c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

15 Agustus 2025

18:11 WIB

CubeBot, Robot Edukasi Atasi Anak Kecanduan Gawai

Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan robot edukasi untuk mengatasi kecanduan anak-anak terhadap gadget, diberi nama CubeBot.

<p>CubeBot, Robot Edukasi Atasi Anak Kecanduan Gawai</p>
<p>CubeBot, Robot Edukasi Atasi Anak Kecanduan Gawai</p>

Sejumlah anak usia SD merakit robot edukasi, inovasi mahasiswa lintas program studi (prodi) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mengatasi anak kecanduan gawai ANTARA/HO-UMM

JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbanyak di dunia, termasuk juga di kalangan anak. Bahkan faktanya, banyak usia anak yang sudah kecanduan gawai. 

Data UNICEF seperti dilansir dari laman komdigi.go.id menunjukkan, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 221 juta orang atau 79,5% dari total populasi. Dari jumlah tersebut, 9,17% adalah anak berusia di bawah 12 tahun.

Sementara data BPS 2024 menyebut, 39,71% anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, sementara 35,57% lainnya sudah mengakses internet. Bahkan menariknya, di wilayah tertinggal, anak usia 13-14 tahun sudah kecanduan mengakses media sosial.

Kondisi ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri. Karenanya, sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dari lintas program studi menciptakan robot edukasi untuk mengatasi anak-anak kecanduan gawai.

Anggota tim pengembang robot tersebut, Muhamad Reza Pahlawan menjelaskan, robot mini dirancang khusus untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai dan merangsang perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik mereka secara menyenangkan.

"Oleh karena itu, kami menawarkan solusi kreatif melalui inovasi robot edukasi yang kami beri nama bernama CubeBot," kata seperti dikutip dari Antara.

Dirinya menyebut banyak anak, terutama di kelas 4, 5, dan 6 SD yang kecanduan gawai. Dampak negatif dari kondisi ini adalah berkurangnya interaksi fisik dan kreativitas anak. Maka, ia dan tim mencari cara agar anak-anak tidak terlalu kecanduan dengan gawai.

Bermodalkan latar belakangnya di Teknik Elektro, Reza bersama dua rekannya dari jurusan yang sama, satu mahasiswa Akuntansi, dan satu mahasiswa PGSD membentuk tim multidisiplin ilmu.

Kolaborasi ini untuk memastikan proyek berjalan lancar dari berbagai aspek, yaitu teknis, keuangan, dan pedagogis. Hasilnya adalah robot yang mudah digunakan oleh anak-anak, berkat kombinasi perangkat keras dan lunak yang dirancang dengan cermat.

Dikatakan, proyek ini tidak hanya sebatas menciptakan robot, tetapi juga membangun ekosistem pembelajaran yang interaktif. 

Alih-alih menggunakan metode coding konvensional yang rumit, CubeBot diprogram melalui aplikasi MBlock yang memanfaatkan blok-blok visual yang tinggal ditarik dan ditempel (drag and drop). Dengan cara ini, anak-anak dapat dengan mudah memahami logika dasar pemrograman.

"Jadi, untuk anak-anak bisa lebih mudah menggunakannya dan memprogram si robot ini. Mereka tidak langsung belajar coding yang rumit, tapi dimulai dengan hal-hal yang menyenangkan melalui CubeBot dan MBlock," ujar Reza.

Implementasi di Sekolah

Saat ini, CubeBot sudah berjalan di beberapa sekolah, termasuk SD Muhammadiyah 8 Malang dan SD Muhammadiyah 4 Malang. Ke depan akan ditawarkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler di berbagai sekolah lainnya.

Salah satu keunggulan dari CubeBot adalah sifatnya yang modular. Kebanyakan robot sejenis hanya melakukan satu mode saja. Tapi, CubeBot dengan satu set robot, anak-anak bisa merakitnya menjadi tiga model berbeda, yaitu line follower (mengikuti garis), transporter (memindahkan barang), dan avoid obstacle (menghindari rintangan).

"Satu robot bisa jadi beberapa model, jadi anak-anak bisa belajar lebih banyak. Fitur ini menjadi keunggulan utama CubeBot dibandingkan produk sejenis lainnya. Karena, setahu saya yang lain itu satu robot hanya untuk satu model saja," ungkap Reza.

Dengan konsep modular ini, anak-anak tidak cepat bosan dan dapat terus mengeksplorasi berbagai fungsi robot. Melalui interaksi merakit robot secara mandiri dan bekerja sama dalam tim, CubeBot secara langsung melatih berbagai keterampilan.

Aspek kognitif anak terasah saat mereka menyusun alur coding yang logis, afektif terstimulasi melalui kerja sama tim, dan psikomotorik berkembang melalui proses saat menggunakan robot ini.

Reza dan timnya ingin CubeBot dapat menjangkau banyak sekolah sebagai ekstrakurikuler, khususnya di Malang dan Jawa Timur.

Dengan demikian, inovasi ini dapat berkontribusi signifikan dalam menciptakan generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memiliki keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.

"Lewat CubeBot, kami membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi alat edukasi yang menyenangkan dan bermanfaat," ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar