c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

25 Juli 2024

20:01 WIB

Deret Pertunjukan Seni Baru Di SIPFest 2024

Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024 dihelat 2 sampai 31 Agustus. Mengusung tema "Orde Seni Baru", di dalamnya ada sederet pertunjukan seni baru. Berikut jadwalnya. 

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Deret Pertunjukan Seni Baru Di SIPFest 2024</p>
<p>Deret Pertunjukan Seni Baru Di SIPFest 2024</p>

Poster Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024. Sumber foto: salihara.org 

JAKARTA - Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024 akan dihelat di Salihara Art Center, Jakarta, 2 sampai 31 Agustus mendatang. Festival ini akan menyuguhkan sederet pertunjukan seni baru dari seniman Indonesia dan juga mancanegara.

Mengusung tema "Orde Seni Baru", SIPFest 2024 membawa semangat menciptakan dunia kesenian dan kebudayaan yang penuh kegembiraan dan kemerdekaan. Dalam helatan biennale atau festival dua tahunan ini, beragam jenis pertunjukan dibawa oleh para seniman terkurasi.

Ragam pertunjukan dalam SIPFest 2024 dibawa oleh seniman-seniman dari Indonesia, Australia, Jerman, Malaysia hingga Korea Selatan. Di antaranya Jecko Siompo, CCOTBBAT dari Korea Selatan, Chong Kae Yong & Ensemble Studio dari Malaysia, dan banyak lagi.

Selengkapnya, berikut tentang seniman penampil dan karya-karya yang akan hadir di SIPFest 2024;

Animal Pop Family (Indonesia) - “Kusukusu II” (Tari)

Persembahan Jecko Siompo, koreografel asal Papua yang telah banyak membawakan karyanya ke panggung internasional. “Kusukusu II” akan ditampilkan  Jecko bersama Animal Pop Family di Teater Salihara pada 3 dan 4 Agustus 2024.

“Kusukusu II” karya tari berdurasi 60 menit yang mengambil inspirasi dari gerak-gerik binatang. Pertunjukan tari ini menghadirkan suasana memancing ikan, atau orang bersenda gurau bagaikan tingkah laku hewan yang bermain-main dan ingin berebut makanan.

Ensemble Studio C (Malaysia) – “Eternity Glimpse into a Secret Garden” (Musik)

Ensemble Studio C mempersembahkan dua pertunjukan konser bertajuk “Eternity Glimpse into a Secret Garden”. Kelompok ini juga akan memainkan serangkaian komposisi dari komposer Asia yang beragam seperti Chiang Chih-Yun (Taiwan), Feliz Anne Reyes Macahis (Filipina), Sri Hanuraga, Ivan Tangkulung dan Michael Asmara (Indonesia).

Tidak hanya komponis Asia, Ensemble Studio C yang dipimpin komposer Chong Kee Yong ini juga memainkan karya komponis Amerika Serikat, John Cage. Pertunjukan berdurasi 90 menit ini akan hadir di Teater Salihara pada 7 dan 8 Agustus.

CCOTBBAT (Korea Selatan) – “Giant’s Table” (Teater)

CCOTBBAT kelompok teater visual yang berbasis di Korea Selatan. Lewat “Giant's Table”, mereka  menawarkan pertunjukan interaktif yang dapat melibatkan penonton.

Dengan latar belakang video langsung, meja ajaib menjadi hidup melalui tindakan real-time dari pemain, gambar real-time dari pelukis, dan partisipasi penonton baik tua maupun muda. Di sini, penonton akan diajak mengalami pengalaman seni yang menarik. Pertunjukan ini berdurasi 70 menit, akan hadir di Galeri Salihara pada 10-11 Agustus.

LOVE IS (Indonesia) – “Made to Believe (Musik)

Made to Believe merupakan proyek kedua dari grup jazz kontemporer LOVE IS yang beranggotakan musisi jazz Jason Mountario, Kelvin Andreas, Sri Hanuraga, dan Rainer James.  Karya ini mengusung tema tentang ambiguitas pada puncak kebenaran yang ditampilkan dalam delapan komposisi musik.

Made to Believe dipertunjukkan di Teater Salihara pada 10-11 Agustus.

Landung Simatupang (Indonesia) – “50 Tahun  Seni Peran di Jalur Olahraga Kesehatan” (Pentas Ceramah)

Landung Simatupang, aktor senio Indonesia, akan berbagi tentang perjalanan 50 tahun kegiatan seni peran sebagai kegemaran yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Landung mengolah pembacaan/penyuaraan teks menjadi pertunjukan yang bertumpu pada keaktoran dan didukung unsur-unsur artistik seperti lazimnya pergelaran teater. Pentas ini akan berlangsung di Teater Salihara pada 13 dan 14 Agustus.

Numen Company (Jerman) – “Anubis” (Teater)

Pertunjukan boneka berdurasi 30 menit ini akan menyajikan visual misterius dengan keindahan puitis dan kekuatan daya tarik yang besar. Berkisah tentang dewa Mesir kuno yang membimbing roh-roh orang mati ke dunia bawah, tempat mereka akan diadili. 

“Anubis” akan ditampilkan di Galeri Salihara pada 17 dan 18 Agustus.

Lucy guerin Inc (Australia) – “One Single Action” (Tari)

“One Single Action” karya Lucy Guerin menampilkan beragam irama, tekstur, gerakan, dan ekspresi serta para penari. Karyaini mencerminkan pemikiran dan tindakan manusia yang mengalami kompleksitas teknologi dan masalah lingkungan.

Pertunjukan ini menampilkan Amber McCartney dan Geoffrey Watson sebagai penari, Béla Bartók sebagai komposer, dan  Paul Lim sebagai penata cahaya. Karya ini berdurasi 60 menit, akan ditampilkan di Teater Salihara pada 17 dan 18 Agustus.

Dewa Alit (Indonesia) – “Chasing the Phantom” (Musik)

Chasing the Phantom dibawakan oleh kelompok musik Gamelan Salukat dan menampilkan sejumlah repertoar karya Dewa Alit. Karya ini menandai bagaimana perjalanan Dewa Alit dalam menangkap unsur-unsur baru ekspresi musik dengan mengeksplorasi sistem musik tradisional Bali dan Barat.

Chasing the Phantom akan dibawakan Gamelan Salukat di Teater Salihara pada 20 dan 21 Agustus.

Megatruh Banyu Mili & Annastasya Verina (Indonesia) – “Budi Bermain Boal”, “Waktu Ku Kecil, Tidak Besar” (Tari)

Megatruh Banyu Mili dan Annastasya Verina adalah koreografer muda jebolan Helatari 2023. Mereka tampil di satu pertunjukan dengan membawa satu karya masing-masing. Megathruh dengan “Budi Bermain Boal” serta Annastasya dengan “Waktu Ku Kecil, Tidak Besar”.

Dua karya tersebut mempercakapkan isu tentang penyeragaman yang menutup kemungkinan adanya pemikiran kritis. Pertunjukan dua koreografer muda ini akan hadir di Teater Salihara pada 24 dan 25 Agustus.

Teater Koma (Indonesia) – “Tanda Cinta”

Tanda Cinta pertama kali dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada 2005 sebagai selebrasi menyambut hari jadi ke-27 pernikahan N. Riantiarno dan Ratna Riantiarno.

Kisah tentang tokoh Suami yang tetap penasaran karena Istri tidak pernah mau menjawab sebuah pertanyaan mendasar, ‘Masih adakah cinta di antara kita?’. Karya ini akan dipentaskan lagi, akan hadir di Teater Salihara pada 30-31 Agustus.

Lokakarya dan “Work in Progress”

Tak hanya pertunjukan, SIPFest 2024 juga akan diramaikan dengan serangkaian lokakarya yang bisa diakses para penonton dalam periode festival tersebut. Beberapa seniman penampil akan mengisi kelas-kelas lokakarya tersebut sesuai fokus seni masing-masing, di antaranya Jecko Siompo, Chong Kee Yong, dan LOVE IS.

Akan ada pula pertunjukan khusus untuk karya-karya yang sedang diproduksi, dibungkus dalam program bertajuk “Work In Progress”. SIPFest 2024 menghadirkan beberapa seniman tari dan teater untuk mempertunjukan karya bertumbuh mereka secara ringkas dan berdiskusi bersama penonton.

Karya-karya dalam proses yang akan dipertunjukkan yakni karya tari “’Dibungkus, Level 1” karya Try Anggara, “Hormon 46++” karya Fitri Setyaningsih, “Multiple Me” dari Rheza Oktavia, serta banyak lagi lainnya.

Seluruh rangkaian SIPFest 2024 bisa diakses publik dengan melakukan reservasi melalui laman resmi festival.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar