27 Oktober 2025
14:56 WIB
Cara Bedakan Nyeri Tulang Biasa Dan Tanda Osteoporosis Saat Hamil
Saat masa kehamilan, penambahan berat badan dan perubahan postur tubuh membuat otot bekerja lebih keras untuk menopang tulang belakang, hal ini kerap menimbulkan rasa nyeri tulang.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi ibu hamil menahan rasa nyeri tulang belakang. Foto: Freepik.
JAKARTA - Selama masa kehamilan, tubuh perempuan mengalami banyak perubahan fisiologis yang memengaruhi hampir seluruh sistem tubuh, termasuk sistem muskuloskeletal atau tulang dan otot. Tak heran jika banyak ibu hamil mengeluhkan rasa nyeri di punggung, pinggul, atau kaki, terutama menjelang trimester akhir.
Namun, tidak semua nyeri tulang tersebut menandakan masalah serius seperti osteoporosis. Menurut Dokter Spesialis Ortopedi, dr. Aldico Sapardan, penting bagi ibu hamil untuk memahami bahwa nyeri tidak selalu berasal dari tulang.
"Badan kita bisa nyeri karena banyak hal, bisa dari otot, saraf, atau organ lainnya. Biasanya dokter akan mengeksplorasi satu per satu lewat wawancara dan pemeriksaan fisik," ujar dr. Aldico, di Jakarta.
Pada ibu hamil, pertambahan berat badan dan perubahan postur tubuh sering kali membuat tulang belakang serta otot bekerja lebih keras untuk menopang beban. Saat perut semakin membesar, tubuh akan beradaptasi secara otomatis untuk menjaga keseimbangan.
Namun, adaptasi ini sering disertai perubahan pada titik tumpu tubuh yang menyebabkan tekanan berlebih pada punggung bawah dan pinggul. Akibatnya, otot-otot penyangga di sekitar tulang belakang mudah tegang dan terasa pegal.
Posisi berdiri pun harus selalu dijaga agar tetap tegak, tapi justru membuat punggung cepat lelah. Bahkan saat beristirahat, ibu hamil sering kali kesulitan menemukan posisi tidur yang nyaman karena ukuran perut yang semakin besar dan tekanan pada panggul yang meningkat.
Rasa nyeri yang muncul sebenarnya merupakan sinyal tubuh bahwa ada bagian yang sedang menyesuaikan diri. Namun, jika nyeri terasa sangat hebat, menetap, atau disertai gejala lain seperti kesemutan dan sulit bergerak, perlu diwaspadai adanya kondisi lain, termasuk kemungkinan gangguan kepadatan tulang seperti osteoporosis.
“Kalau nyerinya karena otot, biasanya akan membaik dengan pijatan ringan atau istirahat cukup. Tapi kalau sudah dipijat tetap sakit, bahkan makin berat, sebaiknya segera diperiksa lebih lanjut. Yang terpenting adalah wawancara dokter dengan pasien dan pemeriksaan klinisnya,” jelas dr. Aldico.
Selain perubahan postur dan hormon, risiko kekurangan kalsium selama hamil juga bisa memengaruhi kekuatan tulang ibu. Janin akan menyerap sebagian besar kalsium dari tubuh ibu untuk pertumbuhan tulangnya.
Jika asupan kalsium tidak mencukupi, tubuh ibu bisa mengambil cadangan dari tulang dan dalam jangka panjang, hal ini bisa meningkatkan risiko osteoporosis. Untuk itu, dr. Aldico menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara asupan nutrisi, aktivitas fisik, dan istirahat.
"Selama hamil dan menyusui, pastikan kebutuhan kalsium dan vitamin D tercukupi. Konsumsilah makanan kaya kalsium seperti susu, ikan teri, tahu, tempe, dan sayuran hijau, serta rutin berjemur di pagi hari agar tubuh mendapat cukup vitamin D alami," sarannya.
Aktivitas fisik ringan juga berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang, seperti berjalan santai atau senam hamil. Gerakan terkontrol membantu memperkuat otot dan tulang tanpa memberikan tekanan berlebih pada tubuh.
"Yang paling penting, jangan abaikan nyeri yang tidak biasa. Dengarkan tubuh Anda dan jangan ragu berkonsultasi ke dokter,” pungkas dr. Aldico.