01 November 2024
14:19 WIB
Carica, Si Kuning Manis Kebanggaan Masyarakat Dieng
Hanya dapat tumbuh di dataran tinggi bersuhu sangat dingin, Dieng jadi satu-satunya lokasi yang memiliki carica di tanah air.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
Carica yang menjadi buah khas Dataran Tinggi Dieng. Wikimedia/Michael Hermann
JAKARTA - Terkenal memiliki suhu yang sangat dingin di sepanjang tahun membuat dataran tinggi Dieng tak hanya memiliki daya tarik tersendiri dalam hal wisata, namun juga ciri khas makanan berupa buah yang hanya tumbuh di kawasan ini, yaitu carica.
Carica (Karika) atau sering disebut juga sebagai pepaya gunung, merupakan jenis buah yang masih satu kerabat dengan pepaya yang secara khusus hanya bisa tumbuh pada area dengan ketinggian 1.500-3.000 meter di atas permukaan laut, dan memiliki suhu sangat dingin.
Tak heran, jika kawasan Dieng, Wonosobo jadi satu-satunya daerah di tanah air yang ditumbuhi oleh pohon buah ini. Faktanya carica sendiri memang bukan asli dari Indonesia, melainkan dari kawasan dataran tinggi Pegunungan Andes di Amerika Selatan, yang melintasi Chile dan Brasil.
Carica mulai banyak dikenal di Dieng pada tahun 1930 setelah banyak orang Belanda yang memperkenalkan dan mengajari cara menanam serta mengolah pohon buah ini.
Mengenal Carica
Seperti yang disebutkan sebelumnya, carica memiliki bentuk pohon dan buah layaknya pepaya namun dengan ukuran lebih kecil dan nyaris bulat. Saat masih muda buahnya berwarna hijau namun ketika mulai matang dan siap panen berubah menjadi kuning.
Sebenarnya pohon carica dapat berbuah sepanjang tahun, namun puncaknya biasa panen pada Maret-April, ketika tanah masih cukup basah oleh hujan tapi awan-awan tebal sudah mulai menepi.
Ketika dibuka, bagian dalam buah carica memiliki kumpulan biji yang lebih mirip seperti markisa. Memiliki rasa manis yang menyegarkan, selain dinikmati langsung cara paling sederhana dan banyak dipilih untuk mengolah carica adalah dengan dijadikan asinan.
Meski begitu seiring berjalannya waktu carica juga telah menjadi ikon atau maskot khas Wonosobo dan Dieng, sehingga pengolahannya kini menjadi lebih beragam, mulai dari dijadikan jus, selai, sirup, keripik, dodol, hingga permen.
Oleh-oleh Manisan Carica
Dari sekian banyak jenis olahan carica, satu yang paling populer dan tak pernah terlewat dijadikan sebagai buah tangan Dieng adalah manisan.
Proses produksi dan resep manisan carica relatif sama di semua pelaku usaha manisan carica di Dieng. Buah carica yang digunakan dipilih yang tingkat kematangannya 80%.
Dalam prosesnya, buah carica dikupas sampai kulitnya hilang, dibelah, bijinya disisihkan, lalu dicuci bersih. Daging buah kemudian diiris dengan ukuran standar dengan tebal sekitar 3 mm dan lebarnya 3 cm.
Biji yang sudah dikupas nyatanya tidak dibuang, melainkan direbus dengan satu liter air untuk kemudian dijadikan kuah manisan setelah disaring dan disatukan dengan buah carica yang telah dipotong, dan tinggal dikemas dengan mesin press manual.
Manisan carica biasanya dikemas pada sebuah cup plastik berukuran 100 ml yang dijual seharga Rp3.000-Rp4.000 saja. Menariknya manisan carica ini kuat bertahan lama meskipun dalam proses pembuatannya sama sekali tidak digunakan bahan pengawet.
Manisan carica dalam kemasan plastik terhitung kuat bertahan hingga enam bulan, sementara yang dikemas dalam kemasan kaleng dapat bertahan hingga dua tahun lamanya.
Tentu tak sulit menemukan oleh-oleh satu ini, karena nyatanya manisan dan buah carica telah menjadi panganan eksklusif dari dataran tinggi Dieng.