16 Mei 2024
08:18 WIB
Cine-Concert Samsara dari Garin Nugroho Sukses Memukau Penonton Singapura
Seakan mengulang kesuksesan tujuh tahun lalu di tempat yang sama lewat Setan Jawa, Samsara karya Garin Nugroho mendapat apresiasi luar biasa.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
Pertunjukan Samsara dari Garin Nugroho sukses digelar di Esplanade Concert Hall, Singapura, Jumat (10/5). Sumber foto: Cineria Films/ GarinbWorkshop.
JAKARTA - Pertunjukan perdana cine-concert Samsara, karya Garin Nugroho di Singapura mendapat sambutan meriah. Lebih dari 1.000 penonton hadir untuk menyaksikan Samsara yang dipertunjukan di Esplanade Concert Hall, Singapura pada 10 Mei lalu.
Samsara menjelma sajian yang berbasis film dan pertunjukan musik langsung di atas panggung. Karya ini mengajak penonton untuk menikmatinya melalui pengalaman sinematik film bisu dan pertunjukan live gamelan Bali dan musik elektronik.
Samsara sendiri merupakan film bisu hitam putih terbaru karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett. Karya ini dipersembahkan Cineria Films, GarinbWorkshop, dan Lynx Films, yang dibuat bersama dengan Esplanade Theatres on the Bay Singapura.
Samsara berkisah tentang seorang pria dari keluarga miskin di Bali pada tahun 30-an yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dicintainya. Dia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, dalam prosesnya, ritual ini justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita.
Samsara menyajikan karya kreatif dan kolaboratif dengan para seniman yang telah berpengalaman di bidangnya, di antaranya Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali.
Iringan live paduan musik gamelan Bali dan musik elektronik yang dinamis, di bawah pimpinan Komposer Wayan Sudirana dan Kasimyn yang secara piawai mengawinkan musik dari Gamelan Yuganada dan musik elektronik Gabber Modus Operandi, berhasil memukau penonton.
Turut memberikan warna dalam komposisi musik adalah vokalis dengan beragam genre dan cengkoknya, yaitu Ican Harem, Gusti Putu Sudarta, Dinar Rizkianti, dan Thaly Titi Kasih.
Pertunjukan Samsara seperti mengulang kesuksesan Garin dengan film Setan Jawa yang dipertunjukkan dengan konsep serupa di tempat yang sama, tujuh tahun silam.
“Esplanade selalu menjadi jendela karya saya ke Asia dan dunia. Setelah Setan Jawa sukses di Esplanade, saya memutuskan dalam hati akan datang kembali ke Esplanade. Esplanade selalu memberi energi, membawa Indonesia ke Asia dan dunia," ungkap Garin dalam keterangan pers, Rabu (15/5).
Sambutan spontan dan applause yang luar biasa dari penonton Esplanade, imbuh Garin, adalah sebuah dorongan kreativitas untuk mencipta dan untuk datang dan datang lagi ke Esplanade.
Lebih lanjut, Gita Fara yang bertindak sebagai produser, mengatakan bahwa Samsara merepresentasikan banyak hal. Sebagai produk sinematik, karya ini mencoba mengajak publik untuk kembali melihat sinema dalam bentuk paling awalnya, yaitu film bisu. Di sisi lainnya, menunjukkan kemungkinan yang luas bagi produk sinema untuk menampung kolaborasi seni lintas bidang.
“Dalam Samsara kami mencoba untuk kembali ke akar pertama kali sinema muncul, yaitu film bisu dengan iringan musik live. Bentuk ini kami harapkan bisa memberikan pengalaman sinematik yang luar biasa untuk menikmati karya sinema Samsara," ucap Gita.
"Kembali ke masa lalu, tetapi juga merasakan masa depan dengan kolaborasi yang avant garde antara sinema, musik tradisi Gamelan Yuganada, dan musik elektronik Gabber Modus Operandi," lanjutnya.
Samsara melibatkan partisipasi talenta-talenta terbaik di Bali, baik dari tari, film maupun musik. Gita menjanjikan, Samsara tak berhenti di satu pertunjukan panggung saja.
Setelah penampilan perdana di Singapura, karya cine-concert ini akan melanjutkan perjalanan ke festival-festival dan panggung seni budaya lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.