24 Oktober 2025
13:51 WIB
Cedera Otot Tidak Kunjung Pulih, Bisa Jadi Ada Masalah Saraf
Cedera yang tak kunjung sembuh bisa terjadi karena adanya masalah dalam sistem saraf.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi seorang wanita mengalami cedere di pergelangan tangan. Foto: Freepik.
JAKARTA - Banyak orang mengira nyeri otot atau cedera yang tidak kunjung sembuh disebabkan oleh lemahnya otot. Padahal, sumber masalah sering kali terjadi pada sistem saraf.
Hal tersebut diungkapkan oleh spesialis neurologi DRI Clinic dr. Irca Ahyar. Menurutnya, banyak kasus cedera yang tidak kunjung pulih karena terapi hanya berfokus pada gejala otot tanpa menelusuri jalur saraf yang terganggu.
"Pasien sering datang dengan keluhan yang sama, padahal sudah fisioterapi, stretching, atau bahkan istirahat yang cukup. Namun nyerinya muncul lagi. Itu tandanya ada sinyal dari sistem saraf yang tidak seimbang," ucap dr. Irca.
Saraf diibaratkan sebagai kabel utama tubuh yang kalau terganggu maka pesan dari otak ke otot tidak akan sampai. Akibatnya, otot bisa terasa tegang, lemah, atau nyeri, meskipun secara struktur sebenarnya baik-baik saja.
Sementara sebagian besar terapi konvensional masih berfokus pada perbaikan gejala di permukaan. Jika penanganan hanya berfokus pada otot tanpa menelusuri jalur sarafnya, maka cedera akan terus timbul lagi karena sumber masalahnya tidak teratasi dengan baik.
Maka itu, dr. Irca pun mengingatkan kalau pasien perlu memahami perbedaan antara nyeri otot dan nyeri saraf. Nyeri otot biasanya terasa pegal atau tegang setelah beraktivitas fisik. Namun jika nyeri terasa menusuk, menjalar, atau muncul tanpa sebab jelas, besar kemungkinan sumbernya ada di saraf.
"Tubuh itu pintar. Kalau ada nyeri yang muncul berulang di tempat yang sama, atau sensasi kebas yang makin sering, itu alarm dari sistem saraf. Jangan tunggu sampai cedera parah baru diperiksa," imbuh dr. Irca.
Tidak hanya atlet, pekerja kantoran, guru, bahkan ibu rumah tangga juga bisa mengalami gangguan saraf akibat posisi tubuh yang salah atau kebiasaan berulang. Semisal, duduk delapan jam di depan laptop tanpa jeda bisa memengaruhi keseimbangan postur dan membuat saraf tertekan. Lama-kelamaan, muncul nyeri punggung, bahu, atau kesemutan.
"Maka itu, lakukan pemeriksaan saraf secara berkala, terutama bagi mereka yang aktif bergerak. Pemeriksaan saraf bukan hanya untuk orang sakit. Ini bagian dari pencegahan agar bisa mengetahui sejak dini apakah ada ketidakseimbangan yang bisa memicu cedera," tutup dr. Irca.