c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

31 Oktober 2024

09:41 WIB

Cerita Seputar Film Perdana Reza Rahadian, Pangku

Film ini menjadi proyek penuh arti bagi Reza karena tak hanya menyutradarai, dia juga membangun cerita berdasarkan perhatian dan pengalamannya sendiri.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

<p>Cerita Seputar Film Perdana Reza Rahadian, <em>Pangku</em></p>
<p>Cerita Seputar Film Perdana Reza Rahadian, <em>Pangku</em></p>

Reza Rahadian (tengah) bersama para produser film Pangku Gita Fara dan Arya Ibrahim saat sesi jumpa pers di Epicentrum XXI, Setiabudi, Jakarta, Selasa (29/10). Validnews/Andesta

JAKARTA – Aktor Reza Rahadian kini memulai kiprah baru sebagai sutradara, lewat film berjudul Pangku. Film ini menjadi proyek penuh arti bagi Reza karena tak hanya menyutradarai, dia juga membangun cerita berdasarkan perhatian dan pengalamannya sendiri dalam menyimak kehidupan.

Film Pangku akan diproduksi di bawah naungan Gambar Gerak, rumah produksi yang didirikan Reza bersama rekan produsernya, Arya Ibrahim. Film ini diumumkan segera memulai proses syuting, dijadwalkan rilis pada tahun mendatang.

Reza mengatakan, film pertama haruslah bernilai personal baginya. Karena itu, dia memilih mengangkat cerita tentang ketangguhan perempuan. Kisah perempuan itu ada dalam ingatan Reza sejak lama, berangkat dari pengalamannya menyimak denyut kehidupan para perempuan pejuang hidup di salah satu daerah Jalur Pantai Utara atau Pantura.

Umum diketahui, daerah-daerah pesisiran utara pulau Jawa memiliki karakteristik unik karena menjadi salah satu jalur mobilitas dan pergerakan industri. Karenanya, daerah-daerah ini memiliki potret budaya yang beragam dan sangat dinamis, penuh cerita dan peristiwa karena tingginya intensitas interaksi lintas budaya, juga penuh dinamika sosial.

Lebih spesifik lagi, Reza mengangkat cerita perempuan di sekitar praktik ‘kopi pangku’ yang berkembang sejak lama di Jalur Pantura. Ini suatu praktik kontroversial, di mana warung-warung kopi menjajakan minuman dengan pengunjung ditemani wanita pramusaji sebagai penghiburan tambahan. Pendeknya, praktik ini kerap diasosiasikan dengan fenomena prostitusi.

Akan tetapi, Reza tak bermain di wilayah kontroversial itu, melainkan fokus menyusuri perspektif perjuangan dan daya hidup para perempuan dalam komunitas itu. Dia mencoba menceritakan kisah manusia secara realistis, di mana setiap karakter di dalamnya tak bisa dinilai dengan paradigma hitam dan putih semata.

“Semua (karakter-red) pada akhirnya punya motifnya masing-masing, semua pada akhirnya punya kepentingannya masing-masing, semua punya tujuan hidupnya masing-masing. Dan kadang-kadang tujuan hidup itu bisa melukai orang lain, atau bisa menimbulkan kebahagiaan bagi orang lain, tergantung perspektif apa yang diambil,” ungkap Reza saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kekuatan Seorang Ibu
Film Pangku akan memotret kekuatan dan perjuangan seorang perempuan yang sekaligus juga seorang ibu. Penggambaran yang semestinya sangat realistis karena begitu banyak perempuan di dunia ini memang berjuang sangat keras untuk hidupnya beserta anak-anaknya, bahkan mereka harus berjuang tanpa dukungan seorang suami.

Kekuatan seorang perempuan dan seorang ibu itu akan diwujudkan dalam layar oleh aktris Claresta Taufan. Sosok yang notabene adalah pendatang baru di layar lebar, belum banyak muncul dalam film-film sebelumnya.

Reza memiliki alasan kuat memilih Claresta, sosok yang menurutnya memiliki karakter ekspresi yang cocok untuk mewujudkan sosok karakter utama. Karakter utama dalam cerita ini akan bernama Sartika, seorang perempuan kuat dari Pantura.

“Jadi pangku adalah sebuah cerita tentang perjuangan atau perjalanan hidup seorang perempuan yang bernama Sartika yang mencoba untuk bertahan hidup di tengah himpitan dan krisis yang menimpa dirinya,” ucap Reza.

“Kami menemukan bahwa Claresta menampilkan sesuatu yang sangat otentik. Mungkin karena seorang pemain baru, belum begitu banyak menyerap karakter-karakter sehingga ada kemurnian pada performanya yang menurut saya ini penting untuk karakter Sartika,” ujar Reza.

Kisah tokoh Sartika dalam film Pangku akan beresonansi dengan kompleksitas sosial-ekonomi masyarakat di Jalur Pantura. Dengan begitu, film ini pun akan diperkaya dengan perspektif kritis tentang situasi sosial. Reza membocorkan, kisah itu akan bergulir dalam latar cukup panjang, merentang dari era transisi akhir 1990-an, era 2000-an hingga era terbaru.

Selain aspek cerita, menarik juga memerhatikan ansambel pemeran yang diumumkan oleh Reza untuk film Pangku. Ada beberapa nama kawakan, namun justru tak ditempatkan di pusat cerita. Justru Claresta dipercaya memerankan karakter kunci, menunjukkan kalau Reza dalam debutnya ini tak bergantung pada nama besar untuk mendominasi layar.

Claresta akan beradu peran bersama aktor kenamaan Fedi Nuril. Selain itu, film ini juga melibatkan pemain Devano Danendra, Shakeel Fauzi serta Christine Hakim.

Perhatian Reza tampaknya cukup besar pada aspek pendukung produksi, di mana dia melibatkan banyak nama beken. Gita Fara, Arya Ibrahim dan Happy Salma hadir di jajaran produser. Kemudian di wilayah kreatif, ada nama-nama seperti sinematografer Teoh Gay Hian, desainer Eros Eflin yang akan mengurus artistik, hingga penata kostum Retno Ratih Damayanti. Reza juga meminta penulis prosa berbakat, Felix K. Nesi untuk menuliskan skenario Pangku.

Reza menggambarkan komposisi tim yang didapatkannya untuk produksi film Pangku sebagai komposisi impian. Dia menginginkan hasil terbaik untuk karya film perdananya ini.

“Saya tentu punya versi dream team yang diharapkan dan tiba-tiba ketika diinisiasi juga produser, kita dapat jadwal mereka,” ujar Reza tentang tim produksinya.

“Tentu saya punya ekspektasi, tapi nggak yang tinggi tinggi banget itu. Yang utama misi saya adalah film ini terjadi. Karena saya percaya karya yang baik adalah karya yang terjadi. Maka karya ini lahir dulu aja,” Reza mengungkap semangat karya debutnya.

Surat Cinta untuk Sang Ibunda
Kisah tentang kekuatan perempuan tampaknya menjadi hal yang menarik perhatian Reza secara kuat. Ini tak terlepas dari kedekatan dan juga kesan kuat Reza atas sosok ibunya sendiri, Pratiwi Widantini Matulessy.

Reza merasa menangkap citra kekuatan itu dari ibunya. Dan memang selama ini, dalam berbagai kesempatan, Reza kerap mengungkap kekagumannya akan sang ibu yang dianggapnya perempuan pejuang.

Maka dari itu, film ini pun semakin bernilai personal karena Reza mendedikasikan karya debutnya untuk sang ibunda.

Reza mengatakan, sosok ibunya menjadi salah satu sumber inspirasi dalam pembentukan karakter perempuan dalam Pangku. Kesan itu dia padukan dengan pengamatannya terhadap para perempuan pejuang hidup yang pernah ditemuinya selama ini.

“Ini film perdana, film yang buat saya, ini adalah surat cinta saya kepada ibu saya. Tepat ketika film pertama, saya rasa ini sesuatu yang harus juga minimal ada keterikatan batin, ada kedekatan emosional,” ucap Reza.

“Film ini saya persembahkan untuk ibu saya tercinta, seorang wanita yang tangguh, seorang wanita yang  kuat. Saya melihat perempuan itu adalah figur yang sangat luar biasa, dan itu terwakili ketika saya melihat ibu saya,” imbuhnya lagi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar