c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

02 Juni 2025

08:49 WIB

Destinasi Wisata Sejarah Lahirnya Pancasila, Dari Ende Hingga Sawahlunto

Pancasila resminya disusun di Gedung BPUPKI, Jakarta. Namun, gagasan-gagasan dasar Pancasila telah dikembangkan sejak Sukarno masih ditahan di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Destinasi Wisata Sejarah Lahirnya Pancasila, Dari Ende Hingga Sawahlunto</p>
<p>Destinasi Wisata Sejarah Lahirnya Pancasila, Dari Ende Hingga Sawahlunto</p>

Rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira Kota Ende Nusa Tenggara Timur. (ValidnewsID/Peksi C ahyo).

JAKARTA - Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Momen ini menandai peristiwa penting dalam sejarah, ketika Bung Karno menyampaikan usulan dasar negara bagi Indonesia yang merdeka. Gagasan Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di Jakarta, 29 Mei - 1 Juni 1945.

Sukarno bukan satu-satunya penyampai gagasan Pancasila. Sebelum dia, dalam sesi awal sidang BPUPKI, ada Mohammad Yamin yang mengemukakan lima dasar negara yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Pada 31 Mei 1945, Soepomo juga menyampaikan usulan dasar negara, yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Keseimbangan lahir dan batin, Musyawarah, dan Keadilan Rakyat.

Barulah kemudian Sukarno menyampaikan usulannya pada 1 Juni, yang kemudian dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila. Sang Presiden dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya Pancasila",  menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia.

Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Nah, gagasan-gagasan Pancasila di atas tak lahir begitu saja. Ada perjalanan yang panjang dari para perumusnya untuk memantapkan gagasan tersebut. Bahkan, sejak sebelum Indonesia merdeka, saat masih menjadi tahanan di Ende, Nusa Tenggara Timur, Sukarno telah memikirkan tentang Pancasila.

Dalam perjalanan, ada beberapa tempat bersejarah yang berperan dalam proses kelahiran Pancasila. Nah, tempat-tempat bersejarah ini agaknya cocok untuk dijadikan tujuan kunjungan atau wisata bagi generasi masa kini, dalam semangat perayaan Pancasila. Berikut uraiannya;

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur.
Lahirnya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ini tidak bisa dilepaskan dari Kota Ende. Sebab, selama 4 tahun (1934-1938) Bung Karno pernah dibuang ke Ende oleh pemerintah kolonial kala itu.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Bung Karno mendapatkan banyak inspirasi, ide, serta gagasan mengenai kebangsaan dan kebinekaan saat masa pengasingan di Ende. Termasuk di antaranya terkait rumusan dasar negara yang kini dikenal sebagai Pancasila.

Destinasi wisata di Ende yang lekat dengan sejarah kelahiran Pancasila adalah Rumah Pengasingan Bung Karno. Rumah ini dulunya menjadi tempat tinggal Bung Karno selama di Ende. Di sini pula, Bung Karno menggali nilai-nilai luhur Pancasila.

Karena memiliki nilai sejarah yang kental, Rumah Pengasingan Soekarno telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Nasional, sesuai dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014. 

Hari ini, Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende adalah salah satu situs yang dijadikan destinasi wisata sejarah. Jika berkunjung, Anda masih bisa melihat beberapa peninggalan Bung Karno yang masih terawat dengan baik. Mulai dari ranjang, lemari, biola, lampu minyak, hingga peralatan masak yang dipamerkan, sembari membayangkan Sukarno tengah merenung di salah satu sudut ruangan.

Gedung Pancasila, Tempat Sidang BPUPKI
Gedung Pancasila atau dulu dikenal dengan nama Gedung Volksraad atau Gedung Chuo Sangi-In adalah tempat sidang BPUPKI yang menghasilkan rumusan dasar negara Indonesia, Pancasila. 

Gedung Pancasila di Kompleks Kemlu RI sebelumnya menjadi lokasi sidang Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat) era Hindia Belanda dari dasawarsa 1920-an dan Chuo Sangi-in (Dewan Pertimbangan Pusat) pada masa pendudukan Jepang pada dekade 1940-an.

Gedung tersebut kemudian menjadi tempat bersidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapa Kemerdekaan (BPUPK) menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI pada 1945. Setelah kemerdekaan, gedung tersebut diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri RI pada awal 1950-an.

Gedung Pancasila saat ini dimanfaatkan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan internasional seperti resepsi untuk menghormati kunjungan petinggi-petinggi asing ke Indonesia. Selain itu, gedung ini pun bisa dikunjungi publik untuk wisata sejarah, atau menggelar berbagai kegiatan komunitas.

Sawahlunto, Kota Kelahiran Mohammad Yamin
Sawahlunto adalah salah satu kota di Sumatra Barat. Mohammad Yamin, salah satu penyampai usulan dasar negara Indonesia, lahir dan tumbuh besar di kota Sawahlunto. Sawahlunto menawarkan beragam objek wisata menarik untuk dikunjungi, terutama wisata sejarah dan wisata tambang.

Wisata sejarah menjadi salah satu wisata andalan berupa situs aktivitas pertambangan di masa penjajahan Hindia Belanda yang dibuka menjadi objek wisata seperti Lubang Tambang Mbah Suro, Museum Gudang Ransum dan Museum Kereta Api.

Dengan nilai sejarahnya yang tinggi, Kota Tambang Sawahlunto akhirnya ditetapkan menjadi Warisan Dunia oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 6 Juli 2019 di kota Baku, Azerbaijan.

Selain wisata sejarahnya di situs penambangan Ombilin, Sawahlunto juga mempunyai keindahan alam yang bisa dinikmati wisatawan di Danau Biru, jenis kain songket yang terkenal dengan nama songket Silungkang, dan berbagai kuliner khas dari Sawahlunto seperti dendeng batokok hingga kari-kari.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar