c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

03 November 2021

08:44 WIB

Cegah Paus Mati Terdampar, WWF Gelar Pelatihan First Responder

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang apa yang menjadi penyebab mamalia-mamalia laut tersebut kerap terdampar di bibir-bibir laut.

Penulis: Dwi Herlambang

Editor: Satrio Wicaksono

Cegah Paus Mati Terdampar, WWF Gelar Pelatihan <i>First Responder</i>
Cegah Paus Mati Terdampar, WWF Gelar Pelatihan <i>First Responder</i>
Wisatawan melihat Paus Pembunuh (Orcinus orca) yang mati terdampar dari perahu di Pantai Bangsring, Banyuwangi. Antara foto/dok.

JAKARTA - Yayasan WWF Indonesia melakukan kegiatan pelatihan penanganan mamalia laut terdampar di Aceh. 

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas kemampuan penanggap pertama atau First Responder dalam penanganan dan memberikan pertolongan pertama kepada mamalia laut yang ditemukan terdampar di bibir laut.

Dari data yang dimiliki WWF Indonesia, pada November 2017 tercatat 10 ekor Paus Sperma (Physeter macrocephalus) terdampar di pantai Aceh Besar dan empat diantaranya kemudian mati. Terbaru, tahun ini, seekor Paus Baleen diketahui terdampar di Pantai Ujung Pancu, Aceh Besar.

Sementara itu, data yang dikumpulkan oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (Dit. KKHL), pada 2020 hingga Februari 2021 telah tercatat 173 kasus mamalia laut terdampar di Indonesia. 

Dalam setiap kejadian terdampar, respons cepat dari tenaga medis dan relawan memiliki peranan penting yang mempengaruhi tingkat keselamatan (survival rate) satwa.

Kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten dalam teknik penanganan, pelepasliaran, hingga aspek medis dalam kejadian mamalia laut terdampar menjadi beberapa alasan yang melatarbelakangi kegiatan pelatihan jejaring First Responder.

Dokter Hewan, Dwi Suprapti, menjelaskan sejak 2013 hingga sekarang ini, setidaknya terdapat 1.200 orang di berbagai wilayah Indonesia yang telah berkompeten sebagai tenaga First Responder. Menurutnya, pelatihan ini penting dilakukan karena penanganan yang tidak tepat dapat membahayakan satwa, maupun tenaga First Responder.

“Agar kapasitas dan kemampuan para First Responder serta kesadartahuan masyarakat terkait pentingnya pelaporan dan penanganan mamalia laut terdampar di Indonesia terus meningkat, sehingga mamalia-mamalia laut yang statusnya dilindungi dapat memiliki kesempatan hidup yang lebih tinggi,” kata Dwi dalam acara pelatihan yang dilakukan secara daring, di Fakultas  Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Selasa (2/11).

Tindakan atas kejadian mamalia laut terdampar tidak hanya putus hingga proses penanganannya saja, namun perlu diteliti lebih lanjut faktor penyebab mamalia tersebut terdampar. Ada kemungkinan, salah satu faktor penyebab mamalia terdampar adalah karena dampak perubahan iklim.

Senada, Direktur  Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia, Imam Musthofa Zainudin, mengatakan kelestarian populasi mamalia laut memiliki hubungan dengan berbagai aspek, salah satunya adalah perikanan tangkap. Upaya pelestarian mamalia laut juga berarti menjaga kelangsungan perikanan dan perekonomian masyarakat pesisir.

“Kerja sama dalam bentuk pelatihan First Responder penanganan mamalia terdampar dan penetapan komisariat IAM Flying Vet ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi upaya menjaga kelestarian mamalia laut dan keseimbangan ekosistem di laut”, tutupnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar