13 Desember 2021
08:48 WIB
Penulis: Dwi Herlambang
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Candi Sambisari. Meski sedikit terdengar asing, namun candi yang satu ini memiliki pesona wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Berlokasi di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Candi Sambisari merupakan candi Hindu beraliran Dewa Syiwa yang pertama kali dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra, Rakai Garung.
Menariknya, sebelum dijadikan tempat wisata seperti hari ini, Candi Sambisari pernah terkubur selama berabad-abad. Hal itu disebabkan karena pada tahun 1906, Gunung Merapi mengalami erupsi besar dan memuntahkan material vulkanik yang mengakibatkan wilayah Yogyakarta bagian utara rusak dan mengubur beberapa candi, termasuk Candi Sambisari.
Candi ini baru ditemukan sekitar tahun 1966 oleh seorang petani, yang kala itu sedang menggarap lahan. Petani tersebut merasa janggal karena mata cangkulnya seakan menghantam benda keras dan padat. Karena penasaran ia pun menggali lokasi tersebut dan menemukan sebuah batu dengan corak pahatan.
Petani tersebut lantas melaporkan penemuan tersebut ke Balai Arkeologi Yogyakarta untuk dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, ditetapkan bahwa di lahan tersebut terdapat merupakan kawasan sebuah candi yang terpendam oleh timbunan pasir dan batu yang dimuntahkan oleh Gunung Merapi. Rekonstruksi dan pemugaran candi ini selesai pada 1987.
Keunikan Candi Sambisari
Meskipun namanya kalah popular dari Candi Prambanan dan Candi Borobudur, Candi Sambisari ternyata memiliki keunikan tersendiri. Pada saat candi-candi lain menjulang tinggi gagah, Candi Sambisari sedikit tidak terlihat, karena letaknya 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Diperkirakan posisi candi ini merupakan titik nol daratan kala itu sebelum erupsi Gunung Merapi menguruk tempat itu.
Setelah dibuka untuk wisata, demi memudahkan wisatawan, pihak pengelola pun menata daerah di sekitar candi ini. Candi Sambisari kini ditata segi empat dengan pemerataan lahan di sekitarnya. Selain itu, untuk memudahkan wisatawan, pengelola juga membuat beberapa anak tangga bagi wisatawan yang ingin turun melihat candi lebih dekat.
Kompleks Candi Sambisari dikelilingi oleh dua lapis pagar. Halaman luar seluas 50 x 48 meter, dikelilingi pagar batu rendah. Sementara itu, halaman dalam dikelilingi pagar batu setebal sekitar 50 cm dengan tinggi sekitar 2 meter.
Di masing-masing sisi terdapat pintu masuk tanpa gapura atau hiasan lain. Candi Sambisari terdiri atas satu candi utama dan tiga candi perwara. Candi utama yang menghadap ke barat kondisinya relatif utuh, sedang ketiga candi perwara yang letaknya berhadapan dengan candi utama, saat ini hanya yang tersisa bebatuan. Masing-masing candi perwara berdenah dasar bujur sangkar seluas 4,8 m2.
Ketika menyambangi candi ini, wisatawan akan melihat candi utama dengan ketinggian 7,5 m sampai puncaknya. Di sana ada tangga menuju selasar yang terletak di depan pintu sisi barat. Tangga ini dilengkapi dengan pipi yang dihiasi pahatan sepasang kepala naga dengan mulut menganga.
Nantinya wisatawan akan bisa melihat batu kepala naga yang dihiasi oleh pahatan berupa Gana dalam posisi berjongkok dengan kedua tangan menyangga kepala naga. Gana, atau Syiwaduta adalah makhluk kecil pengiring Dewa Syiwa.
Di puncak tangga terdapat gerbang paduraksa dengan bingkai dihiasi pahatan motif kertas tempel. Kaki bingkai dihiasi pahatan kepala naga menghadap ke luar dengan mulut menganga. Hiasan yang sama juga terdapat di pintu masuk ke ruangan dalam, namun di ambang pintu ruangan terdapat pahatan Kalamakara tanpa rahang bawah.
Tidak hanya itu, wisatawan juga bisa melihat sebuah trisula, tombak bermata tiga, yang merupakan senjata Dewa Syiwa. Arca ini mirip dengan Arca Syiwa Mahaguru yang terdapat di relung selatan Candi Syiwa di Kompleks Candi Prambanan, hanya saja tubuhnya lebih ramping.
Di relung timur sendiri wisatawan bisa melihat arca Ganesha, di utara ada Arca Durga Mahisasuramardini atau Durga sebagai Dewi Kematian. Terakhir, di tengah candi wisatawan dapat melihat Lingga lengkap dengan Yoninya. Lingga tersebut dibuat menggunakan batu berwarna putih dan Yoni dibuat dari batu berwarna hitam.