c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

KULTURA

23 Oktober 2021

12:24 WIB

Dilema Totebag Sebagai Solusi Tas Belanja Ramah Lingkungan

Alih-alih menggantikan kantong plastik yang dinilai sangat tidak ramah lingkungan, ternyata totebag juga memiliki efek samping terhadap lingkungan.

Penulis: Chatelia Noer Cholby

Editor: Satrio Wicaksono

Dilema <i>Totebag</i> Sebagai Solusi Tas Belanja Ramah Lingkungan
Dilema <i>Totebag</i> Sebagai Solusi Tas Belanja Ramah Lingkungan
ilustrasi totebag. Freepik/dok.

JAKARTA - Kalau dulu kantong plastik menjadi pilihan utama untuk membawa barang-barang belanjaan, kini, kebiasaan itu mulai berganti. Pusat-pusat perbelanjaan dan ritel telah menerapkan sistem belanja tanpa kantong plastik. Sekarang, penggunaannya beralih kepada totebag

Keberadaan totebag ini pun dinilai sebagai wadah belanja yang tepat. Salah satu alasannya, terbuat dari bahan yang lebih solid dan tahan lama, sehingga bisa digunakan berkali-kali. Jadi, tidak heran totebag sudah menggeser penggunaan plastik.

Meski begitu, ternyata keberadaan totebag ini juga memiliki efek samping bagi lingkungan. Menurut Byanmara, Senior Manager Carbon Ethics Foundation Indonesia, pembuatan totebag ini sendiri mengeluarkan jauh lebih banyak emisi karbon.

"Ada juga beberapa bahan totebag ini yang lebih sulit dan mahal untuk didaur ulang," ujarnya saat dihubungi oleh Validnews, Sabtu (23/10).

Tentunya, proses seperti itu akan berdampak lagi pada pencemaran lingkungan. Sebab, banyak emisi karbon yang akan keluar dari proses tersebut. Apalagi, saat ini tidak sedikit orang kerap menimbun totebag karena lupa untuk membawa wadah tersebut.

Padahal, kantong belanja ramah lingkungan ini hadir agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Bukan malah membuat orang jadi konsumtif untuk terus-menerus membeli tas belanja tersebut.

Untuk mengurangi pola seperti itu, Meta Rasyid, sustainability enthusiast mengatakan, kita perlu mulai membangun kesadaran dari hal kecil. Salah satunya dengan menyimpan berbagai totebag di dalam tas pergi atau kerja.

"Kita bisa coba menyimpannya hingga akhirnya kita terbiasa dengan keberadaan si wadah belanja ini," katanya kepada Validnews.   

Bila kita sudah sadar akan penggunaan totebag, demi menciptakan kehidupan yang ramah lingkungan. Sebaiknya, kita juga perlu menggunakan wadah tersebut secara berkelanjutan. Dengan menerapkan simpan satu totebag di setiap tas yang dimiliki, tentu produksi akan wadah ini juga akan berkurang.

Hal ini membuat tidak akan ada alasan lupa membawa totebag karena sudah tersimpan di tas. "Lewat cara tersebut, dapat mendorong orang untuk tidak terus membeli totebag hingga menumpuk," tuturnya.

Sementara itu, Byanmara menambahkan, bahwa cara lain untuk mengurangi penumpukan totebag ini dengan menaikkan harganya. Seperti diketahui, harga tas belanja ini terbilang relatif murah sekitar Rp3-5 ribu.

"Harga yang murah ini juga bisa menjadi salah satu konsumen untuk membeli saja daripada membawa dari rumah," ungkapnya.

Berbeda bila harga totebag itu dinaikkan cukup tinggi, ada kemungkinan orang akan berpikir dua kali untuk membelinya. Sebab, lebih baik mereka membawa totebag sendiri untuk menghemat pengeluaran.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa totebag yang sebelumnya jadi solusi. Bisa berubah menjadi suatu permasalahan baru, bila tidak bijak dalam menggunakan tas belanja tersebut. 

"Oleh karena itu, kita perlu memanfaatkan dan memaksimalkan penggunaan totebag agar tidak banyak pencemaran lingkungan yang terjadi," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER