjang terhubung internet”, imbuhnya.

Dimas menambahkan, MGI virtual tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, pengetahuan, pendidikan serta hiburan semata, namun diharapkan bisa menjadi enabler bagi industri terkait, seperti pariwisata, industri perdagangan, dan UMKM. Keberadaan MGI diharapkan juga dapat mendukung berbagai sektor terkait gastronomi Indonesia secara berkelanjutan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER