c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

13 Januari 2024

17:18 WIB

Cara Cepat Baca Kitab Gundul Dengan Model EMAS

Keterampilan membaca dan memahami kitab gundul, sampai saat ini masih menjadi problem bagi mereka yang belajar bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di pesantren

Cara Cepat Baca Kitab Gundul Dengan Model EMAS
Cara Cepat Baca Kitab Gundul Dengan Model EMAS
Santri mengaji kitab kuning di Pondok Pesantren Almiizan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Antara/Yulius Satria Wijaya

MALANG - Guru Besar Bidang Ilmu Bahasa Arab Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (FAI UMM), Prof Dr Abdul Haris mengenalkan cara membaca kitab gundul dengan cepat melalui metode "EMAS". Apa yang dimaksud dengan Metode EMAS adalah expand vocabularies, mastery the functional grammar, aplly the jie sam soe, dan support with more exercises.

"Keterampilan membaca dan memahami kitab gundul, sampai saat ini masih menjadi problem bagi mereka yang belajar bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di pesantren," kata Prof Abdul Haris dalam pidato ilmiah pengukuhannya di kampus UMM, Sabtu (13/1).

Sekadar informasi, kitab gundul sendiri merujuk ke tulisan dengan alphabet arab gundul (tulisan arab tanpa harakat). Masyarakat Indonesia, khususnya komunitas pesantren mengenal hal ini dengan kitab kuning. Kitab kuning menjadi sumber keilmuan dalam tradisi pesantren di Indonesia. Kitab ini harus dipelajari oleh santri sebagai dasar dalam belajar ilmu Islam.

Menurut Prof Haris, ada dua hal utama yang menyebabkan problem dalam membaca kitab gundul, yakni kurangnya kekayaan kosa kata dan pemahaman terhadap kaidah-kaidah gramatika bahasa Arab yang fungsional. Karena itu, model EMAS yang ia ciptakan menjadi kerangka konseptual yang bagus untuk menentukan langkah-langkah sistematis dalam proses pembelajaran membaca kitab gundul yang lebih mudah dan lebih cepat.

Ada empat langkah yang dilakukan dalam proses pembelajarannya. Diawali dengan E, yakni expand vocabularies. Tahap ini dilakukan untuk memberikan bekal kosa kata yang cukup. Hal ini dilakukan dengan mengajarkan beberapa teks Arab berharakat yang relevan dengan bidang studinya.

Langkah kedua, lanjut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang itu, adalah M atau mastery the functional grammar, yakni kuasai gramatika yang fungsional. Di sini para peserta didik diajari berbagai kaidah nahwu.

Selanjutnya, adalah A atau aplly the jie sam soe, yakni terapkan analisis jie sam soe. Langkah ini merupakan langkah sederhana untuk menganalisa struktur kalimat yang mudah, yang berbasis pada pemahaman tentang tiga unsur utama pembentuk dan pengembang kalimat, yakni SPP (subjek, predikat, dan pelengkap).

"Dengan model analisis ini tidak banyak kaidah gramatika yang harus dikuasai, cukup mendeteksi tiga peran kata terkait," ujarnya.

Terakhir, yakni tahap S, yaitu support with more exercises atau dibantu dengan banyak latihan. Pada tahap ini, latihan membaca teks bahasa Arab yang tidak berharakat dilakukan. Mulai dari kalimat yang sederhana sampai dengan teks-teks yang berhubungan dengan bidang yang menjadi kajiannya.

“Semoga model ini bisa menjadi salah satu solusi dalam memberikan pengajaran terkait membaca kitab gundul. Utamanya mereka yang ingin membaca kitab gundul, namun bingung mulai dari mana. Maka, model EMAS bisa dicoba untuk membantu dalam proses pembelajaran,” tuturnya.

Aksara Pegon
Sebelumnya, masih terkait dengan kitab gundul, Kementerian Agama baru saja merilis layanan digital terbaru berupa aplikasi 'Pegon Virtual Keyboard' dan 'Rumah Kitab', dalam perayaan Hari Amal Bhakti ke-78 lembaga negara tersebut di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Sabtu.

"Saya tidak akan bosan menyatakan, kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Kalau tidak ada aksara pegon yang menjadi perantara syiarnya, mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di Nusantara. Karena itu kita harus menjaga dan melestarikan aksara pegon," ujar Menag Yaqut Cholil Qoumas.

Yaqut mengatakan, dua aplikasi dikembangkan sebagai bagian dari transformasi digital di Kemenag. Dua aplikasi tersebut sebagai penanda kekhasan pendidikan di pesantren yakni aksara pegon dan kitab kuning.

Pegon Virtual Keyboard adalah aplikasi digital yang memungkinkan pengguna dapat menulis dengan aksara pegon pada papan ketik yang tersedia. Dengan mengunduh aplikasi ini, pengguna dapat menggunakan aksara pegon sebagai sarana menuangkan gagasan atau berkomunikasi melalui telepon pintar, laptop, tablet, atau perangkat digital lainnya.

Sementara Rumah Kitab adalah platform digital yang menyediakan pembelajaran kitab kuning seperti yang dipelajari di pesantren. Pembelajaran kitab kuning di Rumah Kitab, terbagi dalam tiga jenjang, yaitu dasar (ula), menengah (wustha), dan atas (‘ulya).

Yaqut menjelaskan, aksara pegon saat ini memang masih digunakan, namun umumnya terbatas di komunitas santri. Di luar komunitas santri, aksara pegon tidak digunakan. Bahkan, mungkin banyak yang tidak tahu apa itu aksara pegon.

Padahal sejarah mencatat, aksara pegon dulu digunakan untuk menuliskan teks-teks keagamaan, teks sastra, surat menyurat, mantra, dan lainnya. Penggunaan aksara pegon dalam konteks peperangan, kata Yaqut, juga menjadi salah satu strategi komunikasi para pejuang bangsa dalam rangka mengelabui kolonial.

"Agar tetap lestari dan tidak hilang, cara satu-satunya adalah mengkondisikan bagaimana aksara pegon ini digunakan oleh masyarakat," kata dia. Ia berharap dengan adanya aplikasi Pegon Virtual Keyboard ini masyarakat luas akan lebih mengenal dan terbiasa menggunakannya. Dengan demikian aksara pegon akan tetap lestari.

Kekhasan pesantren lainnya yang juga perlu dilestarikan adalah kitab kuning. Undang-undang No 18 tahun 2019 tentang Pesantren mengatur, kitab kuning adalah salah satu rukun pesantren. Artinya, sebuah lembaga tidak bisa dikatakan sebagai pesantren kalau tidak mengajarkan kitab kuning.

"Seperti aksara pegon, kitab kuning ini saya kira juga perlu didigitalisasi. Kitab kuning di era digital tidak harus selalu tersedia dalam bentuk kertas, tetapi menjadi e-book atau sejenisnya yang berbasis elektronik," kata Yaqut.

Melalui aplikasi Rumah Kitab, masyarakat bisa mengaji kitab apa dan kepada kiai siapa. Mereka tinggal memilih pada menu yang tersedia.

"Kita sekarang dari mana saja bisa menyimak dan memaknai kitab kuning yang dibacakan kiai melalui perangkat digital. Ini simpel dan sangat memudahkan," tuturnya. 

Kedua aplikasi tersebut dapat diunduh melalui telepon pintar dengan kata kunci 'Pegon Virtual Keyboard' dan 'Rumah Kitab'. Ke depan, kedua aplikasi itu akan terintegrasi dengan rumah data Kemenag Pusaka Superapss.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar