10 Oktober 2024
11:35 WIB
Cermati! Ini Gejala-Gejala Sindrom Ovarium Polikistik Atau PCOS
Pentingnya kehati-hatian dalam mendiagnosis PCOS. Pemeriksaan oleh dokter spesialis secarar menyeluruh diperlukan untuk menyimpulkan seseorang mengalami PCOS
Ilustrasi - Sindrom ovarium polikistik atau PCOS. Antara/ Shutterstock/Panchenko Vladimir
JAKARTA – Sindrom Ovarium Polikistik Atau PCOS, belakangan kerap jadi topik pembicaraan di berbagai kesempatan. Namun, tahukah Anda apa sebenarnya PCOS tersebut? Dokter Spesialis obstetri-ginekologi, konsultan fertilitas dari RSCM, Jakarta, dr. Mila Maidarti, SpOG (K) menjelaskan, sindrom ovarium polikistik adalah ketidaknormalan hormon yang dapat memengaruhi ovulasi. Ia pun menerangkan gejala-gejala sindrom PCOS.
"Sebetulnya, para pakar itu sudah membuat suatu guideline, kita mengatakan PCOS atau bahasa Indonesianya adalah sindrom ovarium polikistik, kalau ada dua dari tiga gejala," kata dosen Universitas Indonesia tersebut dikutip Kamis (10/10).
Gejala pertama adalah adanya siklus menstruasi yang tidak teratur. “Polanya khas sekali, misalnya bisa dua bulan tidak mens, tiga bulan enggak mens," serunya.
Gejala PCOS yang kedua berkaitan dengan hiperandrogen, yaitu peningkatan kadar hormon androgen atau yang dikenal sebagai hormon pria. Pada perempuan dengan PCOS, lanjutnya, kadar hormon androgen bisa meningkat dan menyebabkan munculnya gejala seperti jerawat dan pertumbuhan rambut tidak normal atau kebotakan di area tertentu, seperti yang terjadi pada pria.
Gejala sindrom ovarium polikistik yang ketiga, menurut dr. Mila, dapat dilihat dari gambaran ovarium berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan alat ultrasonografi. Dalam kasusu ini, lanjutnya, biasanya pada ovarium terlihat sejumlah besar folikel kecil sehingga dikenal sebagai gambaran polikistik.
Ia menyampaikan, pada perempuan dengan PCOS biasanya terdapat lebih dari 20 folikel kecil dalam satu ovarium. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam siklus reproduksi.
"Jadi, gambarnya ada kecil-kecil gitu ya, kayak mutiara, kaya roda pedati banyak gitu. Jumlahnya lebih dari 20 telur pada satu indung telur. Nah, itu tidak normal," serunya.
Dokter Mila pun menekankan pentingnya kehati-hatian dalam mendiagnosis PCOS. Pemeriksaan menyeluruh diperlukan untuk menyimpulkan seseorang mengalami PCOS. Sebelum menetapkan diagnosis PCOS, dokter juga harus menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gangguan menstruasi.
Misalnya, kadar hormon prolaktin yang tinggi pada perempuan menyusui juga dapat menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Para perempuan, imbuhnya, juga diharapkan memahami gejala-gejala yang mengarah pada sindrom ovarium polikistik dan masalah kesehatan reproduksi yang lain, agar gangguan ini bisa didiagnosis lebih awal dan ditangani secara tepat.
Kesalahpahaman Umum
Menurut WHO, PCOS memengaruhi sekitar 8-13%wanita usia subur di seluruh dunia, dan sebanyak 70% dari mereka mungkin tidak terdiagnosis. Berikut kesalahpahaman umum tentang PCOS, dilansir Medicaldialy beberapa waktu lalu.
Faktanya, PCOS memang memengaruhi kesuburan karena ketidakseimbangan hormon membatasi frekuensi ovulasi. Namun, dengan memperbaiki masalah metabolisme mendasar yang menyebabkan jarangnya ovulasi, kebanyakan penderita PCOS dapat hamil.
“Dengan berovulasi lebih sering/setiap bulan, wanita penderita PCOS seharusnya memiliki peluang yang sama untuk hamil seperti orang lain seusianya yang sedang berovulasi. Pilihan pengobatan untuk PCOS termasuk obat-obatan seperti clomiphene citrate (juga dikenal sebagai Clomid) atau letrozole (Femara) dapat membantu ovulasi lebih sering,” jelas dokter kandungan-ginekologi dan spesialis kesuburan di Amerika Serikat (AS) Molina Dayal.
PCOS bukan hanya masalah kesuburan, tapi juga gangguan metabolisme yang berdampak jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental, sehingga perlu perawatan dan memeriksakan diri ke dokter bila mengalami gejala, tidak harus saat sedang mencoba untuk hamil.
“PCOS sering kali didiagnosis ketika seseorang sedang mencoba untuk hamil sehingga hal ini dapat menjadi fokus perawatan medis, namun pasien harus menyadari bahwa PCOS dapat berdampak pada kesehatan jantung, metabolisme, resistensi insulin, dan banyak lagi,” kata ahli endokrinologi reproduksi di AS, Lora Shahine.
Penelitian telah menunjukkan, selain komplikasi reproduksi, wanita dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes, hipertensi, penyakit jantung, asma, dan masalah muskuloskeletal. Mereka juga lebih mungkin mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Faktanya, perawatan PCOS tergantung pada tujuan akhir masing-masing pasien. “Gejala PCOS dapat diatasi dengan banyak pilihan. Setiap orang adalah unik dan tidak ada perubahan gaya hidup, suplemen atau pengobatan yang dapat berhasil untuk semua orang,” ujar Shahine menekankan.
Gaya Hidup
Karena PCOS juga merupakan kelainan metabolisme, banyak gejalanya yang dapat diatasi dengan melakukan perubahan gaya hidup. Menurut Dayal, pola makan dan olahraga adalah kunci keberhasilan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan jangka panjang.
Nama polikistik juga bisa menyesatkan karena banyak penderita PCOS mungkin tidak memiliki kista di indung telurnya.
“Keberadaan ovarium polikistik tidak spesifik untuk PCOS. Tidak semua wanita dengan PCOS memiliki ovarium polikistik. Sebaliknya, beberapa wanita tanpa PCOS dapat memiliki ovarium polikistik,” jelas Dayal.
Gejala PCOS lainnya termasuk siklus menstruasi yang tidak teratur, pertumbuhan rambut wajah atau tubuh yang berlebihan, jerawat, pola kebotakan seperti pria, kutil di leher dan ketiak, penambahan berat badan di sekitar perut, dan nyeri panggul.
Menurunkan berat badan dengan PCOS juga mungkin sulit dan bahkan membuat frustrasi. Namun dengan pilihan makanan yang tepat dan modifikasi gaya hidup, penurunan berat badan bisa tercapai.
“Penurunan berat badan bisa jadi sulit dengan atau tanpa diagnosis PCOS. Perubahan gaya hidup seperti membuat pilihan makanan yang lebih cerdas seperti mengurangi makan makanan olahan, mengurangi kalori asupan, meningkatkan pengeluaran kalori dan meningkatkan kualitas tidur dapat membantu penurunan berat badan," jelas Dayal.