c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

23 April 2025

18:49 WIB

Chicco Jerikho - Ariel Tatum Jalani Proses Panjang Perankan Perang Kota

Tampil dalam cerita berlatar masa lalu, perang revolusi setelah kemerdekaan, para pemain Perang Kota mesti memainkan adegan-adegan yang sulit.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

<p>Chicco Jerikho - Ariel Tatum Jalani Proses Panjang Perankan <em>Perang Kota</em> </p>
<p>Chicco Jerikho - Ariel Tatum Jalani Proses Panjang Perankan <em>Perang Kota</em> </p>

Sesi konferensi pers film Perang Kota di Epicentrum XXI, Setiabudi, Jakarta, Senin (21/4). Dok: Validnews/ Andesta.

JAKARTA – Film Perang Kota dari sutradara Mouly Surya menyajikan dunia visual yang megah dan klasik, dengan latar cerita pada era 40-an, dua tahun setelah Indonesia merdeka. Mengusung drama periodik, film ini menghadirkan lanskap kota Jakarta pasca kemerdekaan yang mencekam karena masih dibayangi revolusi bersenjata.

Perang Kota memadukan suguhan drama dan aksi, dalam latar era masa lalu. Menampilkan bintang Chicco Jerikho, Ariel Tatum serta Jerome Kurnia, film yang didasari novel Jalan Tak Ada Ujung (1952) karya Mochtar Lubis ini penuh dengan adegan-adegan intens, baku tembak hingga api yang membakar sudut-sudut kota.

Tampil dalam cerita berlatar masa lalu, perang revolusi setelah kemerdekaan, para pemain Perang Kota mesti memainkan adegan-adegan yang sulit. Mereka tampil mengokang senjata, berlari di antara berondongan peluru, hingga adegan-adegan adu fisik yang menguras tenaga.

Chicco menceritakan, dirinya dan para pemeran lain menjalani proses yang panjang untuk memerankan karakter masing-masing dalam Perang Kota. Ada serangkaian workshop yang musti dijalani, mulai dari workshop berkelahi hingga teknis menggunakan senjata. Belum lagi, senjata yang digunakan dalam film ini adalah senjata asli, jenis laras panjang lawas yang memang banyak digunakan di tahun 40-an.

"Untuk pendekatannya sendiri kami melalui berbagai macam workshop. Untuk film ini, banyak sekali workshop yang kami jalani, dari workshop fisik, workshop action, workshop musik, begitu juga dengan intimacy coordination untuk kenyamanan kami semua,” ungkap Chicco dalam sesi gala premier di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Chicco sendiri adalah pemeran utama di film Perang Kota, Guru Isa yang merupakan seorang pejuang di masa revolusi. Dia beradu peran dengan Ariel Tatum sebagai Fatimah, istri dari Guru Isa; kemudian Jerome Kurnia sebagai Hazil, murid sekaligus rekan seperjuangan Guru Isa. Ketiga aktor kenamaan Indonesia itu sama-sama tampil dengan aksi ciamik melibatkan adu fisik hingga konflik bersenjata.

Namun tak cuma aksi bersenjata, ketiganya pun terlibat dalam adegan-adegan bernuansa seksual. Adegan-adegan ranjang yang ‘panas’ antara Guru Isa dan Fatimah, hingga penyelewengan Fatimah bersama Hazil yang mengundang rasa gundah bagi penonton. Ya, selain terlibat dalam pergolakan revolusi, ketiga karakter itu pun terlibat dalam relasi cinta segi tiga.

Karena itu, tak hanya adegan aksi yang menjadi perhatian dalam produksi, namun juga adegan-adegan dramatis di dalam rumah, hingga adegan-adegan ranjang. Untuk ini pun, para pemeran Perang Kota harus menjalani serangkaian workshop untuk bersama pengarah keintiman atau intimacy coordinator.

"Sebenarnya adegan-adegannya yang bermuatan intim, bisa dibilang itu seperti adegan fighting, ada koreografinya, jadi ada tekniknya, misal kamera mungkin menghadap samping, bagaimana tekniknya, semuanya itu ada teknisnya," beber Chicco.

Pilihan latar Indonesia dua tahun setelah kemerdekaan membawa konsekuensi lebih lanjut dalam hal pemeranan. Chicco, Ariel Tatum dan Jerome Kurnia pun harus belajar banyak tentang cara berbahasa di masa itu, termasuk juga berbahasa Belanda karena pengaruh Belanda memang masih begitu kuat menjejak di Indonesia masa itu.

"Untuk masuk ke dalam karakter Hazil, kalau punya anak, udah SD, tujuh tahun. Justru itu berkah buat gue. Jadi kita punya proses yang panjang, dan satu dan lain halnya kita berproses, gue terus latihan, baca lagi skrip, terus memahami Hazil itu siapa," tutur Jerome Kurnia menggambarkan prosesnya.

Berjuang di Luar dan di Dalam Diri

Menambahkan, Ariel Tatum mengungkapkan, Perang Kota menyajikan gambaran dinamika batin manusia yang relevan dengan kehidupan masa kini. Menurutnya, meski berlatar di era 40-an dan di masa perang, namun pergolana tokoh-tokoh dalam cerita menurutnya juga terjadi pada manusia yang hidup di era kini.

“Karakter yang aku perankan, Fatimah, sangat relevan. Ketika coba menarik ke era saat ini; resiliensi Fatimah, semangat perjuangannya. Walaupun antara Fatimah dan saya berada di era berbeda, namun perperangan batin tersebut, perjuangan dalam kehidupan menjadi seorang perempuan, kita hidup itu  baik perempuan maupun laki-laki, pasti penuh dengan perjuangan, peperangan batin yang dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan,” tutur Ariel Tatum.

Ariel Tatum membenarkan cerita Chicco dan Jerome kalau mereka harus mempelajari banyak hal untuk memerankan Perang Kota. Dia menilai film ini sebagai salah satu proyek paling serius yang pernah dilakoninya.

“Kami diberkati dengan waktu yang cukup panjang, sebelum memasuki proses produksi, ada part yang kami bertiga bersama-sama, hampir setiap hari bersama-sama, sampai membuat skema di dalam workshop tersebut, karena kami semua percaya bahwa untuk menghidupkan sebuah karakter perlu juga kami melakukan berbagai prosedur,” tambah Ariel.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar