25 Agustus 2022
08:58 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Emosi merupakan bagian yang melekat dalam diri manusia dan dimiliki secara naluriah bahkan sejak bayi. Meskipun emosi akan muncul secara alami, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa emosi perlu diperkenalkan sejak dini pada anak.
Lewat pengenalan emosi sejak dini ini dipercaya akan membantu anak lebih mudah untuk meregulasi emosi.
Educator Montessori sekaligus Principal Early Childhood Education Tentang Anak Gianti Amanda mengatakan, memperkenalkan emosi dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi potensi anak mudah mengalami tantrum ketika berusia dua tahun atau pada fase toddler.
“Semakin anak mengenal emosi ia akan semakin mudah meregulasi emosianya, anak mudah mengungkapkan perasaannya sehingga tidak mudah tantrum,” kata Gianti dalam webinar Tentang Anak, Rabu (24/8).
Hal ini karena tantrum dipicu oleh perasaan frustrasi ketika ia tidak dapat mengungkapkan emosinya, seperti marah, kesal, sedih dan sejenisnya. Maka jika ia memahami ragam emosi sejak dini, anak akan lebih mudah menyampaikan perasaannya.
Gianti menambahkan, mengenalkan emosi sejak usia dini juga dapat menjadi bekal anak masuk ke lingkungan sosial dan sekolah. Ketika anak menghadapi situasi yang baru seperti mengantre, menunggu, diacuhkan, anak dapat memahami perasaannya dan meregulasi emosinya.
Dalam ilmu psikologi, regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol emosi negatif dalam diri. Sehingga ketika anak diperkenalkan dengan emosi, anak juga belajar bagaimana menangani emosi tersebut.
Maka, orang tua turut perlu memberikan arahan bagaimana cara mengatasi emosi negatif yang dirasakan. Misalkan, Gianti memberi contoh, ketika anak tidak berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan anak cenderung marah dan menangis orang tua dapat memvalidasi perasaan anak sekaligus memperkenalkan emosi.
“Orang tua bisa mengatakan 'kakak sedih ya? kakak marah ya?' secara tidak langsung anak mengenal bahwa perasaannya saat itu adalah sebuah emosi,” tutur perempuan yang karib disapa Teh Gia ini.
Mengenalkan emosi juga sudah bisa dilakukan sejak bayi, meski semua emosi yang ingin diungkapkan bayi umumnya diekspresikan dengan tangisan tetapi orang tua dapat menebak dan menekankan keinginan bayi.
Misal mengatakan “kamu sedih karena lapar ya, kamu sedih karena digendong ya, kamu marah karena ibu lama datang ya”, respons seperti ini perlahan-lahan akan diserap sebagai informasi oleh bayi.
Orang tua juga dapat mengenalkan ekspresi emosi melalui buku bergambar agar anak bisa merefleksikan contoh emosi yang ia lihat.
“Buku bergambar, flash card, poster bisa membantu orang tua memperkenalkan emosi sejak dini. Karena anak pada fase toddler lebih cepat menerima informasi dari apa yang ia lihat,” ujar Gianti.
Menurut Gianti, mengenalkan emosi sejak dini merupakan langkah visioner bagi orang tua dalam mempersiapkan mental anak menghadapi lingkungan sosial terutama saat masuk fase sekolah.