c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

05 Agustus 2024

09:04 WIB

Catatan Buruk Medali Pertama Indonesia Di Olimpiade Paris 2024

Dalam sejarahnya, sejak Olimpiade Barcelona 1992, selalu ada medali emas yang disumbangkan dari cabor bulutangkis, terkecuali tahun 2012 dan 2024 ini.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Rendi Widodo

<p>Catatan Buruk Medali Pertama Indonesia Di Olimpiade Paris 2024</p>
<p>Catatan Buruk Medali Pertama Indonesia Di Olimpiade Paris 2024</p>

Gregoria Mariska setelah mendapatkan medali perunggu di Olimpiade Paris. Antara Foto/Wahyu Putro A/Spt

JAKARTA - Indonesia akhirnya berhasil meraih medali pertama di gelaran Olimpiade Paris 2024, lewat pebulutangkis tunggal putri Gregoria Mariska yang dipastikan berhak membawa pulang medali perunggu pada hari Minggu (4/8).

Asa Gregoria untuk bisa meraih medali sebenarnya sempat tertunda usai ia dikalahkan pebulutangkis muda Korea Selatan An Se-Young di babak semifinal, dalam pertandingan sengit tiga set, dengan skor 21-13, 11-21 dan 16-21.

Dengan kekalahan di semifinal itu, membuat Gregoria tinggal berharap bisa meraih medali perunggu andai menang di pertandingan perebutan juara ketiga, melawan semifinalis yang kalah di pertandingan lainnya. Antara Carolina Marin asal Spanyol atau He Bingjiao dari China.

Berlangsung di Port de la Chapelle Arena, Paris, Carolina Marin mampu atas He Bingjiao di set pertama dengan skor 21-14. Bahkan bisa memimpin di set kedua dengan kedudukan 10-8. Tetapi sial buat Marin, di tengah posisinya yang sudah tinggal selangkah lagi menuju final itu, ia mengalami cedera lutut dan tak bisa melanjutkan pertandingan. Hingga dinyatakan kalah dari He Bingjiao.

Kekalahan Marin itu seharusnya membuatnya menjadi lawan Gregoria Mariska di laga perebutan juara ketiga atau medali perunggu, yang digelar hari ini, Senin (5/8). Tetapi cedera Marin yang ternyata cukup parah, menjadikannya tak bisa menjalani pertandingan perebutan medali perunggu, sehingga Gregoria Mariska dinyatakan menang W.O (walk out).

"Ini musibah untuk Marin, tapi aku bingung bereaksi saja, kaya tidak mau ini terjadi saja. Jujur banget aku bersyukur medalinya, tapi bukan happy gitu," kata Gregoria usai dipastikan meraih medali perunggu, dinukil dari halaman Kemenpora.

Meski demikian, Gregoria mengaku jelas sangat bahagia atas keberhasilan ini, kendatipun gagal memberikan medali emas atau perak. Sebab sejak awal, sebagai unggulan ketujuh kali ini, ia hanya menargetkan minimal bisa membawa pulang medali buat Indonesia.

"Target saya memang medali, kita tidak berpikir apa, yang penting medali dulu deh, karena lihat dari ranking di atas dia masih banyak," kata pebulutangkis yang akrab disapa Jorji itu.

Raihan medali perunggu ini juga menjadi sangat berharga, sebab sudah lama Indonesia tidak bisa meraih medali dari sektor tunggal putri di cabor bulutangkis. Di mana terakhir kali, medali bisa disumbangkan tunggal puteri Indonesia, terjadi pada Olimpiade Beijing 2008 silam, melalui Maria Kristin.

"Setelah sekian lama kita tidak dapat medali di tunggal putri sekarang alhamdulillah Jorji bisa dapat medali perunggu," kata Jorji.

Chef de Mission (CdM) Anindya Bakrie juga mengaku sangat bersyukur atas perolehan medali pertama Tim Indonesia di Olimpiade Paris 2024 yang diberikan Gregoria Mariska ini. Setelah melihat perjuangannya yang begitu luar biasa, sampai akhirnya dikalahkan An Se-Young di semifinal.

Karena itu, meski menang tanpa harus bertanding di laga perebutan medali perunggu, Anidya menilai bahwa medali yang diraih Jorji jelas bukan sebuah pemberian, tetapi sebuah perjuangan yang memang layak diganjar raihan medali.

"Semua pasti ada hikmahnya. Allah tidak mungkin memberikan medali kepada orang yang salah," kata Anidya.

Bagaimanapun, capaian Gregoria di Olimpiade Paris 2024 ini jelas menjadi sesuatu yang spesial, di tengah sejarah sektor tunggal putri bulutangkis Indonesia yang memang selalu kesulitan di ajang olahraga antarnegara terbesar di dunia itu, pasca era 90-an. Saat masih ada nama Susi Susanti dan Mia Audina yang sukses menyumbang total tiga medali dari Olimpiade Barcelona 1992 dan Atlanta 1996.

capaian Gregoria juga semakin spesial di saat pebulutangkis Indonesia lainnya di Olimpiade Paris 2024, tak ada satupun yang bisa menunjukkan tajinya. Seperti dua unggulan dari sektor tunggal putra, Jonatan Christie dan Anthony Ginting yang bahkan sudah berhenti dari fase grup. Sama seperti ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.

Sementara ganda putra Fajar Alfian/Rian Ardianto yang lolos dari fase grup, juga terhenti lajunya hanya sampai babak perempatfinal. Padahal jika melihat catatan sejarah, tiga sektor itu selalu menjadi unggulan Indonesia dalam mendulang medali di Olimpiade. Jauh lebih diunggulkan dari sektor tunggal putri.

Raihan buruk yang dicatatkan para pebulutangkis Indonesia itu di Olimpiade Paris 2024, juga mengulang catatan kelam di Olimpiade London 2012. Di mana bulutangkis Indonesia sama sekali tak bisa menyumbangkan raihan medali emas.

Dalam sejarahnya, sejak Olimpiade Barcelona 1992, selalu ada medali emas yang disumbangkan dari cabor bulutangkis. Dua pada tahun 1992 itu, dan sisanya ada satu di tiap gelaran Olimpiade, kecuali tahun 2012 dan 2024 ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar