28 Agustus 2025
15:03 WIB
Desa Tommo Mamuju Punya Potensi Wisata Budaya Seperti Bali
Desa Tommo di Mamuju, Sulawesi Barat punya dua acara keagamaan penting yakni Nyepi dan Ngaben. Ini menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai desa wisata.
Editor: Satrio Wicaksono
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa saat mengunjungi Pura saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Tommo di Mamuju, Sulawesi Barat. Foto: Kementerian Pariwisata.
JAKARTA - Desa Tommo diharapkan bisa menjadi desa wisata andalan di Mamuju, Sulawesi Selatan, dengan menjadikan upacara dan ritual keagamaan sebagai daya tariknya.
Desa Tommo merupakan desa yang terbentuk berkat hasil transmigrasi sejumlah penduduk Bali dari berbagai kabupaten/kota Bali ke Sulawesi Barat, sehingga sebagian besar masyarakat Desa Tommo beragama Hindu. Namun saat ini Desa Tommo tidak hanya menjadi rumah bagi etnis Bali, tetapi juga etnis Bugis, Mandar, Jawa, Sunda, dan Toraja.
Karena itulah, desa yang komoditas utamanya adalah perkebunan jagung ini mempunyai dua acara keagamaan penting yakni Nyepi dan Ngaben. Pada saat Nyepi, momen Pengerupukan atau tradisi yang berlangsung sehari sebelum Nyepi yang ditandai dengan parade Ogoh-ogoh telah menjadi daya tarik desa dan menarik banyak pengunjung.
Sementara prosesi ngaben massal yang berlangsung tiga tahun sekali juga menjadi daya tarik yang luar biasa. Sama seperti Bali, kedua tradisi budaya dan keagamaan ini menjadi potensi wisata yang menarik untuk dikembangkan.
"Banyak orang datang ke Bali hanya untuk menyaksikan Ngaben. Jadi saya pikir ini bisa jadi salah satu atraksi. Dan atraksi itu butuh dukungan-dukungan yang tadi sudah disampaikan. Harapannnya tidak perlu jauh-jauh ke Bali untuk lihat Ngaben, masyarakat Sulawesi Barat dan sekitarnya cukup datang ke desa ini," kata Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa dalam keterangannya di laman resmi Kemenpar.
Menurut dia, daya tarik ini dapat dikemas menjadi paket-paket wisata. Oleh karena itu, Desa Tommo sudah saatnya bertransformasi menjadi desa wisata.
Ia juga berharap pemerintah daerah turut membantu penyusunan dan penyiapan proses sekaligus mendorong pembentukan kelembagaan desa melalui Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).
Melalui pemberdayaan ekonomi lokal, pengembangan infrastruktur dan fasilitas, pelestarian budaya dan lingkungan, penciptaan lapangan kerja, serta promosi wisata berbasis komunitas, diharapkan dapat berdampak pada penguatan ekonomi masyarakat desa.
"Tentu hal ini harus kita lakukan bersama. Tidak ada satu daerah pun maju yang dikerjakan sendirian. Semua daerah itu maju kalau bergotong royong bersama-sama," ujar dia.