c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

16 Maret 2022

08:00 WIB

Cerita VoB Tepis Tabu Perempuan Dan Musik Metal

Bagi VoB, perempuan harus bangkit dan mandiri untuk menyatakan jati dirinya. Menepis semua mitos-mitos yang selalu dilekatkan.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Cerita VoB Tepis Tabu Perempuan Dan Musik Metal
Cerita VoB Tepis Tabu Perempuan Dan Musik Metal
Voice of Baceprot, Group band rock dengan personel wanita asal Garut. sumberfoto: faceboook/Voice of Baceprot - VoB/dok

JAKARTA – Bagi sebagian kalangan masyarakat Indonesia, perempuan masih terus diasosiasikan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah atau dapur. Perempuan tak diberi ruang untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya sebebas kaum laki-laki.

Dalam hal bermain musik misalnya, masih ada saja masyarakat yang mencoba membatasi perempuan untuk bergerak berdasarkan minat sejatinya. Ada berbagai tabu seperti anggapan tentang perempuan tak baik bila bermain musik ‘keras’, atau perempuan anak band dicap sebagai perempuan tak benar dan dekat dengan pergaulan bebas, dan banyak lagi anggapan miring lainnya.

Berbagai pemikiran konvensional yang menuntut perempuan untuk selalu tampil feminim dalam segala aspek, membuat banyak perempuan merasa kehilangan kesempatan untuk menunjukkan orientasi kreatifnya. Pada akhirnya, mereka berhenti, menyerah pada segala pertimbangan baik-buruk orang-orang di sekitarnya.

Hal itulah yang ditentang dan terus dilawan oleh trio hijabers asal Garut, Firdda Marsya Kurnia, Widi Rahmawati dan Euis Siti Aisyah. Membawa grup musik Voice of Baceprot (VoB), tiga dara tersebut berupaya menepis segala ‘mitos’ tentang perempuan. Tak peduli anggapan miring sebagian orang, ketiganya keukeuh berjalan untuk menjajal selera musik mereka: metal.

Marsya yang gitaris sekaligus vokalis VoB bercerita, di awal-awal mereka mulai aktif bermusik, banyak komentar-komentar yang menyerang grup tersebut. Komentar-komentar yang nyaris membuat ‘jatuh’, jika tidak ditopang dengan keyakinan yang besar atas apa yang ingin mereka jalani.

Namun pada akhirnya, VoB mampu menepis omongan orang-orang di sekitarnya yang ingin mengatur perempuan. Bagi mereka bertiga, tak ada yang salah dari pilihan perempuan untuk bermain musik metal.

“Yang berhak ngomong kamu layak dan tidak terhadap suatu hal itu cuma diri kita sendiri. Itu satu-satu halnya yang harus kamu percaya. Kenapa, karena orang-orang kadang kadang nggak objektif, bercampur dengan hal-hal lain yang mungkin dia sendiri nggak menyadari itu,” ungkap Marsya dalam sesi bincang #YukBukaSuara yang dihelat Google Indonesia beberapa waktu lalu.

Menurut Marsya, banyak persepsi-persepsi masyarakat tentang perempuan selama ini hanyalah ‘mitos’ yang terus diulang-ulang oleh masyarakat di suatu komunitas, untuk menakut-nakuti perempuan. Padahal, jika menengok ke dunia yang lebih luas, dunia berjalan di luar pakem-pakem yang diskriminatif itu.

Karena itu, bagi Marsya, perempuan harus berani bangkit dan mandiri untuk menyatakan jati dirinya. Jika ada stigma, nilai atau komentar yang berusaha menjegal langkah, katanya, maka harus diuji, apakah itu merupakan kebenaran atau tidak.

Namun, untuk melawan dan berdiri di kaki sendiri, haruslah dibarengi dengan pengetahuan yang cukup. Hal inilah yang diyakini Marsya dan kawan-kawan, bahwa dengan pengetahuan, maka perempuan akan bisa mempertanyakan segala dogma yang terasa tidak relevan atau tidak berdasar.

“Sebenarnya sih kunci dari kita berani ngelawan adalah kita harus tahu dulu. Sebenarnya kita tu juga sempat ragu-ragu ketika membicarakan tentang perempuan yang harus bisa diberikan kendali atas dirinya sendiri, dibebaskan untuk memilih apa yang dia mau,” kata Marsya.

“Kita sempat ragu-ragu untuk meragukan itu karena kita sendiri nggak tahu. Karena yang kita dengar dari lingkungan kita waktu itu adalah perempuan tidak diberikan kebebasan seperti itu. Tapi karena kita mau cari tahu, baca buku, termasuk nge-Google, ternyata ‘oh benar lho, gak ada yang salah dengan itu. Ketika kita nggak tahu, kita nggak akan bisa ngelawan,” imbuhnya.

Sejalan dengan itu, Marsya pun mendukung para perempuan untuk berani menjadi diri sendiri, tampil dengan ekspresi orisinil mereka. Jika orang lain mengenal diri kita dengan baik, kata Marsya, maka orang tersebut akan  bisa memahami apa yang kita lakukan.

Berangkat dari pemikiran seperti itu pula, lagu-lagu VoB selama ini banyak berbicara tentang isu-isu perempuan atau kesetaraan. Termasuk dalam lagu terbaru mereka yang rilis belum lama ini, “[Not] Public Property”.

Seolah menegaskan apa yang dikatakan Marsya di atas, lagu ini hendak menyatakan bahwa tak ada pemilik lain atas tubuh perempuan selain diri perempuan itu sendiri. Perempuan bukan properti publik!


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar