03 Juli 2025
21:00 WIB
Bukan Musik Eksklusif, Jazz Universal Dan Inklusif
Jazz Gunung telah membuktikan kalau jazz bukanlah musik yang eksklusif, yang hanya bisa dinikmati kalangan tertentu. Jazz Gunung mampu menembus batas genre yang bisa dinikmati semua kalangan.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Penonton menyaksikan penampilan grup musik Bromo Jazz Camp pada acara Jazz Gunung Bromo 2024 di Jiwa Jawa Resort, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (19/7/2024). Antara Foto/Irfan Sumanjaya
JAKARTA – Jazz selama ini kerap dianggap sebagai musik eksklusif dengan segmentasi yang sempit, anya dinikmati oleh kalangan tertentu. Namun Supervisor Jazz Gunung Indonesia, Andy F. Noya, menegaskan bahwa jazz adalah musik yang bersifat universal, inklusif, dan menjunjung keberagaman.
"Banyak orang merasa bukan bagian dari jazz karena menganggapnya terlalu eksklusif. Padahal jazz adalah musik yang terbuka, penuh kesetaraan, dan merayakan keberagaman," ujar Andy yang juga merupakan jurnalis senior dan presenter ternama dalam konferensi pers Jazz Gunung 2025, Kamis (3/7).
Menurut Andy, Jazz Gunung telah menjadi panggung nyata bagaimana musik jazz mampu menembus batas-batas genre dan menyatukan berbagai lapisan masyarakat. Lewat kolaborasi lintas genre, Jazz Gunung membuktikan bahwa jazz bisa merangkul semua kalangan, dari penikmat pop, dangdut, hingga campursari.
"Kita pernah ketika kita mengundang Didi Kempot itu dasyat sekali. Dasyat sekali Didi Kempot aja yang tadinya gemeter mau terkencing-kencing dan dia terkaget-kaget melihat betapa respon dari penonton. Dan penonton menyanyikan lagu-lagu dia semuanya,” kenangnya.
Tak berhenti di situ, Jazz Gunung juga mengejutkan publik saat mengundang penyanyi legendaris Elvy Sukaesih di panggung Burangrang, Lembang. Meski berasal dari dunia dangdut, penampilannya disambut meriah, menunjukkan bahwa batas genre musik menjadi tak relevan ketika ada kolaborasi dan penerimaan yang inklusif.
"Ini menunjukkan keberagaman kesetaraan lintas genre tadi, jenis musik gak jadi penting lagi tapi bagaimana kita bersama-sama ya berkolaborasi tanpa ada sekat-sekat," kata Andy.
Sebagai informasi, pergelaran musik tahunan Jazz Gunung Series akan kembali digelar tahun ini dengan tajuk baru, yakni BRI Jazz Gunung Series 2025.
Andy menegaskan, misi Jazz Gunung bukan sekadar menghadirkan konser, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa jazz adalah musik yang menyenangkan, menghibur, dan terbuka untuk siapa saja dan bukan milik komunitas tertutup.
Bagi Andy, jazz adalah representasi dari semangat keterbukaan. Jika blues adalah teriakan perlawanan, maka jazz adalah suara kebebasan dan dialog. Maka itu pihaknya membawa Jazz Gunung sebagai pagelaran musik yang dikemas sebagai medium untuk merayakan inklusivitas, toleransi, dan keberagaman budaya Indonesia.
"Jadi kami mensosialisasikan bahwa jazz ini menarik, jazz ini menghibur jazz ini menyenangkan, jazz ini tidak komunitas yang tertutup, dan seterusnya,” tutup Andy.